My Travel Stories

Lots of memories I can't keep, that's why I write.

Powered by Blogger.
  • Home
  • Indonesia
  • Asia
  • Australia
  • Eropa
  • Amerika
  • Travel Tips
  • Itinerary
  • Portfolio
Empat kali jalan-jalan ke Melbourne, ada beberapa makanan yang menurut saya cocok di lidah saya. Berikut makanan enak di Melbourne yang pernah saya coba.



Salted Fish and Chicken Fried Rice di Canton Malay Cuisine
Saya makan nasi goreng ini sudah dua kali, pada bulan Mei dan Oktober 2015 Tentunya ketika saya sedang mengunjungi Queen Victoria Market karena di situlah letak Canton Malay Cuisine berada. Tempatnya berada dalam satu foodcourt. Saya suka dengan nasi goreng ini karena bumbunya dan ikan asinnya berasa pas di lidah. Ditambah lagi mereka memiliki cabai merah potong dan acar yang asam segar, sehingga menambah kelezatan nasi goreng. Tapi porsinya luar biasa besar. Karena itu ketika makan ini untuk kedua kalinya, saya sharing dengan teman saya, Asri. Untuk porsi yang bisa dimakan berdua, harga 12 AUD per porsi bisa dibilang terjangkau.


Donat di American Doughnut Kitchen
Masih dari area Queen Victoria Market. Tepatnya di dekat parkiran antara market yang indoor dengan outdoor. Secara tidak sengaja saya menemukan donat yang enak. Saat itu, awal Mei 2016 saya sedang mencari oleh-oleh di Queen Victoria Market, saya melihat ada antrian panjang di sebuah food truck. Tapi karena tujuan saya bukan untuk makan, saya pun melewatinya. Tapi ketika akan pulang, saya masih melihat antrian tersebut, saya pun penasaran ikut mengantri. Saya membeli satu donat. Donat ini tidak memiliki lubang karena ada isi selai strawberry di dalamnya. Sedangkan di bagian luarnya, ada taburan gula. Hanya satu jenis donat ini saja yang mereka jual dengan harga 1.10 AUD. Yang saya suka adalah ketika dimakan donatnya terasa renyah dan selai strawberry-nya terasa pas dan tidak berlebihan. Saya langsung merasa menyesal hanya membeli satu saja.


Pho di Mekong
Pertama kali saya makan di sini adalah pada Mei 2015 dan saya mengulanginya lagi di Mei 2016. Menu yang saya pesan pun sama Pho Beef & Tendon ukuran reguler (porsinya sangat besar) seharga 10.05 AUD. Harganya mengalami kenaikan dari yang tahun sebelumnya hanya 9.9 AUD. Dua kali makan pho ini dan keduanya enak. Bumbu kuahnya berasa, daging dan kikilnya mudah dikunyah. Restoran Vietnam yang terletak di Swanston Street ini memang cukup terkenal. Di restorannya terpajang penghargaan dari TripAdvisor. Saat kedatangan kedua, saya makan sekitar jam 3 sore. Tapi penuhnya luar biasa. Saya sampai harus berbagi meja dengan satu pasang yang sudah makan lebih dulu di situ. Mereka selesai, berdatangan tamu-tamu lain yang berbagi meja dengan saya. Jadi jangan harapkan bisa kongkow di sini.


Spring Roll di Mama Tran Dumpling
Ini makanan yang selalu saya makan ketika di Melbourne. Bukan berarti saya tidak mencoba spring roll di tempat lain. Tapi, tidak ada yang seenak buatan Mama Tran Dumpling yang ada di South Melbourne Market. Biasanya saya selalu makan Vegetarian Spring Roll seharga 2 AUD namun di kedatangan terakhir, awal Mei 2016 saya mencoba Beef Spring Roll seharga 2.40 AUD. Ukurannya lumayan besar. Bumbunya berasa sampai ke sayur dan dagingnya. Kulitnya pun garing. Overall sangat enak! Selain vegetarian dan beef, ada juga Seafood Spring Roll, dim sim, dumpling, dan paket nasi.


Mix-beery Cheesecake di Aga The France Patiserrie
Hari itu, setelah makan Beef Spring Roll dan Chicken Dim Sim, saya merasa butuh makan yang manis-manis. Saya pun berputar mencari cheesecake yang memang salah satu dessert favorit saya. Saat berputar-putar, tidak sengaja nemu toko patiserrie ini. Sejujurnya harga 8 AUD cukup mahal untuk cheesecake berukuran kecil. Tapi rasanya... luar biasa! Campuran kejunya yang gurih dan asam manis gabungan strawberry dan blueberry bikin cheesecake ini enak banget. Sebelum cheesecake ini, cheesecake yang juga luar biasa enak menurut saya adalah yang ada di Apollo Bay Hotel, Great Ocean Road. Pertama kali makan cheesecake di sana pada November 2014 tapi saat saya ke sana lagi pada Oktober 2015, lobi hotelnya sedang renovasi, jadi toko kuenya tidak ada lagi. Setelah itu sempat dua kali makan cheesecake dari dua toko yang berbeda di South Melbourne Market dan keduanya rasanya standar. Jadi begitu nemu cheesecake enak di Aga The France Patiserrie ini saya senang banget. Nggak perlu jauh-jauh lagi ke Apollo Bay.


Diced Chicken and Salted Fish Fried Rice di Man Tong Kitchen
Awal Mei 2016 merupakan kali kedua saya makan di restoran yang ada di Crowne Promenade, Southbank ini. Yang pertama pada Oktober 2015. Seingat saya di kedatangan yang pertama makanan yang saya makan cukup enak (nasi goreng udang dan aneka dim sim) karena itu saya nggak ragu untuk makan lagi di sini. Untuk nasi goreng ikan asin dan ayam ini satu porsinya seharga 25.80 AUD. Ukurannya sangat besar, cukup untuk sharing berdua. Sebagai penggemar nasi goreng ikan asin dan teri asin, menurut saya nasi goreng ikan asin di Man Tong ini memenuhi kriteria yang saya sukai, yaitu nasi goreng putih (tanpa kecap) dan irisan ikan asin berasa tapi tidak berlebihan. Meskipun menurut saya akan lebih sempurna bila tidak ada irisan ayam di dalamnya namun kehadirannya tidak terlalu mengganggu. Secara keseluruhan enak!

Crispy Shredded Beef in Spicy Mandarin Sauce di Man Tong Kitchen
Ini lauk yang saya makan untuk menemani nasi goreng ikan asin di atas. Saya suka sekali dengan makanan ini. Potongan daging yang dibentuk panjang-panjang ini cukup crispy. Daging ini dilapisi saus lengket yang rasanya manis. Sama sekali tidak berasa pedas. Rasa pedasnya itu sendiri ada di potongan cabai merah yang ditaburkan di atasnya. Sebagai penyuka pedas, potongan cabai merah ini tidak ada apa-apanya. Mungkin menyesuaikan dengan lidah orang sana yang tidak tahan pedas. Tapi karena saat itu saya tidak sedang ingin makan pedas, jadi makanan ini pas dan enak di lidah saya. Untuk harga 29.80 AUD per porsinya, ukurannya cukup besar. Sebagai lauk, tidak habis dimakan berdua. Cukup untuk bertiga. Sebagai tambahan info, Man Tong Kitchen adalah chinese restaurant dengan konsep fine dining. Para pelayannya akan menarikkan kursi untuk kita duduk, meletakkan napkin di pangkuan kita, menuangkan minuman ke gelas dan memberikan handuk hangat untuk kita membersihkan tangan.

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie

YouTube: yanilauwoie

Blog Sebelumnya:
  • Tempat Belanja Murah di Melbourne, Australia
  • Scan Passport Sendiri di Bandara Melbourne, Australia
  • Diminta Kartu Identitas Saat Masuk Tempat Casino di Melbourne
  • Pengalaman Mengirim Surat di Kantor Pos di Melbourne, Australia
Dari hasil uter-uteran saya di pusat kota Melbourne pada awal Mei lalu, saya menemukan beberapa toko yang menjual barang-barang dengan harga terjangkau. Tidak semuanya barang-barang branded, sih, tapi setidaknya bisa menjadi pilihan bila ingin belanja tanpa menjebol kantong. Berikut 5 tempat belanja murah di Melbourne versi saya.



mrp
Toko ini berada di dalam pusat perbelanjaan Melbourne Central. Selain menjual pakaian, dijual juga sepatu dan sandal. Justru sepatu dan sandal yang ada di sini yang lebih menarik perhatian saya karena harganya cukup murah. Untuk sepatu boots yang tergambar di foto di atas harganya 39.99 AUD, belum termasuk diskon 10% yang diberikan khusus boots. Ankle boots 34.99 AUD dan wedges 29.99 AUD. Semuanya made in china. Jadi ya, dikira-kira sendiri saja kualitasnya.



TEMT
Saat saya ke Perth pada Oktober 2015, saya sempat belanja di toko TEMT. Saya suka dengan koleksi pakaiannya yang menurut saya sangat bisa digunakan di iklim tropis seperti Indonesia. Selain itu, harganya pun sangat terjangkau. Karena itu ketika saya ke Melbourne, saya sengaja mencari toko TEMT ini. Ternyata dia letaknya berada di dalam toko Valleygirl yang ada di pusat perbelanjaan Emporium (sebrang pusat perbelanjaan Melbourne Central). Karena datang di musim gugur yang akan menuju musim dingin TEMT menjual banyak pakaian dingin, seperti jaket, sweater. Tidak semua harganya murah tapi kalau mau menelusuri satu persatu, ada sweater yang hanya dijual 19.95 AUD Ada juga blazer, jaket kulit sintetis, jaket denim yang dibandrol 29.95 AUD.



Valleygirl
Saya tidak sengaja datang ke sini karena sebenarnya tujuan saya adalah toko TEMT. Namun setelah melihat-lihat, saya malah membeli pakaian di sini dan bukan di TEMT. Sebenarnya koleksi pakaiannya dengan TEMT tidak beda jauh. Namun highlight dari tempat ini adalah adanya koleksi jumper dan jaket berbahan fleece. Itu, lho, bahan dari wol halus. Sehalus bulu-bulu pada boneka semacam teddy bear. Yang bikin senang harga jumper dan jaket ini hanya 14.95 AUD. Alhasil saya membawa pulang 1 jumper berwarna pink. Nggak bisa nolak sama kehalusannya. Selain itu mereka juga menjual koleksi jaket rajutan mulai dari harga 24.95 AUD. Ada juga jumper polos aneka warna dengan harga 9.95 AUD. Murah, kan?



Target
Target yang saya datangi adalah yang ada di Bourke Street. Jujur saja, saya tidak terlalu naksir dengan koleksi pakaian dewasa yang ada di department store ini. Tapi begitu ke pakaian baby-nya, wuih banyak barang lucu dan murah-murah. Ada sweater dan kemeja untuk bayi cowok usia 3-6 bulan hanya seharga 7 AUD. Memang, sih, itu sudah harga diskon. Namun sebelum diskon pun hanya 15 AUD. Untuk pakaian bayi dengan karakter Disney dijual mulai harga 10 AUD. Ada juga dress untuk bayi cewek usia 6-12 bulan seharga 20 AUD tapi setelah diskon menjadi 10 AUD. Sedangkan untuk kaos-kaos singlet 1 paket (isi 3 buah) untuk new born hanya seharga 5 AUD. 




Strandbags
Di kedatangan saya yang pertama ke Melbourne pada November 2014, saya membeli dompet di sini. Saat itu toko yang terletak di pojok jalan antara Bourke Street and Swanston Street ini menjual beberapa barang dengan harga diskon. Lalu saat saya mengintip kembali toko ini di awal Mei, mereka juga sedang sale. Apakah itu kebetulan saja atau mereka sale sepanjang tahun, saya kurang tahu. Yang jelas, toko khusus tas, dompet, dan koper ini memberikan diskon antara 20-30%. Merknya pun bermacam-macam. Ada Guess, Lancaster, Laura Jones, Marikai dan banyak lagi lainnya. Untuk barang-barang penghabisan bahkan ada yang diskon sampai 70%.




Rubi
Ini sudah kedua kalinya saya mampir ke toko yang terletak di Bourke Street ini. Saat kedatangan pertama pada Oktober 2015 saya sempat membeli ankle boots diskon seharga 15 AUD (tadinya dijual seharga 59.90 AUD). Nah saat saya datang ke sini lagi, mereka juga memiliki beberapa barang diskon. Saya sempat melihat sunglasses yang harganya 2 AUD, 5 AUD, dan 7 AUD. Ada juga sandal kulit (sintetis) seharga 10 AUD untuk 3 pasang, dan dompet koin/hape seharga 2 AUD. 

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie


YouTube: yanilauwoie


Blog Sebelumnya:
  • Scan Passport Sendiri di Bandara Melbourne, Australia
  • Diminta Kartu Identitas Saat Masuk Tempat Casino di Melbourne
  • Pengalaman Mengirim Surat di Kantor Pos di Melbourne, Australia
  • Melewati Imigrasi Kedatangan di Bandara Melbourne? Siapkan Waktu yang Banyak!
Tidak habis kagum saya sama Melbourne, Australia. Menurut saya kota ini mendidik masyarakatnya untuk mandiri sekaligus melakukan efisiensi dengan menyediakan pelayanan self-service di banyak hal. Salah satunya yang saya alami di hari Selasa kemarin, yaitu self-service di imigrasi keberangkatan bandara Melbourne.


Karena nggak boleh foto saat scan passport, jadi foto box kartu imigrasi ini, deh

Terakhir saya keluar dari bandara Melbourne untuk menuju Jakarta pada bulan Oktober 2015. Saat itu imigrasi keberangkatan di bandara ini sama halnya dengan bandara-bandara lainnya. Maksudnya, ada antrian di mana kita menunggu dilayani petugas imigrasi untuk di-scan passport, foto, atau kebutuhan lainnya, sesuai negara masing-masing. Contohnya Malaysia akan membutuhkan sidik jari sementara Australia tidak. Namun kesamaan tiap bandara tersebut (paling tidak dari negara-negara yang pernah saya datangi) adalah adanya petugas yang membantu kita untuk proses tersebut. 

Saat saya melewati imigrasi kedatangan di bandara Melbourne pada awal Mei masih ada juga petugas yang membantu semua proses tersebut. Karena itu, saya kagum ketika mendapatkan pengalaman berbeda.

Setelah melewati screening, saya langsung masuk ke dalam ruangan imigrasi. Ada beberapa antrian di sini. Saya melihat ada yang berbeda dari antrian-antrian yang pernah saya alami dari 3 pengalaman saya keluar dari bandara Melbourne. Saya melihat ada mesin di ujung antrian tersebut. Saya lalu melihat ke antrian-antrian sebelah saya, ternyata ada mesinnya juga. Oke, berarti ini bukan pilihan. Itu pikiran saya.

Saya pun berusaha melihat apa yang dilakukan oleh orang yang ada di depan saya. Sambil melirik petugas yang berkeliaran di sekitar kami. Bukan apa-apa, saya harus memastikan bisa memanggil petugas tersebut kalau terjadi apa-apa. Siapa tahu saya gaptek.

Begitu sampai giliran saya, sebenarnya saya agak deg-degan juga sih. Tapi berusaha tenang dan pede aja. Saya melihat layar scanner di depan saya masih berputar, seperti tanda sedang memproses. Lalu beberapa detik kemudian, di layar mesin tersebut terdapat gambar yang menunjukkan dengan sangat jelas bagaimana saya harus meletakkan passport saya ke dalam scanner tersebut. Saya pun mengikutinya dan satu detik kemudian scanner tersebut 'memakan' passport saya. Dalam hitungan beberapa detik kemudian, passport saya kembali keluar dari scanner dan penghalang kaca atau plastik bening yang ada di depan saya terbuka.

Saya pun maju melewati penghalang tersebut. Tiba-tiba dari pengeras suara, muncul kalimat yang kurang lebih meminta kita berdiri di titik yang ada di lantai dan menghadap layar. Titik di lantai digambar menyerupai bentuk sepatu sehingga mempermudah saya untuk berdiri sesuai arahan. Lalu saya pun menghadap layar seperti yang diminta. Ini adalah proses foto. Saya tidak tahu kapan tepatnya foto selesai karena tidak ada bunyi "cekrek". Atau kalaupun ada mungkin saya tidak dengar. Saya tahu itu sudah selesai saat (lagi-lagi) pembatas bening terbuka. Saya pun berjalan melewatinya.

Saat kagum dengan diri sendiri karena berhasil melalui proses ini tanpa masalah, saya melihat dua orang petugas. Saya pun bertanya kepada salah satunya yang merupakan seorang wanita. "Iya ini memang baru diterapkan. Mungkin sekitar 2-3 bulan," jelasnya. Setelah mendapatkan jawaban tersebut, saya melanjutkan perjalanan. Namun baru beberapa langkah, terhenti karena melihat kumpulan orang.

Ternyata orang-orang ini sedang meletakkan kartu imigrasi ke dalam box bening. Wah, untung saya melihatnya. Saya pun memasukkan kartu tersebut ke dalam box. Voila, selesailah pengalaman imigrasi self-service saya di bandara internasional Melbourne.

Kata salah satu teman saya, imigrasi bandara Soekarno Hatta Jakarta juga sudah punya layanan sef-service ini. Tapi hanya berlaku untuk yang memiliki e-passport. Karena saya bukan pemegang e-passport, jadi saya belum pernah merasakan fasilitas tersebut.

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie


YouTube: yanilauwoie


Blog Sebelumnya:
  • Diminta Kartu Identitas Saat Masuk Tempat Casino di Melbourne
  • Pengalaman Mengirim Surat di Kantor Pos di Melbourne, Australia
  • Melewati Imigrasi Kedatangan di Bandara Melbourne? Siapkan Waktu yang Banyak!
  • Pakai Body Lotion di Depan Petugas Bandara Soekarno Hatta

Foto ilustrasi: Pexels

Saya sudah beberapa kali mengunjungi Crown Melbourne namun baru kali ini saya ditanyakan kartu identitas. Sialnya, tepat saat saya tidak membawanya.

Crown Melbourne adalah resort yang ada di area Southbank, Melbourne. Tempat ini memiliki 3 hotel, ruang serba guna, tempat perbelanjaan, restoran, dan tempat berjudi. Casino yang ada di sini adalah casino terbesar di Australia. Menurut official websitenya, Crown Melbourne memiliki 2.628 mesin permainan dan 540 meja permainan. Tiap kali saya ke sini, pasti ada saja orang berjudi.

Saya sendiri belum pernah mencoba satu pun permainan yang ada di sini. Saya keluar masuk tempat ini untuk mencari makan. Di sini, terdapat banyak pilihan tempat makan, baik dari segi harga yang lumayan terjangkau sampai yang lumayan menguras kantong atau dari pilihan jenis makanannya itu sendiri. Mau makanan western atau Asia, tinggal pilih saja.

Dari beberapa pengalaman saya sebelumnya, masuk ke sini juga cukup mudah. Saya tidak pernah menemukan kendala apa-apa. Tidak pernah juga ditanyakan macam-macam, termasuk tanda pengenal atau identitas. Sama, deh, seperti masuk ke tempat judi di Macau. Tapi itu berbeda ketika saya datang ke sini pada hari Senin kemarin. 

Malam itu, saya dan Trav selesai makan di restoran chinese food, Man Tong Kitchen. Untuk menuju pulang, kami harus melewati tempat casino seperti saat kami masuk. Karena selama ini tidak pernah ada kasus apa-apa, saya pun santai melenggang di depan petugas penjaga arena masuk casino. Tiba-tiba satu dari dua orang petugas tersebut menghentikan saya. 

"Boleh saya lihat kartu identitasnya?"
"Saya nggak bawa kartu identitas."
"Apapun, deh, tanda pengenal. Surat izin mengemudi, mungkin?"
"Nggak ada karena saya nggak bawa dompet."
"Berapa usia Anda?"

Setelah saya menyebutkan usia saya, baru petugas tersebut mengizinkan saya masuk. "Lain kali jangan lupa bawa tanda pengenal, ya," katanya mengingatkan. Saya pun bisa melenggang namun bingung dengan kejadian tersebut. Saya telah melewati banyak petugas dan tidak pernah ada yang menanyakan hal tersebut sebelumnya.

"Mungkin petugas tersebut melihat kamu, tuh, cantik dan ingin memuji. Perempuan biasanya senang kalau dianggap lebih muda dari umurnya," ceplos Trav.

Duuuueeeeeng!
----------@yanilauwoie----------


Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Pengalaman Mengirim Surat di Kantor Pos di Melbourne, Australia
  • Melewati Imigrasi Kedatangan di Bandara Melbourne? Siapkan Waktu yang Banyak!
  • Pakai Body Lotion di Depan Petugas Bandara Soekarno Hatta
  • Penginapan di Yogyakarta: The Alana Hotel & Convention Centre

Saya merasa perlu menulis apa yang saya alami di kantor pos tadi siang agar saya ingat dan tidak mengulang kesalahan yang sama.


Beberapa hari sebelum saya berangkat ke Melbourne, Australia, teman saya, Uliel menitip sesuatu dari Jakarta untuk dikirimkan ke alamatnya yang sekarang berada di Perth. Tentunya biaya kirim Melbourne - Perth akan lebih murah daripada Jakarta- Perth. 

Nah, hari ini saya ke kantor pos yang ada di Collin Street. Cukup kaget juga karena banyak orang sudah mengantri dari pintu masuk. Memang, sih, kantor posnya kecil. Selain karena ukurannya, kantor pos ini melayani banyak hal. Selain kirim-mengirim surat dan barang, pembayaran tagihan, sampai foto untuk passport juga ada. Mungkin itu juga menjadi salah satu penyebab kenapa antriannya mengular.

Meskipun begitu, antrinya tidak lama karena petugas yang melayani ada 3 - 4 orang. Saat sampai bagian saya, sang petugas yang sudah paruh baya berkata, "Sebaiknya kalau mengirim surat alamat yang dituju dan pengirim jangan dijadikan satu karena nanti suratnya bisa kembali dikirim ke kamu." Saya memang menulis alamatnya di bagian depan semua. Tapi saya pikir petugas akan bisa membedakan karena ada "to" dan "from". 

"Lalu saya harus bagaimana?" 
"Nggak apa-apa seperti ini saja. Kalaupun nanti suratnya kembali ke kamu, tidak akan dikenakan biaya, kok."

Sebenarnya bukan masalah mengeluarkan biaya atau tidak tapi kalau suratnya kembali ke tempat yang saya tinggali selama di Melbourne sementara sayanya sudah di Jakarta, kan, akan repot. Akhirnya saya putuskan untuk membeli amplop baru. Kakek tersebut mengingatkan untuk menulis alamat pengirim di belakang amplop.

Untuk amplop, saya dikenakan harga sebesar 20 cent. Total amplop dan perangko senilai 1 AUD, saya harus membayar 2.20 AUD. Nggak apa-apa, deh, nambah 20 cent daripada repot karena titipan orang nggak sampai ke rumahnya. 

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie


YouTube: yanilauwoie

Blog Sebelumnya:
  • Melewati Imigrasi Kedatangan di Bandara Melbourne? Siapkan Waktu yang Banyak!
  • Pakai Body Lotion di Depan Petugas Bandara Soekarno Hatta
  • Penginapan di Yogyakarta: The Alana Hotel & Convention Centre
  • Siapkan Waktu Lebih di Bandara Perth, Australia Kalau Tidak Mau Ketinggalan Pesawat

Setelah 4 kali mengunjungi Melbourne, Australia baru di kedatangan ke-4 ini, saya melewati imigrasi kedatangan. Ternyata ramainya bukan main.

Di kedatangan saya yang pertama pesawat Qantas yang saya tumpangi transit di Sydney, untuk kemudian ganti pesawat domestik tujuan Melbourne. Jadi imigrasi kedatangan yang saya lewati tentulah di bandara Sydney.

Lalu di kedatangan ke-2 dan ke-3, saya jalan-jalan di Sydney dan Perth dulu sebelum ke Melbourne. Jadi lagi-lagi saya tidak melewati imigrasi kedatangan di bandara Melbourne, Tullamarine. Baru di kedatangan ke-4 inilah, saya akhirnya terbang direct ke Melbourne dari Jakarta. Begitu masuk bandara, saya dikejutkan oleh antrian luar biasa panjang di imigrasi kedatangan.

Butuh waktu nyaris satu jam mulai dari mengantri sampai akhirnya passpor saya di cap oleh petugas imigrasi. Sebagai perbandingan, begitu selesai dari imigrasi, saya sudah melihat koper-koper dari pesawat Garuda Indonesia yang saya naiki sudah berjalan di mesin pengambilan bagasi. Saat saya mendarat di Sydney dan Perth, saya harus menunggu untuk koper akhirnya muncul.

Saya tidak tahu apakah imigrasi kedatangan Melbourne selalu ramai atau hanya kebetulan ketika saya mendarat kemarin, Minggu, pukul 08.00. Namun ini menjadi pelajaran untuk menyediakan waktu lebih ketika saya datang melewati imigrasi kedatangan bandara Melbourne. Baik untuk plan selanjutnya ketika akan mengeksplore Melbourne atau misalnya transit untuk naik pesawat berikutnya.


----------@yanilauwoie----------


Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Pakai Body Lotion di Depan Petugas Bandara Soekarno Hatta
  • Penginapan di Yogyakarta: The Alana Hotel & Convention Centre
  • Siapkan Waktu Lebih di Bandara Perth, Australia Kalau Tidak Mau Ketinggalan Pesawat
  • Kena Marah Sopir Bus di Vietnam

Newer Posts Older Posts Home

My Travel Book

My Travel Book
Baca yuk, kisah perjalanan saya di 20 negara!

My Travel Videos

Connect with Me

Total Pageviews

Categories

Amerika Serikat Australia Belanda Belgia Ceko Denmark Hong Kong Indonesia Inggris Irlandia Italia Jepang Jerman Korea Selatan Macau Malaysia Prancis Singapura Skotlandia Spanyol Thailand Vietnam

Blog Archive

  • ►  2025 (4)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2024 (12)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2023 (7)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  October (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2021 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (51)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (5)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (10)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2018 (30)
    • ►  December (8)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (60)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (5)
    • ►  September (8)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (8)
    • ►  April (9)
    • ►  March (2)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ▼  2016 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (3)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ▼  May (6)
      • Makanan Enak di Melbourne, Australia
      • Tempat Belanja Murah di Melbourne, Australia
      • Scan Passport Sendiri di Bandara Melbourne, Australia
      • Diminta Kartu Identitas Saat Masuk Tempat Casino d...
      • Pengalaman Mengirim Surat di Kantor Pos di Melbour...
      • Melewati Imigrasi Kedatangan di Bandara Melbourne?...
    • ►  April (5)
    • ►  March (4)
    • ►  February (4)
    • ►  January (6)
  • ►  2015 (51)
    • ►  December (7)
    • ►  November (4)
    • ►  October (3)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (3)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2014 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (1)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (6)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (5)
    • ►  April (4)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (6)
  • ►  2013 (13)
    • ►  December (5)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)

Search a Best Deal Hotel

Booking.com

Translate

Booking.com

FOLLOW ME @ INSTAGRAM

Most Read

  • 10 Info Tentang Kartu Myki, Alat Bayar Transportasi di Melbourne, Australia
  • 6 Rekomendasi Oleh-oleh dari Edinburgh, Skotlandia dan Kisaran Harganya
  • 8 Tip Naik Tram di Melbourne, Australia
  • My 2018 Highlights

About Me

Hi, I'm Yani. I have 15 years experience working in the media industry. Despite my ability to write various topics, my biggest passion is to write travel stories. By writing travel stories, I combine my two favourite things; travelling and writing. All the content in this blog are mine otherwise is stated. Feel free to contact me if you have questions or collaboration proposal :)

Contact Me

Name

Email *

Message *

Copyright © 2016 My Travel Stories. Created by OddThemes & VineThemes