I Am From Indonesia
An Indonesian Girl in Sydney
Beberapa hari sebelum saya menginjakkan kaki di Australia pada Mei 2015, eksekusi mati terhadap duo Bali Nine dilakukan. Jujur ini sempat membuat saya khawatir untuk melanjutkan perjalanan ke Australia. Apakah aman bagi saya untuk tetap ke sana pasca hukuman mati yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap dua pengedar narkoba yang merupakan warga negara Australia tersebut?
Saya sempat kepikiran mungkin akan lebih aman bila saya mengaku orang India atau Malaysia atau negara Asia lainnya. Tujuannya apalagi kalau bukan untuk menghindari kemungkinan sentimen dari orang Australia kepada orang Indonesia seperti saya.
Tapi kok ya, bibir saya refleks menjawab bahwa saya orang Indonesia ketika ditanya oleh orang yang duduk di sebelah saya saat di shuttle bus dari bandara menuju penginapan di daerah Sydney city centre. Tapi karena dia juga pendatang yang ke Australia untuk urusan kantor, jadi tentu tidak ada masalah. Masalah juga tidak terjadi saat saya mengaku jujur asal saya dengan resepsionis penginapan yang ternyata orang Thailand dan 2 teman sekamar saya yang berasal dari Inggris.
Tapi kok ya, bibir saya refleks menjawab bahwa saya orang Indonesia ketika ditanya oleh orang yang duduk di sebelah saya saat di shuttle bus dari bandara menuju penginapan di daerah Sydney city centre. Tapi karena dia juga pendatang yang ke Australia untuk urusan kantor, jadi tentu tidak ada masalah. Masalah juga tidak terjadi saat saya mengaku jujur asal saya dengan resepsionis penginapan yang ternyata orang Thailand dan 2 teman sekamar saya yang berasal dari Inggris.
Namun saya sempat was-was saat saya ditanya oleh seorang bapak bule ketika saya sedang berjalan-jalan di sekitaran Darling Harbour, Sydney. Si bapak bertanya dari mana asal saya. Mendapat pertanyaan itu saya langsung memperhitungkan situasi. Apakah saya bisa cukup cepat berlari menghindari pukulan payungnya seandainya si bapak mengamuk. Belum tahu keputusan apa yang akan saya ambil, akhirnya saya bertanya balik kepada dia mengenai asal dia.
"Saya berasal dari sini," si bapak menjawab tersenyum. Dia pun memperkenalkan namanya Bob. Lalu dia bercerita bahwa sebenarnya dia berasal dari Yugoslavia. "Yugoslavia sekarang sudah tidak ada. Kalau kamu tahu negara Serbia. Nah, dulu saya berasal dari situ. Tapi saya sudah tinggal di Australia selama sekitar 46 tahun," cerocosnya. Bob ini pun sudah menjadi warga negara Australia.
Saya berharap dengan percakapan tersebut, dia akan lupa menanyakan kembali asal saya. Tapi rupanya tidak. Kurang lebih seperti ini percakapan kami.
"Jadi asal kamu dari mana?"
Saya tersenyum dan meminta dia untuk menebak.
"Dari Thailand, ya?"
Saya hampir mengiyakan tebakannya. Tapi kok, hati saya menolak dan akhirnya menjawab, "bukan."
"Jangan bilang dari Indonesia."
Saya sempat berpikir apa maksudnya dengan kata-kata "jangan bilang" dalam kalimat tersebut? Apakah dia sentimen dengan Indonesia? Sempat khawatir, tapi akhirnya bibir saya berkata, "Iya betul saya dari Indonesia."
Sesaat saya menunggu reaksi dia. Memperhatikan apakah payung panjang yang dibawanya akan melayang ke diri saya. Tapi ternyata tidak ada perubahan mimik marah di wajah Bob. Dia malah bilang bahwa saya tidak seperti orang Indonesia. "Orang Indonesia banyak yang seperti orang Cina. Tapi kamu tidak kelihatan seperti orang Cina. Jadi wajah asli Indonesia itu seperti kamu, ya?" tanyanya polos.
Pembicaraan seputar wajah ini kemudian beralih ke hal yang sangat saya hindari. "Apa reaksi orang Australia lainnya saat mereka tahu kamu dari Indonesia? Apakah mereka marah soal eksekusi Bali Nine?" tanya Bob lugas. Dueeeeng!
Saya memandanginya sesaat dan sambil tersenyum berkata kurang lebih seperti ini, "Waktu kamu tanya asal saya dari mana, saya sempat ragu mau jawab jujur atau nggak. Karena saya khawatir reaksi kamu berkaitan dengan eksekusi itu."
Tanpa saya duga, jawaban Bob sungguh bijak. "Kamu nggak perlu khawatir, itu kan, bukan salah kamu. Saya paham bahwa hal ini adalah masalah yang pelik. Kalau pemerintah kamu membebaskan warga kami dari hukuman mati, negara-negara lain yang warganya sudah lebih dulu dihukum mati pasti akan protes. Ini memang masalah yang pelik," ucapnya. Mendengar ucapannya, saya langsung lega. Mendapat keyakinan bahwa payung yang dipegang Bob tidak akan melayang ke wajah saya. Hahahaha...
Sejak percakapan dengan Bob tersebut, tiap kali ada orang yang bertanya kepada saya, "where are you come from?" dengan pede saya selalu menjawab, "I come from Indonesia!"
Selama dua minggu saya di Australia (Sydney dan Melbourne), tidak ada sentimen apapun yang terjadi kepada saya. Paranoid itu hanya ada di dalam kepala saya karena semuanya terbukti baik-baik saja. Alhamdulillah!
----------@yanilauwoie----------
Blog Sebelumnya:
0 komentar