Kena Marah Sopir Bus di Vietnam
Karena menulis tentang sopir bus di Perth weekend lalu, saya jadi teringat bahwa itu bukan pertama kalinya saya kena damprat sopir bus. Beberapa tahun sebelumnya, tahun 2012, saya pun pernah kena marah sopir bus di Ho Chi Minh City, Vietnam.
Waktu itu saya, Mira, Feny, dan Ribut ingin mengunjungi Binh Tay Market. Kabarnya barang-barang di market tersebut lebih murah harganya di bandingkan Ben Thanh Market yang sangat terkenal itu. Setelah mendapatkan informasi bagaimana menuju ke sana, kami pun menuju sana dengan menggunakan bus.
Di dalam bus yang mirip dengan bus transjakarta ini, saya bertanya kepada anak sekolah yang duduk di sebelah saya di mana saya harus turun. Tapi karena sang anak sekolah tersebut tidak bisa bahasa Inggris, informasi tidak bisa saya dapat. Bertanya kepada orang yang berbeda, lagi-lagi tidak mendapatkan jawaban karena kendala bahasa.
Sedang bingung harus bertanya kepada siapa, tiba-tiba seorang kakek yang duduk di depan saya menengok ke belakang dan bertanya, "Are you Indonesian?" Rupanya Kakek dan istrinya tersebut adalah orang Prancis yang pernah tinggal beberapa waktu di Kalimantan, makanya dia familiar dengan wajah orang Indonesia.
Kami dan nenek dari Prancis (yang mengambil foto ini suami si nenek) di depan Binh Tay Market. Yap, akhirnya kami sampai juga ke sana.
Mereka berada di dalam bus tersebut karena ingin mengunjungi market yang sama dengan kami. Mereka pun tidak tahu harus turun di mana karena tidak ada orang yang bisa berbahasa Inggris yang bisa membantu mereka. Saat kami sedang mengobrol, tiba-tiba ada rombongan yang berjalan ke arah kami dan dengan suara lantang seorang pria diantaranya bertanya, apakah kami tahu di mana letak Binh Tay Market. Wah, lagi-lagi ada rombongan turis di bus ini dan menuju arah yang sama. Mereka turis asal Malaysia.
Merasa satu tujuan dan satu penderitaan, kami membahas tentang kesulitan yang kami temui karena jarang yang bisa berbahasa Inggris. Sedang seru-serunya membahas hal ini, tiba-tiba ada seorang pria yang memakai seragam menghampiri kami dan mengoceh-ngoceh. Sejujurnya saya tidak jelas dia ngomong apa tapi saya bisa menangkap bahwa dia meminta kami jangan berisik karena mengganggu penumpang lain.
Bukan tegurannya yang membuat saya kaget. Tapi kenyataan bahwa pria yang menegur kami adalah sang sopir bus yang membuat saya shock. Jadi dia sampai menghentikan busnya demi bisa menegur kami. Wow, kami pasti membuat kehebohan yang cukup mengganggu. Well, sejujurnya bukan saya dan teman-teman saya, sih, yang bersuara besar melainkan rombongan Malaysia itu.
Alhasil di sisa perjalanan, saya dan teman-teman saya banyak diam. Kalaupun berbicara, kami menggunakan volume suara yang ekstra kecil. Ya mending bisik-bisik, deh, daripada kena damprat lagi.
Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
Blog Sebelumnya:
0 komentar