Ada Razia di Tram di Melbourne, Deg-degan Sampai ke Ubun-ubun
Tram di Melbourne
Perihal adanya razia di tram-tram di Melbourne, Australia saya sudah tahu lama. Tapi saya baru mengalaminya sendiri pada Agustus 2017. Kejadian itu bikin deg-degan sampai ke ubun-ubun!
Siang itu, saya, Stacey, dan Selvy dalam perjalanan menuju Universitas Melbourne. Kami naik tram dari sudut Swanston dan Bourke Street. Lupa, naik tram nomor berapa karena semua tram yang lewat jalan itu, pasti akan melewati Universitas Melbourne. Saat naik, kami memang berada di free tram zone tapi saya tahu kami akan turun di luar free tram zone, karena itu touch on myki adalah suatu keharusan. (untuk yang belum tahu mengenai sistem transportasi tram bisa baca di tautan ini dan sistem pembayaran dengan kartu myki bisa baca di tautan ini).
Karena itu, begitu tram mencapai pemberhentian di Melbourne Central (satu stop dari kami naik tram), kami langsung touch on kartu myki kami di mesin yang ada di dekat pintu. Stacey yang melakukan touch on untuk ketiga kartu kami karena dia yang berada paling dekat dengan mesin tersebut.
Tidak lama begitu tram berjalan meninggalkan Melbourne Central, tiba-tiba ada seorang wanita berambut pirang berdiri dan menghampiri seorang penumpang. Wanita tersebut menunjukkan ID yang tergantung di dadanya. Belum begitu paham apa yang sebenarnya terjadi, ada satu wanita berambut pendek yang juga melakukan hal yang sama. Lalu saya melihat seorang pria di belakang saya dan satu pria di depan saya, juga melakukan hal sama. Mereka meminta kartu-kartu myki para penumpang untuk dicek di alat yang mereka bawa. Saat itulah saya paham bahwa mereka adalah para petugas yang melakukan razia. Para petugas mengecek para penumpang apakah sudah touch on atau belum.
Melihat mereka, beberapa penumpang terlihat panik. Salah satu penumpang pria langsung buru-buru mengeluarkan kartu mykinya dan touch on di mesin. Aksi tersebut tertangkap mata petugas wanita yang berambut pirang. Sang petugas langsung menghampiri pria tersebut dan menegurnya. "Kenapa kamu baru touch on sekarang?" tanya si petugas dengan suara tegas. Sang pria berusaha membela diri dengan berkata kurang lebih, "Lho, kan free tram zone-nya juga baru lewat." Si petugas tampaknya tidak puas dengan jawabannya dan menyerocos panjang lebar yang saya sudah tidak bisa menangkap lagi keseluruhan perkataannya karena jantung saya ikut berdebar.
Saya melihat Stacey dan Selvy yang juga kelihatan panik. Saya berusaha tenang dan menjelaskan ke mereka situasi apa yang sedang mereka hadapi. Padahal sesungguhnya saya pun deg-degan banget. Saya minta ke mereka untuk mengeluarkan kartu myki mereka dan siap-siap diperiksa petugas.
Di kepala saya berkecamuk berbagai pemikiran. Saya mulai mengingat-ingat ada berapa saldo yang tersisa di kartu myki saya. Apakah saldo tersebut cukup untuk melakukan perjalanan ini? Kalau ternyata tidak cukup bagaimana? Apakah saya akan didenda seperti halnya penumpang yang ada di depan saya? Pikiran itu keluar saat saya melihat salah satu petugas pria sedang mencatat di sebuah kertas di depan seorang penumpang wanita. Saya melihatnya seperti melihat seorang polisi Indonesia yang memberikan surat tilang kepada sopir ketika melakukan pelanggaran.
Tram tahu-tahu sudah sampai pada pemberhentian berikutnya. Dua orang pria turun dari tram. Salah satunya adalah pria yang tadi ketangkap basah baru touch on dan satunya adalah pria yang sempat bersitegang dengan petugas pria. Saya pikir petugas pria tersebut akan menghampiri kami setelah itu tapi ternyata tidak. Dia melewati kami setelah bersitegang dengan penumpang pria tersebut. Bahkan tidak ada satupun petugas yang menghampiri kami. Padahal mereka jelas melihat kami.
Di tengah deg-degan dan bingung kenapa petugas tidak menghampiri kami, seorang penumpang wanita yang sedang diperiksa oleh petugas wanita berambut pendek berbicara kepada Stacey dengan behasa mandarin. Stacey menyahut dengan berkata bahwa dia tidak bisa bahasa Mandarin. Kami menduga wanita tersebut tidak bisa bicara bahasa Inggris makanya dia mengharapkan bantuan Stacey yang diduganya bisa bahasa Mandarin.
Tidak sanggup lagi berada dalam situasi menegangkan dan bikin deg-degan, saya mengajak Stacey dan Selvy untuk turun di Lincoln Square/ Swanston Street. Saya tahu ini saya seharusnya turun satu stop lagi di depan, tapi daripada jantung ini terus dipacu mending saya jalan deh, yang nggak sampai 10 menit juga.
Turun dari tram, kami langsung ribut menceritakan betapa peristiwa itu sungguh mendebarkan. Pengalaman pertama melihat razia yang bikin deg-degan luar biasa. Kami akhirnya bisa berkesimpulan bahwa petugas-petugas tersebut sudah ada di dalam tram saat kami naik karena kami tidak melihat mereka naik dari Melbourne Central. Dari situ juga kami berkesimpulan mereka melihat kami sudah touch on karena itu mereka sama sekali tidak menghampiri kami. Pfuuuih, ada untungnya juga kan, taat aturan? Daripada kena denda yang harganya berkali-kali lipat daripada harga ongkos itu sendiri.
----------@yanilauwoie----------
----------@yanilauwoie----------
Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h
Blog Sebelumnya:
- Belanja Murah Barang Branded di DFO Brisbane, Australia
- 5 Objek Wisata Gratis di Hobart, Tasmania yang Keren untuk Difoto
- Ini 5 Hal yang Saya Lakukan untuk Mencegah Kecopetan Saat Jalan-jalan ke Luar Negeri
- Perhatikan 5 Hal Ini Sebelum ke Luar Negeri Agar Tidak Kena Masalah
- Banyak Barang Murah Dijual di Factory Outlet yang Tidak Jauh dari Melbourne Ini
0 komentar