My Travel Stories

Lots of memories I can't keep, that's why I write.

Powered by Blogger.
  • Home
  • Indonesia
  • Asia
  • Australia
  • Eropa
  • Amerika
  • Travel Tips
  • Itinerary
  • Portfolio
"Traveling lebih mudah karena kamu dan teman-temanmu perempuan-perempuan cantik," seseorang pernah melontarkan kalimat tersebut kepada saya. Benarkah demikian? 

Selama pengalaman traveling saya ke beberapa tempat di beberapa negara, saya merasa selalu mendapatkan kemudahan. Bukan berarti saya tidak pernah menemukan kesulitan. Tapi kesulitan itu selalu berakhir dengan bantuan orang-orang sekitar saya saat itu. Baik dari sesama traveler maupun dari penduduk lokal.

Contohnya aja, saya dan kedua teman perempuan saya pernah tersasar saat menjelajah Paris dan Barcelona. Tersasar tengah malam di tempat yang benar-benar asing benar-benar pengalaman yang cukup menakutkan. Untungnya kami diselamatkan oleh orang-orang lokal yang luar biasa baik.

Pernah juga saya dan keempat teman perempuan saya bingung arah mana yang harus diambil ketika kami berada di kota Ho Chi Minh, Vietnam. Waktu itu seorang bapak melihat kami kebingungan di tengah jalan, tidak tahu harus ke arah mana. Dia pun menghampiri kami dan dengan bahasa isyarat seolah menanyakan ke kami kemana tujuan kami. Dengan bahasa isyarat pula kami menunjukkan peta ke mana tujuan kami. Dia tidak bisa bahasa Inggris dan kami tidak bisa bahasa Vietnam. 

Namun niat bapak itu untuk membantu kami, sungguh membuat saya merasa lucu dan terharu di saat yang bersamaan. Lucu karena kami berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Terharu karena kendala bahasa sama sekali tidak menghalangi niat baik dia kepada saya dan teman-teman saya. Berkat arahan isyaratnya, saya dan teman-teman sukses menemukan tempat bus yang kami cari.

Saya dan teman-teman saya sampai di VungTau, Vietnam setelah mendapat petunjuk arah dari bapak yang baik hati tersebut.

Ah, kalau ditulis satu per satu banyak sekali bantuan yang saya dapatkan ketika traveling. Bantuan dibawakan koper di berbagai kota di Eropa, dibantu berdiri ketika terpeleset di Korea Selatan atau sekedar dibantu untuk diambilkan foto. Rasanya tidak ada alasan bagi saya untuk tidak menyukuri tiap perjalanan yang saya lakukan karena saya merasa selalu dipertemukan dengan orang-orang baik.

Namun orang terdekat saya bilang bahwa saya dan teman-teman saya mudah mendapatkan bantuan-bantuan tersebut karena kami perempuan. Apalagi menurutnya kami ini perempuan-perempuan cantik. "Siapapun mau membantu perempuan-perempuan cantik," tambahnya.

Sejujurnya saya tidak tahu harus bereaksi bagaimana terhadap pernyataan tersebut. Senang karena dianggap cantik atau marah karena pernyataan tersebut sexist. Namun saya tahu pasti saya tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Karena berdasarkan pengalaman saya, orang-orang tersebut tulus saat memberikan bantuan. Tapi saya mulai meragukan pemikiran saya ketika saya melakukan perjalanan kedua saya ke Melbourne pada Mei 2015 lalu.

Saat itu saya sedang berada di area Flinders Street Station, tepatnya di Elizabeth Street. Tujuan saya adalah ingin ke Queen Victoria Market. Saya tahu saya harus naik tram untuk menuju ke tempat tersebut. Tapi untuk memastikan tram mana yang harus saya naiki, saya pun bertanya kepada seorang pria yang sedang merokok di halte tram. 

"Oh semua tram yang ada di sini akan melewati Queen Victoria Market, jadi kamu bisa naik yang mana pun," jelasnya.

Saya pun akhirnya naik tram yang ada di depan saya tersebut. Duduk di kursi paling depan. Dengan tujuan bisa bertanya kepada driver tram. Siapa sangka pria yang tadi saya tanya ternyata adalah driver tram tersebut. Saat naik ke kursi kemudi, dia melihat ke arah saya. Saya langsung bersyukur karena logikanya dia akan memberitahu saya halte di mana saya harus turun.

Dugaan saya benar, di tengah perjalanan, dia menengok ke arah saya dan berkata (tanpa pengeras suara), "Queen Victoria Market," sambil memberi tanda kepada saya untuk berdiri. Saya pun otomatis berdiri dan mendekat ke arah pintu yang juga dekat dengan tempat dia mengemudi. Lalu kurang lebih terjadilah percakapan seperti ini:

Driver tram: "Kamu berasal dari mana?"
Saya: "Indonesia"
Driver tram: "Sudah berapa hari di sini?"
Saya: "Beberapa hari"
Driver tram: "Wajahmu cantik"
Saya: (Kaget karena tidak menduga akan mendapat kalimat seperti itu, saya pun hanya tersenyum)
Driver tram: "Mau minum kopi nggak?"
Saya: "Nggak terima kasih" (Berusaha menyembunyikan wajah kaget saya)
Driver tram: "Kenapa nggak?"
Saya: "Saya nggak lama di sini. Sebentar lagi pulang"
Driver tram: "Makanya minum kopinya nanti sore."
Saya: "Nggak terima kasih" (Sambil berdoa semoga segera sampai ke halte Queen Victoria Market. Saat itu, tram terasa berjalan lambat).
Driver tram: "Nggak apa-apa. Catat nomor telepon aku ya?"
Saya: (Saya rasanya ingin lompat dari tram saat itu juga. Damn! Mana sih, Queen Victoria Market?)
Driver tram: "Telepon aku dan kita bisa pergi selesai aku kerja"
Saya: "Terima kasih" (Akhirnya tram sampai juga dan saya turun tanpa menoleh lagi ke arahnya)

Ketika mengalami ini saya tiba-tiba teringat kalimat: "siapapun mau membantu perempuan-perempuan cantik."

Benarkah? Ada yang pernah mengalami seperti yang saya alami?

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Tip Hemat Jalan-jalan di Melbourne, Australia
  • Nonton di Bioskop dengan Layar Terbesar ke-3 di Dunia
  • Backstreet Boys, Konser Luar Negeri Pertama
  • Tim Sepak Bola Warisan Keluarga

Melbourne bukan lah kota murah namun bila kita bisa menyiasatinya dengan baik, jalan-jalan hemat di kota ini bisa juga, lho. Setidaknya saya sudah mencobanya selama dua kali mengunjungi kota ini di bulan November 2014 dan Mei 2015. Berikut beberapa trik yang bisa dicoba.

1. Pilih penginapan di pusat kota. Letak penginapan sangat mempengaruhi biaya transportasi. Karena itu, bila memang tujuan kita adalah jalan-jalan di pusat kota maka pilih lah penginapan di pusat kota, sehingga dekat untuk pergi kemana-mana. Bisa jalan kaki atau naik tram gratisan. Kalaupun mau agak minggir sedikit, area Southbank masih oke. Saya sempat menginap di area sini. Tidak terlalu ramai namun masih bisa jalan kaki ke pusat kota.

2. Kunjungi tempat-tempat wisata gratis. Melbourne punya banyak tempat wisata gratis. Dari museum, taman, perpustakaan atau public space yang nyaman untuk menghabiskan waktu kala kaki sudah capek karena keliling-keliling. Untuk tempat wisata gratis di Melbourne bisa dilihat di sini dan sini.

3. Keliling kota dengan City Circle Tram. Tram gratis yang menjadi salah satu ikon kota Melbourne ini akan membawa kita keliling kota. Serunya, tram ini akan berhenti di tempat-tempat yang memang jadi tujuan wisata. Kalau pun tidak persis berhenti di depannya, kita hanya perlu jalan sedikit menuju tempat wisata tersebut. Di dalam tram juga selalu ada penjelasan dan sejarah mengenai tiap tempat wisata yang dilewati. Jadi kalau clueless mau kemana saat di Melbourne, tinggal naik aja tram ini dan turun di tempat wisata yang sekiranya kita anggap menarik.

City Circle Tram ini sendiri bagian dari wisata yang harus dicoba

4. Naik tram gratisan. Selain City Circle Tram yang memang khusus wisatawan, tram umum juga gratisan, lho. Tapi hanya untuk area city centre atau pusat kota saja. Jadi bila kita naik atau turun tram dari atau di area pusat kota, kita tidak harus bayar. Lalu bagaimana kita tahu apakah area tersebut termasuk pusat kota atau bukan? Perhatikan papan pemberitahuan di halte. Untuk yang gratisan akan tertulis: “Free Tram Zone.” Atau ambil brosur "Free Tram Zone" yang ada di dalam tram. Di brosur itu tertera halte-halte dengan "Free Tram Zone". Bila kita naik atau turun bukan di area pusat kota, maka tiap kali naik tram kita harus men-tap kartu myki. Jadi kita harus membuat kartu myki terlebih dahulu karena mereka tidak menerima pembayaran dengan uang cash.

5. Manfaatkan free wi-fi. Daripada menggunakan paket internet dari provider Indonesia yang harganya luar biasa mahal, lebih baik pergunakan free wi-fi selama di Melbourne. Arts Centre Melbourne, State Library of Victoria dan bioskop Imax adalah beberapa di antaranya yang menyediakan free wi-fi dan koneksinya cukup baik.

6. Bawa botol air. Air dalam kemasan dijual dengan harga rata-rata 2 AUD. Dalam sehari saya butuh sekitar 3 botol air dalam kemasan. Itu berarti kalau saya beli saya akan menghabiskan 6 AUD atau 60 ribu rupiah (bila kursnya dihitung 10 ribu rupiah per 1 AUD) untuk air minum saja. Nah, kalau membawa botol air, saya bisa isi air dari penginapan. Lalu nanti tinggal isi ulang dari kran air yang ditemui. Di Melbourne cukup aman untuk minum langsung dari kran air atau mereka menyebutnya tap water.

7. Pesan tap water. Seperti yang sudah saya bilang di atas bahwa minum dari tap water cukup aman. Jadi kalau makan di restoran, bilang aja minumnya mau tap water. Saat saya makan makanan Vietnam di Mekong Restaurant yang ada di Swanston Street saya bilang saya mau air putih, lalu pelayannya bertanya, “tap water?” dan saya pun mengiyakan. Lumayan tidak perlu bayar untuk minum karena tap water ini gratis.

8. Gunakan kupon diskon. Mampir deh, ke Melbourne Visitor Centre yang terletak di depan Flinders Station. Selain menyediakan informasi lengkap tentang wisata di Melbourne dan sekitaran kota Melbourne (termasuk bisa untuk booking paket wisata juga), di sini tersedia buku Official Visitor Guide for free. Buku ini selalu update sesuai musim. Saat ke sana di bulan Mei lalu, saya mendapatkan Melbourne in Autumn Official Visitor Guide yang berisi event-event seru di musim gugur (autumn) 2015. Nah, di buku ini terdapat kupon-kupon potongan harga. Baik potongan harga untuk tempat wisata, tur maupun pertunjukan.

9. Belanja oleh-oleh di Queen Victoria Market. Beli merchandise seperti magnet, t-shirt, gantungan kunci dan sebagainya jauh lebih murah di Queen Victoria Market daripada di toko-toko souvenir yang ada di pusat kota atau di Melbourne Visitor Centre. Tapi tentunya barang-barangnya produksi China ya. Meskipun begitu, hitungannya tetap saja lebih murah daripada barang produksi yang sama di toko-toko souvenir di pusat kota.  

----------@yanilauwoie----------


Booking.com
Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Nonton di Bioskop dengan Layar Terbesar ke-3 di Dunia
  • Backstreet Boys, Konser Luar Negeri Pertama
  • Tim Sepak Bola Warisan Keluarga
  • 3 Makanan Terlezat di 3 Negara
 
Dari sekian negara yang sudah saya kunjungi, baru di Australia lah saya sempat menonton film di bioskop. Beruntungnya saya karena bioskop yang saya tonton memiliki layar yang super besar. Ini adalah layar bioskop terbesar ke-3 di dunia.




Bioskop ini bernama Imax Melbourne, berlokasi di Melbourne Museum, Rathdowne Street, Carlton, Melbourne, Victoria. Dari pintu masuk, saya langsung disambut oleh eskalator yang lumayan panjang. Eskalator tersebut bukan untuk naik ke atas melainkan turun ke bawah. Yap, ini mengesankan bioskop ini terletak di bawah tanah. 

Tidak jauh di depan eskalator terdapat counter penjual aneka snack. Mulai dari popcorn, soft drink dan es krim dijual di sini. Di dekatnya tersedia beberapa sofa untuk penonton yang menunggu jam putar film.

Di sebelah counter snack, ada counter penjualan tiket. Mereka menjual tiket on the spot namun membuka juga untuk yang mau beli online. Kalau yang membeli online bisa membawa bukti print-an pembelian tiket atau kalau tidak sempat nge-print, hanya perlu menunjukkan email pembelian tiket dan nanti petugas akan mencetakkan tiket. Opsi terakhir yang saya dan Trav lakukan ketika kami akan menonton film Interstellar pada November 2014 lalu.

Menonton film yang berbau science di negara yang berbahasa Inggris tampaknya bukan ide bagus untuk saya. Pasalnya tanpa adanya sub-title, banyak dialog-dialog yang syarat ilmu pengetahuan sukses membuat saya bengong. I understand what the whole movie about but not every single sentence. Begitu Trav membahas adegan per adegan setelah nonton film tersebut, kelar lah saya. Hahahaha...

Film kedua saya, Avenger: Age of Ultron pada Mei 2015 lebih saya pahami dibandingkan Interstellar. Meskipun saya yakin kalau nontonnya film drama romantis atau drama komedi, saya akan jauh lebih paham. Ya intinya film yang menggunakan percakapan sehari-hari deh. Tanpa perlu ada istilah-istilah ilmiah yang dalam bahasa Indonesia aja kadang membuat bingung ;p

Lalu gimana di dalam theater-nya sendiri? Well, nggak salah memang mereka memakai jargon layar bioskop terbesar ke-3 di dunia karena belum pernah seumur hidup saya menonton dengan layar sebesar itu. Menurut situs resmi Imax layar tersebut memilik lebar 32 meter dan tinggi 23 meter. Huge! 

Tapi jangan harapkan kursinya jadi lebih lebar dibandingkan kursi bioskop di Indonesia. Justru bila dibandingkan dengan kursi bioskop di Indonesia, kursi di sana terbilang kecil. Sebagai perbandingan, kalau nonton di XXI atau Blitzmegaplex, saya bisa duduk dan menyelipkan tas saya di kursi. Di Imax tidak bisa. Kursi hanya pas untuk saya duduki. Ini membuat saya merasa sangat dekat dengan siapun yang berada di sebelah saya. Dempet banget!

Selain itu, jarak antara deretan kursi juga tidak terlalu lebar. Jadi seandainya datang telat atau ingin keluar pipis di tengah film akan repot banget. Apalagi kalau duduknya di tengah, karena di Imax jalur ke luar masuk hanya ada di masing-masing ujung kursi. Eh saya tidak tahu sih, apakah seluruh theater-nya sama seperti ini. Tapi di dua theater yang saya masuki bentuknya seperti itu.

Namun secara keseluruhan nonton di sini merupakan pengalaman yang cukup menyenangkan. Tempatnya rapi, teratur, dan toiletnya bersih. Selain itu, di sini juga ada free wifi. Pernah, ketika sedang berjalan-jalan di area ini, saya mampir ke Imax cuma untuk numpang pipis dan dapat koneksi internet. Lumayan gratis ;p

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie


YouTube: yanilauwoie

Blog Sebelumnya:
  • Backstreet Boys, Konser Luar Negeri Pertama
  • Tim Sepak Bola Warisan Keluarga
  • 3 Makanan Terlezat di 3 Negara
  • Roma, Italia Publish di Majalah GADIS No.21/2015
Newer Posts Older Posts Home

My Travel Book

My Travel Book
Baca yuk, kisah perjalanan saya di 20 negara!

My Travel Videos

Connect with Me

Total Pageviews

Categories

Amerika Serikat Australia Belanda Belgia Ceko Denmark Hong Kong Indonesia Inggris Irlandia Italia Jepang Jerman Korea Selatan Macau Malaysia Prancis Singapura Skotlandia Spanyol Thailand Vietnam

Blog Archive

  • ►  2025 (4)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2024 (12)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2023 (7)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  October (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2021 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (51)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (5)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (10)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2018 (30)
    • ►  December (8)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (60)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (5)
    • ►  September (8)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (8)
    • ►  April (9)
    • ►  March (2)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2016 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (3)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (4)
    • ►  February (4)
    • ►  January (6)
  • ▼  2015 (51)
    • ►  December (7)
    • ►  November (4)
    • ►  October (3)
    • ▼  September (3)
      • Traveling is Easier when You're Beautiful
      • Tip Hemat Jalan-jalan di Melbourne, Australia
      • Nonton di Bioskop dengan Layar Terbesar ke-3 di Dunia
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (3)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2014 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (1)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (6)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (5)
    • ►  April (4)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (6)
  • ►  2013 (13)
    • ►  December (5)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)

Search a Best Deal Hotel

Booking.com

Translate

Booking.com

FOLLOW ME @ INSTAGRAM

Most Read

  • 10 Info Tentang Kartu Myki, Alat Bayar Transportasi di Melbourne, Australia
  • 6 Rekomendasi Oleh-oleh dari Edinburgh, Skotlandia dan Kisaran Harganya
  • 8 Tip Naik Tram di Melbourne, Australia
  • My 2018 Highlights

About Me

Hi, I'm Yani. I have 15 years experience working in the media industry. Despite my ability to write various topics, my biggest passion is to write travel stories. By writing travel stories, I combine my two favourite things; travelling and writing. All the content in this blog are mine otherwise is stated. Feel free to contact me if you have questions or collaboration proposal :)

Contact Me

Name

Email *

Message *

Copyright © 2016 My Travel Stories. Created by OddThemes & VineThemes