Dimarahi Sopir Bus di Perth, Australia
Begitu bus 40 datang, saya dengan sigap menaikkan koper ke dalam bus. Lalu menghampiri sopir bus. Setelah mendapatkan keyakinan dari sopir bahwa bus tersebut menuju bandara, saya menyerahkan uang sebesar 20 AUD untuk 2 penumpang. Tidak ingin menghambat laju masuknya penumpang lain, karena sopir tersebut tepat depan pintu masuk bus, saya pun meninggalkan sang sopir yang sibuk mengetik pembayaran di mesinnya. Saya bilang kepada Asri yang ada di belakang saya untuk menunggu kembaliannya.
Tidak lama kemudian Asri duduk di kursi sebelah saya. "Sopirnya nggak mau kasih uang kembaliannya," lapor Asri. Saya bingung dengan laporan Asri. Bukannya harga tiket bus 4.50 AUD per orang. Itu berarti hanya 9 AUD untuk 2 orang. Lalu kenapa sopir itu tidak mau memberikan kembaliannya? "Nggak tahu. Nanti lo aja yang nanya, deh," reaksi Asri terhadap kebingungan saya.
Di tengah kebingungan, saya melihat seorang pria bule yang datang dari arah sopir berjalan mencari kursi kosong sambil membawa secarik kertas yang saya yakin itu adalah tiket. Melihat itu, saya tidak tahu mana yang lebih meresahkan, tidak mendapat kembalian sebesar 11 AUD atau tidak mendapatkan bukti tiket.
Akhirnya di tengah perjalanan saya pun menghampiri sang sopir. Saya jelaskan bahwa saya belum mendapatkan kembalian saya. Siapa sangka saya malah dimarahi. "Saya sengaja nggak mau kasih kembaliannya. Kamu yang bayar harusnya kamu yang menunggu kembaliannya. Jangan main pergi begitu saja." Kurang lebih begitu kalimatnya plus dengan bonus tampang jutek.
Layaknya seorang cucu yang sedang dimarahi kakeknya, saya cuma bisa bilang maaf dan terima kasih begitu tiket dan uang kembalian sudah pindah ke tangan saya. Apes!
Blog Sebelumnya:
Blog Sebelumnya:
0 komentar