My Travel Stories

Lots of memories I can't keep, that's why I write.

Powered by Blogger.
  • Home
  • Indonesia
  • Asia
  • Australia
  • Eropa
  • Amerika
  • Travel Tips
  • Itinerary
  • Portfolio
Ini Coles yang di Geelong, Victoria (update foto: 29 April 2017)

Konsep self-service dalam artian memilih dan mengambil sendiri barang-barang yang ingin kita beli di supermarket bukan hal asing buat saya. Namun men-scanning serta melakukan pembayaran sendiri hasil belanjaan tersebut benar-benar hal baru buat saya. Sempat bikin panik dan bingung. Hahaha...

Sore itu, di bulan Oktober 2015 saya masuk ke supermarket Coles yang ada di Elizabeth Street (dekat Flinder Street Station) untuk membeli sebungkus kopi. Setelah sibuk memilih-milih aneka kopi bungkusan yang tersedia, saya pun memutuskan membeli satu bungkus di antaranya. Karena Coles hampir tutup saya segera bergegas menuju kasir untuk membayar.

Dekat kasir sudah banyak orang mengantri. Di antara antrian yang cukup panjang itu, tiba-tiba terdengar seorang petugas yang kurang lebih berkata seperti ini: "Siapa lagi yang mau bayar pakai kartu? Yang mau bayar pakai kartu bisa langsung ke sini." Karena saya niat bayar pakai uang tunai, saya pun mengacuhkan suara tersebut. 

Tiba-tiba antrian di depan saya pun terbagi menjadi dua. Saya pun langsung mengambil yang antriannya paling pendek. Tidak lama, di depan saya pun kosong. Sang petugas lalu meminta saya maju dan menunjuk ke sebuah mesin. Lalu dia kembali sibuk mengarahkan pembeli lain. Saya pun sendirian memandangi mesin tersebut. Apa yang harus saya lakukan dengan mesin ini? 

Saya menoleh ke samping saya, seorang wanita sedang melakukan scanning barang-barang yang dibawanya. Dari situ saya paham, oh ini adalah mesin pembayaran memakai kartu yang tadi diumumkan petugas. Lalu saya pun memandangi mesin tersebut. Membaca kata-kata berbahasa Inggris di layar. Aduh, saya harus mulai dari mana ini? Tombol apa yang harus saya pencet? Akhirnya saya pun memencet salah satu tombol yang tersedia. Tapi tidak ada reaksi apa-apa. Saya mulai panik. Tenang Yani, tenang Yani. Itu kata-kata yang saya ucapkan terus menerus dalam hati saya. 

Di tengah kebingungan, seorang petugas menghampiri saya. Mungkin dia melihat kebingungan saya. Setelah memencet sebuah tombol, dia pun mempersilakan saya men-scan kopi saya. Lalu meninggalkan saya. Saya berhasil men-scan kopi yang saya beli. Terbukti langsung keluar namanya dan harganya di layar mesin. Setelah itu, saya men-scan kartu kredit saya. Lalu, voila keluarlah struk pembelian dari mesin tersebut. Selesai sudah pengalaman saya membayar sendiri barang belanjaan saya. Pffuuiihh...

Setelah meninggalkan Coles, timbul pemikiran di benak saya. Dengan adanya mesin pembayaran sendiri (saya melihat deretan mesinnya cukup banyak) dan tanpa adanya petugas yang mendampingi masing-masing mesin, itu berarti mereka cukup percaya bahwa tiap orang yang melakukan pembayarannya sendiri tidak akan melakukan tindakan penyelewengan. Bisa aja dong, satu atau dua barang tidak di-scan dan langsung masuk kantong belanja? Bisa jadi karena keamanan mereka yang sangat ketat atau orang Australia yang sangat taat aturan. 

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie

Blog Sebelumnya:
  • Serba Self-service di Australia
  • Makan Daging Kanguru di Australia
  • Tur Gratis di Parliament of Victoria, Melbourne
  • Heboh Tiket Kereta di Fremantle, Australia Barat
  • Penginapan di Sydney, Australia: Sydney Central Inn
Setelah tiga kali mengunjungi Australia, satu dari banyak hal yang saya perhatikan adalah negara ini banyak menyediakan aturan self-service. Berikut di antaranya.


Mesin pembelian tiket kereta di Fremantle, Australia Barat

1. Pembelian tiket kereta. Kebiasaan membeli tiket kereta dengan dilayani seorang petugas di Indonesia, membuat saya dan Asri gagap budaya ketika harus melayani sendiri pembelian tiket kereta di Fremantle melalui sebuah mesin. Cerita kebodohan kami bisa dibaca di sini.

2. Pengisian bahan bakar. Sempat berkeliling dengan mobil saat di Melbourne, membuat saya mampir ke beberapa tempat pengisian bahan bakar. Di sini, tidak ada petugas yang menyambut. Kita harus mengisi sendiri bensin yang dibutuhkan. Setelah isi bensin, kita bisa membayarnya di mini market yang ada di situ. Yap, semua tempat pengisian bahan bakar memiliki mini market.

3. Pembayaran tiket parkir. Saat jalan-jalan ke salah satu pusat perbelanjaan di Melbourne, saya sempat heran ketika Trav mampir ke mesin besar yang menempel di salah satu dinding. "Kita harus bayar parkir dulu," ucap Trav sebelum kami meninggalkan mall tersebut. Yes, bayar parkirnya lewat mesin.

4. Pembayaran dengan kartu kredit. Di Indonesia saya terbiasa menyerahkan kartu kredit ke kasir ketika saya ingin membayar belanjaan di sebuah pusat perbelanjaan. Di Australia, kasir tersebut akan meminta kita yang memasukkan sendiri kartu kredit ke mesin yang tersedia dan melakukan prosesnya sendiri. Saya beberapa kali mengalami ini. Sudah pede menyerahkan kartu kredit, langsung kasirnya meminta memasukkan sendiri kartu kredit saya ke mesin pembayaran.

5. Pembayaran di supermarket. Ketika saya belanja di Coles, Melbourne mereka menyediakan 2 tipe pembayaran. Yang pertama dengan uang. Tentu saja ini melibatkan petugas kasir. Tipe yang kedua adalah pembayaran dengan kartu yang dilakukan secara self-service oleh pembeli.

6. Pembayaran transportasi. Melbourne memiliki aturan pembayaran transportasi dengan menggunakan kartu Myki. Baik bus, tram maupun train tidak menerima pembayaran dengan uang. Jadi kita harus membeli kartu Myki yang diisi oleh sejumlah nilai AUD yang sekiranya mencukupi untuk biaya transportasi kita. Kartu ini bisa diisi ulang. Saat naik kendaraan umum, tidak akan ada petugas yang heboh menagih ongkos karena tiap penumpang bisa men-tap sendiri kartu Myki mereka ke alat yang tersedia. 

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie


YouTube: yanilauwoie


Blog Sebelumnya:
  • Makan Daging Kanguru di Australia
  • Tur Gratis di Parliament of Victoria, Melbourne
  • Heboh Tiket Kereta di Fremantle, Australia Barat
  • Penginapan di Sydney, Australia: Sydney Central Inn
  • Australia Trip: Random Breath Testing
Butuh 3 kali datang ke Australia, baru akhirnya saya berani mencoba makan daging kanguru. Setelah mencobanya, saya kok, nggak ingin mengulanginya, ya.

Marinated Kangaroo Fillet

Saya melihat kanguru sama seperti saya melihat kelinci. Dalam arti, bukan binatang untuk dijadikan santapan seperti sapi atau ayam. Jadi rasanya aneh ketika saya melihat di South Melbourne Market, daging kanguru dijual bebas layaknya daging sapi. Memang daging kanguru legal untuk diperjualbelikan?

"Legal. Di sini, kanguru jumlahnya luar biasa banyak. Nggak beda kayak sapi," jawab Trav menjawab kebingungan saya ketika melihat daging kanguru dibungkus stereofoam dan plastik bening dijual di salah satu stand daging-dagingan.

Mendengar jawaban Trav, saya sempat kaget. Lalu bertanya apakah itu berlaku juga untuk Koala. "Nggak, dong. Koala kan, salah satu binatang yang dilindungi di sini karena jumlahnya yang tidak terlalu banyak," jawab Trav. Mendengar jawaban tersebut, saya langsung lega. Nggak kebayang deh, kalau koala yang imut itu harus jadi santapan manusia.

Saat itu saya tidak kepikiran untuk mencoba daging kanguru. Sampai di bulan Oktober 2015, saya, Trav dan Asri mengunjungi restoran Bluetrain di daerah Southbank, Melbourne. Restoran yang terletak di pinggir Yarra River ini memiliki menu daging kanguru. Akhirnya saya putuskan untuk mencobanya.

Menu bernama Marinated Kangaroo Fillet itu berisi potongan daging kanguru dengan sedikit sayuran. Setelah mencobanya, saya simpulkan bahwa daging kanguru mirip daging sapi, hanya saja lebih keras. Mengingatkan saya akan daging kuda yang pernah saya coba. Tapi tidak sekeras kuda. Mungkin karena kanguru dan kuda sama-sama 'exercise' jadi daging-dagingnya penuh otot yang membuatnya terasa lebih keras daripada daging sapi. Sama seperti daging kuda, mungkin itu akan menjadi pertama dan terakhir kalinya saya makan daging kanguru.

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie


YouTube: yanilauwoie


Blog Sebelumnya:
  • Tur Gratis di Parliament of Victoria, Melbourne
  • Heboh Tiket Kereta di Fremantle, Australia Barat
  • Penginapan di Sydney, Australia: Sydney Central Inn
  • Australia Trip: Random Breath Testing
  • Ditilang di Victoria, Australia
Di dua kunjungan pertama saya ke Melbourne pada November 2014 dan Mei 2015, saya tidak sempat ikut tur ke dalam Parliament of Victoria. Baru di kunjungan ketiga pada Oktober 2015 saya sempat ikutan tur gratis ini. Setelah mengikuti tur ini, saya harus bilang it's a must free tour to try in Melbourne.

Saya dan teman saya, Asri ikut tur di pukul 10.30. Setelah melewati bagian pemeriksaan tas dan mendapatkan tempat untuk menitipkan tas, seluruh peserta tur yang saat itu terdiri dari 24 orang disambut oleh pemandu bernama Tony. Dia menjelaskan sedikit sejarah tentang Australia, pemilihan nama Victoria sebagai salah satu negara bagian di Australia dan tentunya sejarah Parliament of Victoria itu sendiri.

"Kita nanti akan melihat ruangan-ruangan di mana semua keputusan dibuat. Tapi kalau nanti ada rombongan anak sekolah kita harus mengalah. Karena mereka adalah prioritas," ucap Tony sebelum membawa kami ke ruangan Legislative Assembly dan Legislative Council.

Tadinya saya mengira kalau ada anak sekolah kami tidak boleh masuk. Tapi ternyata tetap boleh masuk tapi kami dapat kursi di pinggir sementara anak sekolah mendapat kursi di tengah. Rombongan anak sekolah ini kami temui saat kami masuk ruangan yang kedua, yaitu Legislative Council. 


Rombongan anak sekolah mendapatkan demonstrasi tentang pengambilan kebijakan politik

Rombongan anak sekolah ini memiliki seorang pemandu juga. Karena akan terlalu ramai bila ada 2 pemandu menjelaskan maka Tony meminta kami untuk mendengarkan penjelasan dari pemandu anak sekolah tersebut. Sang pemandu memberi contoh kepada anak-anak tersebut bagaimana para elite politik berdiskusi untuk mengambil suatu kebijakan politik. Video demonstrasinya bisa dilihat di sini.

Terlepas dari proses tersebut, gedung Parliament ini sangat indah. Dari dua ruangan yang kami masuki saya suka ruangan Legislative Council. Terlihat mewah dan megah. Apalagi bagian atapnya, bikin saya ingin terus menerus memotretnya.

Selain itu, saya suka dengan cara pemerintah Victoria membuka Parliament ini sebagai salah satu tempat wisata. Selain menunjukkan keterbukaan, orang-orang (terutama generasi muda Victoria itu sendiri) jadi tahu seperti apa proses politik di negaranya. 

Jadi kalau ada waktu jalan-jalan di Melbourne, tempat ini salah satu tujuan wajib yang harus dikunjungi. Tur ini terbuka untuk umum. Kita hanya perlu datang sesuai waktu yang ditentukan. Tapi karena jumlah peserta tur di setiap sesinya terbatas, jadi sebaiknya datang sekitar 15-30 menit sebelum tur dimulai. Karena berlaku sistem siapa cepat, dia dapat. 

Meskipun belum diperbolehkan masuk tapi setidaknya kita sudah bisa antri di pintu masuk untuk memastikan mendapatkan jatah tiket masuk. Waktu itu, kami diberikan stiker hijau sebagai tanda masuk. Lagi-lagi karena jumlahnya yang terbatas, untuk rombongan yang mau ikutan tur ini disarankan untuk membooking terlebih dahulu. Untuk jadwal tur dan booking rombongan bisa dilihat di sini.

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie


YouTube: yanilauwoie


Blog Sebelumnya:
  • Heboh Tiket Kereta di Fremantle, Australia Barat
  • Penginapan di Sydney, Australia: Sydney Central Inn
  • Australia Trip: Random Breath Testing
  • Ditilang di Victoria, Australia
  • South Melbourne Market, Pasar Wajib Kunjung di Melbourne, Australia

Newer Posts Older Posts Home

My Travel Book

My Travel Book
Baca yuk, kisah perjalanan saya di 20 negara!

My Travel Videos

Connect with Me

Total Pageviews

Categories

Amerika Serikat Australia Belanda Belgia Ceko Denmark Hong Kong Indonesia Inggris Irlandia Italia Jepang Jerman Korea Selatan Macau Malaysia Prancis Singapura Skotlandia Spanyol Thailand Vietnam

Blog Archive

  • ►  2025 (4)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2024 (12)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2023 (7)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  October (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2021 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (51)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (5)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (10)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2018 (30)
    • ►  December (8)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (60)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (5)
    • ►  September (8)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (8)
    • ►  April (9)
    • ►  March (2)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ▼  2016 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (3)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (4)
    • ▼  February (4)
      • Self-service di Supermarket Coles di Melbourne, Au...
      • Serba Self-service di Australia
      • Makan Daging Kanguru di Australia
      • Tur Gratis di Parliament of Victoria, Melbourne
    • ►  January (6)
  • ►  2015 (51)
    • ►  December (7)
    • ►  November (4)
    • ►  October (3)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (3)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2014 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (1)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (6)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (5)
    • ►  April (4)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (6)
  • ►  2013 (13)
    • ►  December (5)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)

Search a Best Deal Hotel

Booking.com

Translate

Booking.com

FOLLOW ME @ INSTAGRAM

Most Read

  • 10 Info Tentang Kartu Myki, Alat Bayar Transportasi di Melbourne, Australia
  • 6 Rekomendasi Oleh-oleh dari Edinburgh, Skotlandia dan Kisaran Harganya
  • 8 Tip Naik Tram di Melbourne, Australia
  • My 2018 Highlights

About Me

Hi, I'm Yani. I have 15 years experience working in the media industry. Despite my ability to write various topics, my biggest passion is to write travel stories. By writing travel stories, I combine my two favourite things; travelling and writing. All the content in this blog are mine otherwise is stated. Feel free to contact me if you have questions or collaboration proposal :)

Contact Me

Name

Email *

Message *

Copyright © 2016 My Travel Stories. Created by OddThemes & VineThemes