Nonton di Bioskop di Australia, Nggak Ada Nomor Kursinya
Layaknya seperti bioskop-bioskop di Indonesia, di sini juga terdapat counter tiket meskipun bisa juga membeli tiket secara online. Setelah membeli tiket di counter tiket, saya mengikuti arahan Trav untuk masuk ke theater 8. Karena saya tidak memegang tiket, jadi saya tidak tahu di mana posisi kami harus duduk. Saya mulai heran, ketika Trav bilang, "Di sini kayaknya oke," kata dia sambil masuk ke dalam barisan tengah. Saya bingung melihat Trav yang memilih duduk berdasarkan lokasi yang disukainya. Memangnya kita bisa duduk seenaknya?
Setelah duduk, saya pun mulai menoleh kiri kanan dan memperhatikan kursi-kursi yang ada di sekitar saya. Tidak ada nomornya. Wah, jadi ini bioskop free seating, ya? "Namanya unallocated seating," kata Trav. Kebalikan dari allocated seating, di mana nomor kursi sudah ditentukan.
Saya kaget mendengar perkataan Trav karena saya tidak familiar dengan konsep unallocated seating untuk bioskop. Tiap kali saya nonton di 21, XXI, atau Blitzmegaplex di Indonesia selalu ada nomor kursinya dan penonton harus duduk di kursi dengan nomor yang sama yang tertera di tiketnya. Kecuali saya menonton film di acara nonton bareng yang diadakan oleh kantor atau nonton film karena undangan preview atau premiere untuk media massa, duduknya baru bisa bebas.
Dengan konsep unallocated seating ini, siapa cepat dia dapat posisi duduk terbaik yang diinginkan. Sebenarnya ketentuan siapa cepat dia dapat ini sama saja sih, diterapkan di bioskop allocated seating karena toh, ketika kita paling cepat datang ke bioskop dan membeli tiket kita bisa memilih posisi atau nomor kursi terbaik yang kita mau. Lalu di mana bedanya?
Bedanya adalah ketika kita sudah memegang tiket dengan nomor kursi tertentu kita tidak perlu terburu-buru masuk ke dalam theater. Kita bisa masuk sangat mepet ketika film mau diputar. Toh kursi kita tidak akan ada yang mengambil. Nah, untuk unallocated seating tidak demikian. Kita harus cepat masuk ke dalam theater untuk mengamankan posisi strategis.
Situasi ini dimanfaatkan oleh pihak bioskop untuk menayangkan sebanyak mungkin iklan. Contohnya ketika saya menonton Guardian of the Galaxy Vol. 2. Tertulis di jadwal, film tersebut diputar pukul 17.30 tapi nyatanya film baru diputar pada pukul 18.00. 30 menit sebelumnya diisi oleh iklan. Benar-benar iklan non stop selama 30 menit!
Mungkin untuk orang-orang yang sering menonton sudah tahu dengan adanya penayangan iklan ini. Mereka tahu bahwa film tidak akan diputar tepat seperti yang tertulis di jadwal. Tapi dengan adanya konsep unallocated seating, penonton tidak mau mengambil risiko datang mepet dan berakhir dengan duduk di kursi paling depan. Saya saja malas kalau disuruh nonton di kursi paling depan. Lebih baik nonton iklan deh, selama 30 menit daripada leher pegal karena mendongak.
Lalu apakah saat itu banyak orang yang menonton film Guardians of The Galaxy Vol. 2 dan membuat theater penuh? Jawabannya tidak! Yang menonton hanya ada 10 orang termasuk rombongan saya yang berjumlah 4 orang. Padahal tersedia 188 kursi. Mungkin tipe filmnya bukan yang digemari oleh orang-orang Geelong atau memang orang-orang Geelong nggak suka nonton.
Fakta tersebut tidak mengubah pemikiran saya bahwa bioskop ini cerdas memanfaatkan konsep unallocated seating untuk menambah pemasukan melalui iklan dengan memainkan psikologi orang yang ingin datang cepat ke bioskop demi mendapatkan posisi duduk terbaik.
Tapi tidak semua bioskop di Australia menggunakan konsep unallocated seating, ya. Saya pernah nonton di bioskop Imax Melbourne yang merupakan bioskop dengan layar terbesar ke-3 di dunia, konsep duduknya menggunakan allocated seating.
Saya nggak tahu deh, di Indonesia. Adakah yang pernah menonton di bioskop dengan unallocated seating? Mau dong, di-share pengalamannya.. :)
----------@yanilauwoie----------
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h
Blog Sebelumnya:
0 komentar