My Travel Stories

Lots of memories I can't keep, that's why I write.

Powered by Blogger.
  • Home
  • Indonesia
  • Asia
  • Australia
  • Eropa
  • Amerika
  • Travel Tips
  • Itinerary
  • Portfolio
Akhir Agustus - awal September 2016, saya dikirim kantor untuk liputan ke Thailand. Catatan hasil perjalanan saya terangkum dalam tulisan di majalah femina no.43/2017 yang edar 27 Oktober 2016.







Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie

Blog Sebelumnya:
  • Cari Barang-barang Unik di Bangkok? Wajib Datang ke 3 Toko Ini
  • Kata Siapa Orang Vietnam Kasar? Pengalaman Saya Membuktikan Sebaliknya
  • Hotel di Thailand: Amari Hua Hin Hotel
  • Plus Minus Fasilitas Autogate Imigrasi di Bandara
Bangkok sebagai salah satu kota tujuan wisata belanja sudah sering saya dengar. Banyak yang bilang bahwa barang-barang di Bangkok murah-murah. Namun setelah akhirnya saya mengunjungi ibukota Thailand ini untuk pertama kalinya pada akhir Agustus - awal September lalu, saya bisa paham kenapa tidak salah menjadikan Bangkok sebagai tujuan wisata belanja.

Bukan hanya perkara harganya yang murah namun juga kreativitas orang-orang Thailand dalam memproduksi dan mengemas barang-barangnya yang membuat wisata belanja di sini menjadi pengalaman yang berbeda. Dari perjalanan saya kemarin, saya ingin merekomendasikan tiga toko yang memiliki barang-barang unik. Ketiga toko tersebut adalah:



1. Dress Me Up
Lokasi: Lantai 3, Bangkok Art and Culture Centre, 939 Rama 1 Rd, Pathum Wan, Bangkok 10330.
Waktu Buka: Sesuai dengan waktu bukanya Bangkok Art and Culture Centre, yaitu Selasa - Minggu, pukul 10.00 - 21.00.
Tempat ini menjual barang-barang produksi Thailand, Anothai yang dilukis tangan dan dianyam. Jangan bayangkan anyaman rotan, ya. Anyaman yang ada di sini adalah anyaman kapas. Harga untuk sebuah tas anyaman 590 bath (sekitar Rp236.000), tas lukisan 1.650 bath (sekitar Rp660.000) topi anyaman 350 bath (sekitar Rp140.000), sedangkan syal anyaman antara 100 - 300 bath (sekitar Rp40.000-Rp120.000). Harga ini bervariasi tergantung besar kecil dan tingkat kesulitan membuatnya.



2. Save Earth Store
Lokasi: Lantai 4 Bangkok Art and Culture Centre, 939 Rama 1 Rd, Pathum Wan, Bangkok 10330.
Waktu Buka: Sesuai dengan waktu bukanya Bangkok Art and Culture Centre, yaitu Selasa - Minggu, pukul 10.00 - 21.00.
Sesuai nama tokonya, jangan heran bila kita menemukan barang-barang daur ulang di sini. Seperti tas atau dompet yang dibuat dari kemasan bekas pakai. Meskipun dari barang bekas hasilnya tetap berkualitas. Untuk harganya pun bervariasi. Sebagai gambaran tote bag dari karung plastik bekas dijual dengan harga 890 bath (sekitar Rp356.000) sedangkan shoulder bag dijual dengan harga 1.290 bath (sekitar Rp516.000).



3. House of Siree
Lokasi: Lantai 1C MBK Center, 444 Phayathai Rd, Bangkok, Pathumwan 10330.
Waktu Buka: Sesuai dengan waktu bukanya MBK, yaitu Senin-Minggu, pukul 10.00 - 22.00
MBK Center punya banyak toko yang menjual sepatu namun toko ini memiliki koleksi sepatu yang berbeda. Sepatu-sepatu yang dijualnya dilapisi oleh kancing. Baik itu sepatu model slip on, sneakers sampai flat atau sepatu anak-anak maupun dewasa, semuanya dilapisi kancing. Kancing-kancing yang dipilih rata-rata berwarna terang sehingga membuat deretan sepatu yang terpajang di rak ini sangat eye catching. Harganya sekitar 1.500 - 1.800 bath (sekitar Rp600.000 - Rp720.000).

Tulisan tentang ketiga toko ini saya tulis pertama kali untuk website femina. Artikelnya bisa dibaca di sini.






Booking.com ----------@yanilauwoie----------


Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Kata Siapa Orang Vietnam Kasar? Pengalaman Saya Membuktikan Sebaliknya
  • Hotel di Thailand: Amari Hua Hin Hotel
  • Plus Minus Fasilitas Autogate Imigrasi di Bandara
  • Internetan Murah di Thailand






 Foto Ilustrasi: Pixabay

Sekitar dua minggu lalu saya terbang dengan pesawat Jetstar dari Singapura menuju Melbourne, Australia. Saya dapat kursi yang dekat lorong, bersebelahan dengan seorang wanita asal Vietnam. Pertemuan dengannya makin menunjukkan kepada saya bahwa banyak orang Vietnam yang baik.

Awalnya saya tidak tahu bahwa dia dari Vietnam. Kami hanya bertukar senyum sebelum saya tertidur. Terbang dengan pesawat malam, apalagi yang bisa dilakukan selain tidur, kan? Sekitar hampir 2 jam sebelum mendarat, lampu pesawat yang tadinya gelap, menyala. Rupanya para pramugari dan pramugara membagikan makanan untuk mereka yang memesan makan. Meskipun tidak memesan makanan, mata saya sudah kadung terbuka. 

Saya melirik wanita di sebelah saya yang mendapatkan kotak makan. Wanita yang saya taksir berusia 40-50-an ini sedang membuka kotak tersebut. Tanpa terduga, tiba-tiba dia menyodorkan cupcake yang tadinya ada di kotak tersebut kepada saya. Saya pun refleks menjawab, "No thank you," sambil melambaikan tangan tanda penolakan. Namun wanita ini terus menyodorkan cupcake-nya. Waduh! 

Saya sebenarnya tidak lapar. Apalagi saat itu masih pagi banget. Bahkan kalau mengikuti waktu Jakarta, hitungannya masih tengah malam. Saya nggak terbiasa makan menjelang jam 2 pagi. Tapi karena wanita itu terus menyodorkan cupcake-nya saya pun menerimanya. 

Dia kemudian membuka meja saya. Lalu mengambil dua snack dari dalam kemasan dari penumpang yang duduk di sisi kirinya. Kalau melihat wajahnya, saya menduga penumpang tersebut adalah anak perempuannya. Lalu, dia meletakkan dua snack yang terbungkus plastik bening tersebut ke meja saya. Wah, cupcake-nya saja belum saya makan.

Yang terjadi selanjutnya tidak kurang membuat saya terheran-heran. Dia meletakkan botol susu yang tinggal setengah (setelah setengahnya dia pakai untuk cereal) di meja saya. Tidak lama, dia meletakkan gelas berisi setengah teh panas. Jadi dia membagi dua teh panas pesanan dia kepada saya. Wah, dia benar-benar membagi makanannya kepada saya. 

Tidak mau menyakiti perasaannya yang sudah begitu baik, saya pun menghabisi satu persatu makanan dan minuman yang ada di meja saya. Ketika saya mau mulai makan snack yang dia ambil dari putrinya, saya membaca kemasan untuk mencari tahu snack apa yang akan saya makan ini. Melihat gerakan saya, dia mengambil bungkusan snack tersebut dari putrinya dan diberikan kepada saya. Tidak mendapat penjelasan juga sih, itu snack apa tapi saya jadi tahu itu snack dari Vietnam. 

Saya pun bertanya kepada dia, "Where are you from?" Wanita tersebut terdiam. "Vietnam?" lanjut saya. Dia pun mengangguk. Saya tambah yakin dia adalah orang Vietnam ketika melihat passpornya saat dia mengeluarkannya ketika pesawat mau mendarat.  

Kebaikan wanita ini melayangkan ingatan saya saat melakukan trip ke Vietnam pada 2012 lalu. Saat itu saya pun menemukan banyak sekali orang baik di Vietnam. Padahal sebelumnya, beberapa orang mengingatkan saya agar berhati-hati di Vietnam karena orangnya kasar-kasar. Ya tidak semuanya juga baik sih, karena sempat tertipu di money changer bandara dan tukang jualan di pinggir jalan. Tapi dibandingkan orang baiknya, jauh lebih banyak orang baiknya.

Kalau saya boleh simpulkan, anggapan orang Vietnam kasar mungkin karena adanya kendala bahasa. Banyak di antara mereka yang tidak bisa berbahasa Inggris sehingga menyusahkan ketika berkomunikasi. Selain itu saya percaya orang jahat dan baik ada di mana-mana. Tinggal bagaimana kita menyikapinya saja. Setuju?


----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

    Blog Sebelumnya:
    • Hotel di Thailand: Amari Hua Hin Hotel
    • Plus Minus Fasilitas Autogate Imigrasi di Bandara
    • Internetan Murah di Thailand
    • Tour Guide Berbahasa Indonesia di Thailand: Saya Belajar dari Sinetron


    Newer Posts Older Posts Home

    My Travel Book

    My Travel Book
    Baca yuk, kisah perjalanan saya di 20 negara!

    My Travel Videos

    Connect with Me

    Total Pageviews

    Categories

    Amerika Serikat Australia Belanda Belgia Ceko Denmark Hong Kong Indonesia Inggris Irlandia Italia Jepang Jerman Korea Selatan Macau Malaysia Prancis Singapura Skotlandia Spanyol Thailand Vietnam

    Blog Archive

    • ►  2025 (4)
      • ►  May (1)
      • ►  April (1)
      • ►  March (1)
      • ►  January (1)
    • ►  2024 (12)
      • ►  December (1)
      • ►  November (1)
      • ►  October (1)
      • ►  September (1)
      • ►  August (1)
      • ►  July (1)
      • ►  June (1)
      • ►  April (1)
      • ►  March (1)
      • ►  February (2)
      • ►  January (1)
    • ►  2023 (7)
      • ►  December (3)
      • ►  November (2)
      • ►  October (1)
      • ►  April (1)
    • ►  2022 (6)
      • ►  October (2)
      • ►  April (1)
      • ►  March (1)
      • ►  February (1)
      • ►  January (1)
    • ►  2021 (19)
      • ►  December (2)
      • ►  November (2)
      • ►  October (2)
      • ►  September (2)
      • ►  August (2)
      • ►  July (3)
      • ►  June (2)
      • ►  May (2)
      • ►  April (1)
      • ►  March (1)
    • ►  2020 (4)
      • ►  December (1)
      • ►  November (1)
      • ►  January (2)
    • ►  2019 (51)
      • ►  December (4)
      • ►  November (3)
      • ►  October (2)
      • ►  September (3)
      • ►  August (4)
      • ►  July (3)
      • ►  June (5)
      • ►  May (4)
      • ►  April (5)
      • ►  March (10)
      • ►  February (4)
      • ►  January (4)
    • ►  2018 (30)
      • ►  December (8)
      • ►  November (2)
      • ►  October (1)
      • ►  September (3)
      • ►  August (1)
      • ►  July (1)
      • ►  June (1)
      • ►  April (1)
      • ►  March (5)
      • ►  February (4)
      • ►  January (3)
    • ►  2017 (60)
      • ►  December (6)
      • ►  November (4)
      • ►  October (5)
      • ►  September (8)
      • ►  August (5)
      • ►  July (2)
      • ►  June (3)
      • ►  May (8)
      • ►  April (9)
      • ►  March (2)
      • ►  February (4)
      • ►  January (4)
    • ▼  2016 (51)
      • ►  December (6)
      • ▼  November (3)
        • Phetchaburi, Thailand Tayang di Majalah Femina No....
        • Cari Barang-barang Unik di Bangkok? Wajib Datang k...
        • Kata Siapa Orang Vietnam Kasar? Pengalaman Saya Me...
      • ►  October (5)
      • ►  September (4)
      • ►  August (4)
      • ►  July (1)
      • ►  June (3)
      • ►  May (6)
      • ►  April (5)
      • ►  March (4)
      • ►  February (4)
      • ►  January (6)
    • ►  2015 (51)
      • ►  December (7)
      • ►  November (4)
      • ►  October (3)
      • ►  September (3)
      • ►  August (4)
      • ►  July (4)
      • ►  June (4)
      • ►  May (6)
      • ►  April (3)
      • ►  March (6)
      • ►  February (4)
      • ►  January (3)
    • ►  2014 (51)
      • ►  December (6)
      • ►  November (1)
      • ►  October (3)
      • ►  September (2)
      • ►  August (6)
      • ►  July (5)
      • ►  June (3)
      • ►  May (5)
      • ►  April (4)
      • ►  March (5)
      • ►  February (5)
      • ►  January (6)
    • ►  2013 (13)
      • ►  December (5)
      • ►  November (2)
      • ►  October (6)

    Search a Best Deal Hotel

    Booking.com

    Translate

    Booking.com

    FOLLOW ME @ INSTAGRAM

    Most Read

    • 10 Info Tentang Kartu Myki, Alat Bayar Transportasi di Melbourne, Australia
    • 6 Rekomendasi Oleh-oleh dari Edinburgh, Skotlandia dan Kisaran Harganya
    • 8 Tip Naik Tram di Melbourne, Australia
    • My 2018 Highlights

    About Me

    Hi, I'm Yani. I have 15 years experience working in the media industry. Despite my ability to write various topics, my biggest passion is to write travel stories. By writing travel stories, I combine my two favourite things; travelling and writing. All the content in this blog are mine otherwise is stated. Feel free to contact me if you have questions or collaboration proposal :)

    Contact Me

    Name

    Email *

    Message *

    Copyright © 2016 My Travel Stories. Created by OddThemes & VineThemes