Kata Siapa Orang Vietnam Kasar? Pengalaman Saya Membuktikan Sebaliknya
Foto Ilustrasi: Pixabay
Sekitar dua minggu lalu saya terbang dengan pesawat Jetstar dari Singapura menuju Melbourne, Australia. Saya dapat kursi yang dekat lorong, bersebelahan dengan seorang wanita asal Vietnam. Pertemuan dengannya makin menunjukkan kepada saya bahwa banyak orang Vietnam yang baik.
Awalnya saya tidak tahu bahwa dia dari Vietnam. Kami hanya bertukar senyum sebelum saya tertidur. Terbang dengan pesawat malam, apalagi yang bisa dilakukan selain tidur, kan? Sekitar hampir 2 jam sebelum mendarat, lampu pesawat yang tadinya gelap, menyala. Rupanya para pramugari dan pramugara membagikan makanan untuk mereka yang memesan makan. Meskipun tidak memesan makanan, mata saya sudah kadung terbuka.
Saya melirik wanita di sebelah saya yang mendapatkan kotak makan. Wanita yang saya taksir berusia 40-50-an ini sedang membuka kotak tersebut. Tanpa terduga, tiba-tiba dia menyodorkan cupcake yang tadinya ada di kotak tersebut kepada saya. Saya pun refleks menjawab, "No thank you," sambil melambaikan tangan tanda penolakan. Namun wanita ini terus menyodorkan cupcake-nya. Waduh!
Saya sebenarnya tidak lapar. Apalagi saat itu masih pagi banget. Bahkan kalau mengikuti waktu Jakarta, hitungannya masih tengah malam. Saya nggak terbiasa makan menjelang jam 2 pagi. Tapi karena wanita itu terus menyodorkan cupcake-nya saya pun menerimanya.
Dia kemudian membuka meja saya. Lalu mengambil dua snack dari dalam kemasan dari penumpang yang duduk di sisi kirinya. Kalau melihat wajahnya, saya menduga penumpang tersebut adalah anak perempuannya. Lalu, dia meletakkan dua snack yang terbungkus plastik bening tersebut ke meja saya. Wah, cupcake-nya saja belum saya makan.
Yang terjadi selanjutnya tidak kurang membuat saya terheran-heran. Dia meletakkan botol susu yang tinggal setengah (setelah setengahnya dia pakai untuk cereal) di meja saya. Tidak lama, dia meletakkan gelas berisi setengah teh panas. Jadi dia membagi dua teh panas pesanan dia kepada saya. Wah, dia benar-benar membagi makanannya kepada saya.
Tidak mau menyakiti perasaannya yang sudah begitu baik, saya pun menghabisi satu persatu makanan dan minuman yang ada di meja saya. Ketika saya mau mulai makan snack yang dia ambil dari putrinya, saya membaca kemasan untuk mencari tahu snack apa yang akan saya makan ini. Melihat gerakan saya, dia mengambil bungkusan snack tersebut dari putrinya dan diberikan kepada saya. Tidak mendapat penjelasan juga sih, itu snack apa tapi saya jadi tahu itu snack dari Vietnam.
Saya pun bertanya kepada dia, "Where are you from?" Wanita tersebut terdiam. "Vietnam?" lanjut saya. Dia pun mengangguk. Saya tambah yakin dia adalah orang Vietnam ketika melihat passpornya saat dia mengeluarkannya ketika pesawat mau mendarat.
Kebaikan wanita ini melayangkan ingatan saya saat melakukan trip ke Vietnam pada 2012 lalu. Saat itu saya pun menemukan banyak sekali orang baik di Vietnam. Padahal sebelumnya, beberapa orang mengingatkan saya agar berhati-hati di Vietnam karena orangnya kasar-kasar. Ya tidak semuanya juga baik sih, karena sempat tertipu di money changer bandara dan tukang jualan di pinggir jalan. Tapi dibandingkan orang baiknya, jauh lebih banyak orang baiknya.
Kalau saya boleh simpulkan, anggapan orang Vietnam kasar mungkin karena adanya kendala bahasa. Banyak di antara mereka yang tidak bisa berbahasa Inggris sehingga menyusahkan ketika berkomunikasi. Selain itu saya percaya orang jahat dan baik ada di mana-mana. Tinggal bagaimana kita menyikapinya saja. Setuju?
----------@yanilauwoie----------
Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h
Blog Sebelumnya:
0 komentar