My Travel Stories

Lots of memories I can't keep, that's why I write.

Powered by Blogger.
  • Home
  • Indonesia
  • Asia
  • Australia
  • Eropa
  • Amerika
  • Travel Tips
  • Itinerary
  • Portfolio
Kata "jeruk" bila diartikan dalam bahasa Inggris adalah "orange". Itu yang saya ketahui selama ini. Tapi hal itu berubah ketika saya melakukan perjalanan ke Australia pada bulan Mei lalu.

Saya pencinta jeruk. Bukan dalam artian craving for it badly. Bukan seperti itu. Hanya saja saya berusaha mendisiplinkan diri saya untuk selalu makan buah setiap hari. Karena jeruk adalah buah yang gampang ditemui dan mudah untuk mengupasnya maka saya pun menjatuhkan pilihan untuk memakannya setidaknya satu setiap hari.

Kebiasaan ini berusaha saya terapkan juga saat traveling. Pernah teman seperjalanan saya ke Bali, Laura terheran-heran ketika saya membeli satu kg jeruk kintamani untuk persediaan sekitar satu minggu di Bali.

Nah, ketika di Australia pun begitu. Ketika melihat jeruk di Paddy's Markets, Sydney dengan harga murah, mata saya langsung berbinar. Tag harganya tertulis: Mandarin ~Aus~ 1.49 AUD/kg. Saya langsung berpikir, "oh ini jeruk jenis mandarin". Kalau di Indonesia kan ada jeruk medan, jeruk kintamani, jeruk pontianak, dll. Nah ini jeruk mandarin. Karena tidak lama di Sydney, saya hanya membeli tiga buah jeruk mandarin tersebut dengan harga 60 cent.


Jeruk Mandarin ini rasanya manis

Dari Sydney, saya terbang ke Melbourne. Di sini saya pun merasa butuh untuk makan jeruk. Jadi saat sedang di supermarket (saya lupa namanya) bersama Trav, saya langsung ke bagian buah. Saya bilang sama Trav bahwa saya ingin membeli jeruk. Setelah saya menemukan yang saya cari, terjadilah percakapan kurang lebih seperti ini:

Trav: Katanya mau orange. Ini bukan orange, ini mandarin.
Saya: Iya sama aja. Ini mandarin orange. Orange-orange juga (saya berpikir dia menyarankan saya jenis jeruk lain)
Trav: Nggak sama, itu mandarin.
Saya: Kok jadi rasis gitu, sih? Membeda-bedakan jenis orange?
Trav: Huh? Itu bukan orange, itu mandarin. (Trav antara bingung dan kesal. Wajahnya menunjukkan "kok nih, anak dikasih tahu ngeyel ya?")

Hari itu, saya tetap membeli jeruk yang dibilang sama Trav bukan jeruk melainkan mandarin. Sampai beberapa hari kemudian, saya dan Trav ke supermarket di daerah Geelong. Kali ini ada bapaknya Trav ikutan. Saat kami sedang melewati deretan jeruk mandarin, Trav berhenti di depan jeruk tersebut dan bertanya sama bapaknya.

Trav: Kamu menyebut ini apa?
Bapaknya Trav: Mandarin
Trav: Yani bilang ini orange. Dia nggak percaya kalau ini namanya mandarin
Bapaknya Trav: Ini bukan orange. Ini mandarin. Orange yang itu. (tunjuk bapaknya Trav ke rak buah jeruk jenis lain)
Trav: (wajahnya menunjukkan: "apa gue bilang")

Saya pun berjalan ke arah jeruk yang ditunjuk oleh bapaknya Trav. Di situ tertulis navel orange. Buah jeruk asli Australia. 

Setelah mengamati berbagai jeruk di Australia, akhirnya saya paham bahwa nama "orange" di Australia tidak bisa diartikan untuk semua jenis jeruk. Jadi nama "orange" ditujukan untuk jeruk-jeruk berkulit keras macam navel, sunkist dan teman-temannya. Jeruk-jeruk yang cara makannya akan lebih baik dipotong langsung oleh pisau tanpa mengupas kulitnya. Sedangkan nama "mandarin" digunakan untuk jeruk yang kulitnya gampang dikupas. Kalau di Indonesia adalah semacam jeruk honey ponkam. 

Tapi sih bagi saya, itu tetap jeruk-jeruk juga. Meskipun tidak bisa diartikan lagi sebagai sama-sama orange ;p

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie


YouTube: yanilauwoie


Blog Sebelumnya:
  • Harga Makanan di Perth, Australia
  • People Do Stupid Things when Traveling
  • Belanja Barang-barang Branded Harga Murah di Australia
  • Masuk Sex Shop bikin Jantung Berdebar







Saya mengunjungi Perth, Australia pada Oktober 2015. Selama empat hari di sana, inilah makanan yang saya makan beserta harganya.


Pho with beef & noodle. Restoran yang menjual ini punya lisensi Halal

  • 6 wicked chicken + chips/kentang goreng (ukuran large) di KFC CBD = 8.95 AUD.
  • Cheese pizza (1 loyang isi 8 potong) di Domino Pizza Northbridge = 6.95 AUD.
  • Air ukuran 600 ml di Domino Pizza Northbridge = 2.95 AUD.
  • Beef pepper rice + cheese di Pepper Lunch CBD = 9.90 + 1 AUD.
  • Fries ukuran medium di McDonalds CBD = 2.80 AUD.
  • 3 pieces chicken nuggets di McDonalds CBD = 2.95 AUD.
  • Pho with beef & noodle (ukuran super besar) di The Satay Club (Malaysian & Singapore), James Street Northbridge = 13.00 AUD.
  • Roti kosong di Rottnest Bakery, Rottnest Island = 1 AUD.
  • Fries ukuran kecil di Rottnest Bakery, Rottnest Island = 5 AUD.
  • Mie instan (Mame) rasa tomyam + jeruk mandarin di supermarket samping Rottnest Bakery, Rottnest Island = 6.5 AUD.
  • Nasi goreng ayam di Restoran Thailand Island, Freemantle = 11 AUD
  • Beef kimchi fried rice di Cup Station, Murray Street = 5.8 AUD

Booking.com

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • People Do Stupid Things when Traveling
  • Belanja Barang-barang Branded Harga Murah di Australia
  • Masuk Sex Shop bikin Jantung Berdebar
  • 10 Alasan Melbourne Kota Nyaman untuk Traveler
Banyak hal bodoh yang terjadi pada saya saat traveling. Rata-rata sih, karena ketidaktahuan atau terburu waktu yang membuat saya melakukan hal-hal yang kalau diingat lagi setelahnya membuat saya berpikir, "kok bisa sih, gue melakukan hal itu?" Nah salah satu kebodohan yang belum lama ini saya lalukan adalah ketika saya dan teman saya, Asri berplesiran pada Oktober 2015 lalu.

Pagi itu, saya dan Asri menggeret-geret koper dari Tune Hotel KLIA 2 (tempat kami transit semalam), Kuala Lumpur, Malaysia menuju terminal keberangkatan. Tujuan kami adalah terbang dengan pesawat AirAsia menuju Perth, Australia. Sampai di pintu terminal keberangkatan kami melihat giant screen yang berisikan semua jadwal penerbangan. Mata kami pun menangkap: AirAsia - D7 232 - Perth - Q10. Tanpa membuang waktu, kami pun langsung berjalan menuju arah gate Q. Dalam benak kami di situ lah counter check in di mana kami harus menaruh koper kami.

Setelah berjalan sekitar 15 menit, saya mulai merasa curiga bahwa Q10 yang dimaksud adalah gate untuk boarding, bukan untuk check in. "Nggak ah. Itu buktinya orang-orang juga masih pada bawa kopernya," ucap Asri saat saya mengungkapkan kekhawatiran saya. Namun saat kaki terus melangkah dan kami sampai pada koridor yang bertuliskan Q1 dan seterusnya, saat itu lah kami sadar bahwa kekhawatiran saya akan segera terbukti.

Pikiran saya pun langsung sibuk. Apa yang akan saya lakukan dengan koper 13 kg saya apabila mereka menolaknya. Solusi paling cepat yang terpikirkan oleh saya adalah membongkar koper dan membuang sebagian barang bawaan saya sehingga beratnya menjadi 7 kg, sesuai ketentuan yang diberlakukan maskapai AirAsia untuk koper yang boleh masuk kabin. Tapi PR selanjutnya adalah barang apa saja yang akan saya buang? Lalu apakah petugas tetap mengijinkan kami masuk dengan koper yang ukurannya melebihi ukuran koper kabin? Mendekati Q10, jantung saya pun berdegup kencang. Pasrah menunggu nasib apa yang akan dikenakan kepada koper saya oleh petugas. 


Counter check in AirAsia sebanyak ini tidak terlihat sebelumnya oleh saya dan Asri ;p

Setelah sekitar 30 menit berjalan, kami pun sampai di Q10. Petugas wanita sedang merobek potongan boarding pass para penumpang dan mempersilakan mereka masuk ke ruang tunggu. Untung kami sudah punya boarding pass (karena sudah web check in sejak di Jakarta). Lalu begitu tiba giliran kami, kurang lebih seperti ini percakapan kami dengan petugas wanita tersebut:
Asri: "Where we should put our bags?"
Petugas: "Up stair, level 3 at check in counter." (Mimik wajahnya priceless. Seolah-olah berkata, "Kok bisa pertanyaan bodoh itu keluar dari mulutnya?")
Saya: "Do we have time to go back there?" (Logikanya dibutuhkan paling sedikit 1 jam untuk ke counter check in dan kembali ke gate)
Petugas: "No"
Saya: "So what should we do?"

Petugas tersebut kemudian bertanya kepada rekannya yang seorang pria sambil berkata dalam bahasa Melayu, "Mereke tak jumpe counter check in." Lalu keduanya meminta boarding pass kami. Dari situ diketahui bahwa kami memang punya jatah bagasi 20 kg. Akhirnya koper kami dipasangkan tag bagasi. Tag yang awalnya bertuliskan Busan diganti menjadi Perth oleh petugas wanita tersebut. Dia menggantinya dengan pulpen melalui tulisan tangannya. Lalu mereka bilang agar kami meninggalkan koper-koper kami ke petugas di depan pintu masuk pesawat.

Namun kenyataannya kami bisa membawa masuk koper-koper kami untuk diletakkan di kabin. Meskipun pramugari yang menyambut kami di pintu masuk pesawat sempat memberikan tatapan bingungnya setelah mendengar bahwa kami tidak menemukan counter check in. 

Pffffuuuih.. Saya dan Asri beruntung kami sudah web check in, beruntung juga bawa koper yang masih bisa masuk kabin dan lebih beruntung dipertemukan dengan petugas-petugas AirAsia yang berbaik hati memaklumi kebodohan kami :)


----------@yanilauwoie----------


Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Belanja Barang-barang Branded Harga Murah di Australia
  • Masuk Sex Shop bikin Jantung Berdebar
  • 10 Alasan Melbourne Kota Nyaman untuk Traveler
  • 7 Tipe Orang Menyebalkan di Pesawat



Belanja di luar negeri, apalagi yang memiliki nilai mata uang di atas rupiah rasanya selalu sukses bikin saya menghitung perbandingan kurs dan ujung-ujungnya sebal karena harganya mahal. Jadi ketika Oktober 2015 lalu saya ke Australia dan bisa menemukan barang-barang dengan brand ternama namun harganya lebih murah dari di Indonesia, saya langsung menyesal kenapa tidak membawa koper lebih besar. Hahaha... Berikut tempat-tempat yang menjual barang-barang branded di Australia dengan harga murah. 

1.  Baines Beach Surf Factory Outlet
Factory outlet ini menjual barang-barang asli brand Rip Curl. Harganya jauh lebih murah karena barang-barang yang dijual adalah barang-barang penghabisan dari produksi sebelumnya. Jadi semua harganya miring. Tas-tasnya dijual dengan diskon 30%, kaos wanita dijual dengan harga 30 AUD untuk dua buah dan yang paling bikin saya melotot adalah bikini cuma dijual seharga 10 AUD saja (5 AUD untuk top dan 5 AUD untuk bottom). Ini bikini Rip Curl asli lho, dan harganya cuma 10 AUD saja! Gila! Toko ini beralamat di 16 Baines Cres, Torquay, Victoria, Australia. Sekitar satu jam perjalanan dari Melbourne. Letaknya berada di belakang Rip Curl Store yang beralamat di 101 Surf Coast Hwy, Torquay, Victoria, Australia. Sebagai info, di Torquay lah Rip Curl pertama kali didirikan sebelum brand ini mendunia.

2. Quiksilver and Roxy Factory Outlet
Factory outlet ini berada tepat di samping Baines Beach Surf Factory Outlet. Dari namanya sudah bisa diduga barang-barang dari brand apa yang dijual di toko ini. Di pintu masuk disebutkan bahwa factory outlet ini menjual barang-barang sample, line/barang-barang yang sudah tidak diproduksi lagi dan barang-barang second. Harga jaket atau jumper hoodie Roxy baru dijual dengan potongan harga 30%, top Roxy baru dengan potongan harga 70% dan bikini Roxy baru dengan potongan harga 70%.  

3. Cotton On Store
Toko Cotton On yang saya datangi adalah yang berada di Torquay juga. Alamatnya di T27 Torquay Central, 41 Bristol Road. Sebenarnya harga barang-barang yang ada di toko brand asal Australia ini nyaris sama dengan harga barang-barang Cotton On yang ada di Jakarta. Kalau pun ada perbedaan tipis, paling hanya karena kurs rupiah - AUD yang naik turun. Tapi saat saya belanja di Cotton On Torquay, saya menemukan barang-barang sale yang harganya fantastis. Misalnya ada dompet kecil seharga 2 AUD, Pashmina 3 AUD, T-Shirt yang awalnya seharga 19,90 AUD dijual dengan harga 5 - 10 AUD, jaket denim yang di Jakarta seharga nyaris 500 ribu, di sana seharga 25 AUD dan sepatu ankle boots seharga 20 AUD. Tapi karena ini barang-barang sale tentu ukurannya tidak semuanya ada.

4. Rubi Store

Saya mendatangi toko brand yang saudaraan dengan Cotton On ini di Bourke Street, Melbourne. Sama seperti Cotton On, harga sepatu Rubi yang murah adalah yang tentunya sedang sale. Karena saat saya berkunjung ke Australia sedang musim spring menuju summer, jadi ada sepatu-sepatu untuk winter seperti booth dijual dengan harga sangat miring. Saya sempat membeli sepasang sepatu ankle boots yang tadinya dijual dengan harga 59,90 AUD dengan hanya 15 AUD saja.

Kuncinya untuk belanja barang-barang branded murah di Australia adalah melihat apakah label tersebut punya factory outlet atau sedang sale. Happy shopping! 


Booking.com
----------@yanilauwoie----------


Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Masuk Sex Shop bikin Jantung Berdebar
  • 10 Alasan Melbourne Kota Nyaman untuk Traveler
  • 7 Tipe Orang Menyebalkan di Pesawat
  • Traveling is Easier when You're Beautiful
Newer Posts Older Posts Home

My Travel Book

My Travel Book
Baca yuk, kisah perjalanan saya di 20 negara!

My Travel Videos

Connect with Me

Total Pageviews

Categories

Amerika Serikat Australia Belanda Belgia Ceko Denmark Hong Kong Indonesia Inggris Irlandia Italia Jepang Jerman Korea Selatan Macau Malaysia Prancis Singapura Skotlandia Spanyol Thailand Vietnam

Blog Archive

  • ►  2025 (4)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2024 (12)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2023 (7)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  October (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2021 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (51)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (5)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (10)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2018 (30)
    • ►  December (8)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (60)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (5)
    • ►  September (8)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (8)
    • ►  April (9)
    • ►  March (2)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2016 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (3)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (4)
    • ►  February (4)
    • ►  January (6)
  • ▼  2015 (51)
    • ►  December (7)
    • ▼  November (4)
      • Mandarin is Not Orange
      • Harga Makanan di Perth, Australia
      • People Do Stupid Things when Traveling
      • Belanja Barang-barang Branded Harga Murah di Austr...
    • ►  October (3)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (3)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2014 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (1)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (6)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (5)
    • ►  April (4)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (6)
  • ►  2013 (13)
    • ►  December (5)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)

Search a Best Deal Hotel

Booking.com

Translate

Booking.com

FOLLOW ME @ INSTAGRAM

Most Read

  • 10 Info Tentang Kartu Myki, Alat Bayar Transportasi di Melbourne, Australia
  • 6 Rekomendasi Oleh-oleh dari Edinburgh, Skotlandia dan Kisaran Harganya
  • 8 Tip Naik Tram di Melbourne, Australia
  • My 2018 Highlights

About Me

Hi, I'm Yani. I have 15 years experience working in the media industry. Despite my ability to write various topics, my biggest passion is to write travel stories. By writing travel stories, I combine my two favourite things; travelling and writing. All the content in this blog are mine otherwise is stated. Feel free to contact me if you have questions or collaboration proposal :)

Contact Me

Name

Email *

Message *

Copyright © 2016 My Travel Stories. Created by OddThemes & VineThemes