Heboh Tiket Kereta di Fremantle, Australia Barat
"Yani, Yani, jangan sibuk foto-foto, ini tempat penjualan tiketnya tutup. Keretanya sudah mau jalan," teriak Asri dengan panik di stasiun kereta Fremantle. Saya pun tergopoh-gopoh mengikuti Asri yang sudah berjalan lebih dulu ke arah kereta. Masa sih, kami harus terdampar di Fremantle.
Asri akhirnya bisa tenang setelah berada di dalam kereta Fremantle - Perth
Hari itu, di bulan Oktober 2015, kami mengunjungi Rottnest Island, Australia Barat. Dari Perth kami naik kapal feri menuju pulau yang biasa disebut Rotto ini. Pulang dari Rotto kami sengaja turun di Fremantle untuk menjelajah. Karena Fremantle kota yang tidak besar, tidak butuh waktu lama bagi kami untuk jalan-jalan di sini. Ketika sudah gelap, kami pun memutuskan balik ke Perth dengan kereta.
Bangunan stasiun kereta Fremantle sangat bagus, bikin saya terus-menerus memotretnya. Nah, saat saya sedang asyik foto-foto, Asri heboh teriak-teriak. Dia panik karena berasumsi loket penjual tiket kereta sudah tutup. Dia pun mengira kereta yang ada di depan kami akan segera jalan. Meskipun saya sudah bilang kepadanya bahwa di jadwal yang sudah saya browsing, kereta baru akan jalan sekitar 30 menit lagi. Tapi kayaknya kepanikan lebih menguasainya. "Terserah ya, kalau lo mau ketinggalan kereta," katanya.
Dengan muka panik, Asri bertanya kepada petugas yang berjaga. Begini kurang lebih percakapannya.
Dengan muka panik, Asri bertanya kepada petugas yang berjaga. Begini kurang lebih percakapannya.
"Where should we buy the ticket?"
"Over there," petugas menunjuk ke satu tempat dengan wajah keheranan.
"But it's closed," jawab Asri dengan wajah dan suara memelas.
"No it's not. Let me show you."
Petugas pria dengan wajah India itu pun mengajak kami ke tempat pembelian tiket. Rupanya tempat pembelian tiketnya bukan di tempat yang kami duga sebelumnya (tempat dengan rolling door yang tertutup). Tempat yang dimaksudnya adalah mesin automatis semacam mesin ATM. Petugas yang baik itu pun menunjukkan caranya kepada kami. "So next time you want to use train again, you know how to buy the ticket," jelasnya.
Ya wajar sih, wajah petugas tersebut keheranan saat Asri bilang tempat beli tiket keretanya tutup. Gimana bisa tutup kalau itu adalah mesin automatis. Yang ada mungkin rusak, bukan tutup.
Ya wajar sih, wajah petugas tersebut keheranan saat Asri bilang tempat beli tiket keretanya tutup. Gimana bisa tutup kalau itu adalah mesin automatis. Yang ada mungkin rusak, bukan tutup.
Setelah kami berada di dalam kereta, saya sempat membahas kepanikan Asri. Reaksi Asri begini: "ya maklum aja. Gue kan, terbiasa naik kereta Jakarta - Bogor."
Ya beginilah yang namanya culture shock. We must be looked stupid in front of the train officer. Hahaha...
Blog Sebelumnya:
0 komentar