Foto Seharga 1,5 Juta di Korea Selatan
Kejadian
ini sudah lama saya alami. Tepatnya pada November 2012 lalu saat saya
ditugaskan oleh kantor untuk meliput tempat-tempat wisata di Korea Selatan
selama seminggu. Namun tiap kali saya melihat foto-foto saya di Korea Selatan,
saya selalu teringat kejadian ini.
Saat ke Korea Selatan, saya ikut dengan
rombongan WITA Tour. Di sana, kami mendapat pemandu orang lokal yang fasih
berbahasa Indonesia karena pernah tinggal belasan tahun di Indonesia, bernama
Mr. Danny Ryu. Suatu hari (kalau tidak salah, hari ke-2 di Korea), Mr. Danny
memperkenalkan seorang pemuda bernama Jun. “Mr. Jun ini akan membantu untuk
ambil foto,” begitu kata Mr. Danny.
Dengan penjelasan tersebut, saya berpikir dia
adalah bagian dari panitia pemandu wisata kami yang bertugas sebagai seksi
dokumentasi. Dugaan saya makin kuat melihat kesigapan Jun saat mengambil
gambar. Sebentar-sebentar dia memotret kami. Bahkan, tanpa kami minta pun, Jun
selalu siaga memotret. Saya pun pernah meminta tolong kepada Jun untuk
mengambilkan gambar saya dengan kamera saya. Namun Jun menolak dan lebih
memilih mengambil gambar saya dengan kameranya. Saya berpikir, oh mungkin nanti
di akhir trip ini saya tinggal kopi foto-foto itu dari Jun.
Namun pemikiran itu langsung buyar di saat
kami dalam perjalanan menuju Bandara untuk penerbangan dari Seoul ke Jeju. Mr.
Danny mengumumkan bahwa Jun telah mencetak foto-foto yang dia ambil di trip
ini. Dan kami hanya perlu mengganti biaya cetaknya seharga 5.000 Won per
lembar. Mr. Danny menambahkan bahwa Jun melakukan ini sebagai pekerjaan
sampingan untuk membiayai kuliahnya.
Deg! Saya kaget dengan pengumuman tersebut. Berusaha
menghitung berapa banyak foto saya yang ada pada Jun selama dua hari dia
mengikuti kami. Saya tahu bukan hanya saya saja yang kaget mendengar berita
ini. Peserta tur lainnya juga demikian. Karena itu, selanjutnya Mr. Danny
bilang bahwa kami tidak wajib membeli semuanya. Silakan beli hanya yang kami
suka saja. Saya meminta kepastian dari Willy, pemandu dari WITA Tour. Willy pun
bilang hal yang sama bahwa ini tidak dipaksakan. Kalau tidak mau beli juga
tidak apa-apa.
Selanjutnya, Jun berkeliling di dalam bus.
Membagikan foto-foto kepada seluruh peserta tur. Jun memberikan setumpuk foto
kepada saya. Masing-masing foto tersemat manis dalam tatakan karton yang
kemudian seluruhnya dijadikan dalam satu bundel rapi. Saya menghitung jumlah
foto-foto ukuran 5R tersebut. Dalam hati berdoa agar jumlahnya tidak terlalu
banyak. Dan begitu mengetahui jumlahnya ada 32 lembar, saya langsung lemas. Kalau
dihitung dalam rupiah, harganya sekitar 1,5 juta.
Saat itu juga ada perang di hati saya. Di
satu sisi, saya tidak tega dengan Jun yang sudah mencetak foto sebanyak itu.
Apalagi tujuan dia adalah untuk mengumpulkan biaya kuliah. Tapi di sisi lain, ini
adalah sesuatu di luar rencana saya. Saya tidak menyediakan dana untuk ini.
Setelah menimbang-nimbang, dengan berat hati saya hanya membeli 4 lembar foto
dari Jun. Sisanya saya kembalikan kepadanya dengan perasaan bersalah. “Maaf,”
kata itu keluar dari mulut saya. “Tidak apa-apa,” balas Jun yang membuat saya
merasa makin bersalah.
Ah, seandainya saja saya diberitahukan dari
awal bahwa ada konsekuensi dari potretan-potretan Jun, tentu saya akan
memperhitungkan tiap potretan yang Jun lakukan kepada saya.
I’m sorry Jun…
Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
Baca Juga:
Blog Sebelumnya:
- Trip Lampung Selatang Publish di Majalah Reader’s Digest Indonesia Edisi Oktober 2014
- Turis Indonesia Terkenal Tukang Pipis di Korea Selatan
- Penginapan di Barcelona Spanyol: Hotel Sidorme Barcelona – Mollet
- Penginapan di Berlin, Jerman: ONE80º Hostels
Tags:
Asia
Korea Selatan
2 komentar
makanya klo ntar ke korea lagi ato ke europe lagi, fotografernya pake gue aja, gratis ko Yan haha...
ReplyDeleteHahahahaha.. Hayuk atuh lah kapan-kapan kita jalan-jalan bareng.. :)
Delete