My Travel Stories

Lots of memories I can't keep, that's why I write.

Powered by Blogger.
  • Home
  • Indonesia
  • Asia
  • Australia
  • Eropa
  • Amerika
  • Travel Tips
  • Itinerary
  • Portfolio
Saya menginap di sini hanya satu malam di awal September 2016. Meskipun begitu saya cukup terkesan dengan hotel ini. Apa saja kelebihan dan kekurangannya?


Ini kafenya

Plus:
1. Letaknya strategis. Maksudnya strategis adalah hotel ini tidak terlalu jauh dari tempat-tempat wisata. Sekitar 30 menit berkendara ke Santorini Park, 10 menit jalan kaki ke Cicada Market yang memiliki barang-barang unik dan artsy, dan 10 menit berkendara ke tradisional night market yang menjual banyak merchandise untuk oleh-oleh.

2. Kamarnya modern. Kamarnya sih, tidak terlalu luas. Namun dengan pengaturan letak yang pas, dua kasur, lemari, meja, televisi, dan sofa yang ada di sini tidak membuat kamar ini menjadi sempit. Dekorasinya pun modern, sehingga terkesan masa kini.

3. Kamar mandinya nyaman. Dengan bentuk pintu kayu dorong dan dekorasi dinding kayu yang seperti papan penggilasan membuat kamar mandi ini terlihat berbeda dari kamar mandi hotel pada umumnya. Di dalam kamar mandi terdapat shower, cermin dan wastafel serta toilet duduk. Saat saya datang ke sini kamar mandi terlihat rapi dan bersih. Toiletnya juga seperti masih baru. Jadi sangat membuat nyaman untuk digunakan.

4. Kolam renangnya luas. Bukan hanya kolamnya yang menggoda, di sekitaran kolam juga terdapat banyak pool bed yang cocok untuk bermalas-malasan menikmati udara sore.

5. Lobi cantik. Dengan nuansa biru dan putih, lobi ini mengingatkan saya akan Santorini Park yang baru saya kunjungi siang harinya. Cantik! Selain itu atapnya juga sangat tinggi sehingga menimbulkan kesan yang luas.

6. Kafe cantik. Kafe ini berada tepat di depan lobi. Dekorasinya pun mirip sama lobi dengan warna biru dan putih mendominasi. Saya tidak mencoba makanannya, jadi tidak tahu rasanya. Tapi kalau untuk foto-foto, kafe ini cukup instagrammable.

7. Fasilitas antar jemput ke pantai. Hotel ini dekat sekali dengan pantai. Tepatnya hotel berada di depan pantai. Kalau jalan kaki mungkin sekitar 10 menit. Tapi nggak perlu jalan kaki, karena mereka menyediakan semacam golf car untuk mengantar jemput ke pantai. Saya mencoba fasilitas ini dan diturunkan tepat di depan Shoreline Beach Club yang tepat berada di pinggir pantai.




Minus:
1. Pantainya tidak bagus. Kalau tujuan kita ingin menikmati pantai, jangan menginap di sini. Karena pantainya sungguh tidak cantik. Beneran, deh! Warna air pantainya terlihat cokelat pucat. Tidak menarik sama sekali. Tapi kalau sekedar iseng untuk menikmati udara sore sih, lumayan. Tapi tidak lebih dari itu.

2. Makanannya hambar. Ya seperti kebanyakan hotel lainnya, makanan yang ada di sini tidak berasa. Bahkan nasi gorengnya seperti tidak dibumbui. Meskipun begitu untuk sarapan, menu mereka sangat variatif. Ya amannya sih, makan seperti roti atau sereal dengan susu yang memang rasanya universal.

Overall:
I love this hotel. Comfy, clean, and pretty. Recommended!

Note: 
Catatan ini saya buat berdasarkan pengalaman saya. Sangat mungkin hotel ini memiliki fasilitas lain yang saya tidak ketahui.

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie

Blog Sebelumnya:
  • Plus Minus Fasilitas Autogate Imigrasi di Bandara
  • Internetan Murah di Thailand
  • Tour Guide Berbahasa Indonesia di Thailand: Saya Belajar dari Sinetron
  • Hotel di Bangkok, Thailand: Phatumwan Princess Hotel

Kemarin, untuk kedua kalinya saya menggunakan autogate imigrasi bandara Soekarno Hatta Jakarta. Dari dua kali percobaan keberangkatan dan satu kali kepulangan, ada beberapa hal yang bisa saya simpulkan.


Pertama kali saya menggunakan fasilitas autogate imigrasi ini saat saya mau terbang ke Bangkok, Thailand sekitar hampir 2 bulan lalu. Saat itu saya diperkenalkan dengan autogate ini oleh Valen (pihak Tourism Authority of Thailand Jakarta) yang mengundang saya untuk liputan ke Bangkok. 

"Tapi sebelumnya paspornya harus didaftarin dulu," ucap Valen. Saya dan beberapa wartawan yang juga belum pernah menggunakan fasilitas autogate ini pun mengikuti petunjuk Valen untuk mendaftarkan paspor kami. Meja pendaftarannya ada di dekat autogate. Di sana petugas men-scan paspor saya, dua jari telunjuk saya, dan setelahnya mengecap paspor saya dengan stempel bertuliskan autogate di halaman belakang (yang ada data alamat saya).

Sejujurnya saya tidak ngeh bahwa bandara Soetta sudah memiliki fasilitas autogate ini. Saya pikir ini pasti fasilitas baru. "Nggak baru-baru amat, sih. Sekitar dua tahunanlah," kata Valen yang karena pekerjaannya sering bolak-balik Thailand dan pastinya sering melewati autogate ini. Saya langsung merasa malu dengan pengetahuan saya yang kurang. Beberapa bulan sebelumnya saya terkagum-kagum dengan fasilitas autogate di bandara Melbourne Australia, ternyata Indonesia sudah punya lama fasilitas ini. Setelah saya browsing, ternyata autogate ini sudah ada sejak awal tahun 2013. 

Lalu apa plus yang saya rasakan dari fasilitas ini? Yang paling utama adalah bebas antrian. Ketika saya pulang dari Bangkok, antrian imigrasi kedatangan mengular. Saking panjangnya, antrian tersebut sampai berkelok. Saya dan beberapa orang dalam rombongan yang sudah memiliki fasilitas autogate langsung berbelok menuju autogate yang bebas antrian. Mungkin karena memang belum banyak yang tahu, jadi autogate ini sepi. Paling hanya ada beberapa orang saja. 

Selain itu, yang saya suka dari fasilitas ini adalah tidak perlu menghadapi petugas imigrasi. Don't get me wrong. Saya selalu merasa terintimidasi dengan para petugas imigrasi. Baik yang di Indonesia maupun luar Indonesia. Satu-satunya petugas imigrasi yang keramahannya membekas di ingatan saya adalah petugas imigrasi kedatangan di bandara Dublin, Irlandia. Selebihnya semuanya bertampang tidak ramah dan terkesan dingin. Nah, dengan fasilitas autogate, saya tidak perlu mengalami kedinginan mereka. Atau deg-degan karena takut mendapat pertanyaan yang ajaib.

Lalu apa minusnya? Autogate ini memiliki tiga tahap, yaitu scan paspor, sidik jari, dan foto wajah. Nah yang jadi masalah adalah bila salah satu dari tahapan tersebut mengalami kendala maka akan repot, deh. Contohnya, salah satu rombongan wartawan yang ke Bangkok sempat berkali-kali harus men-scan paspornya sebelum akhirnya terbaca. 

Lalu kemarin, saya yang mengalami kendala. Saya harus menunggu beberapa menit karena karena posisi berdiri saya kurang tepat sehingga wajah saya sulit terfoto. Padahal saya sudah berdiri di tempat yang diharuskan. Saya sampai pindah posisi beberapa kali dan ada tulisan di layar untuk mundur, baru akhirnya wajah saya terfoto dan saya bisa keluar dari mesin autogate. 

Nah, hal seperti ini bikin saya grogi. Apalagi saat itu tidak ada petugas yang berjaga. Untung saja saat itu tidak ada antrian di belakang saya. Kebayang kan, bila ada yang antri, saya bisa makin grogi, tuh.

Meskipun begitu bila saya harus memilih saya akan memilih fasilitas autogate ini daripada jalur imigrasi yang biasa. Lebih praktis!

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie

Blog Sebelumnya:

  • Internetan Murah di Thailand
  • Tour Guide Berbahasa Indonesia di Thailand: Saya Belajar dari Sinetron
  • Hotel di Bangkok, Thailand: Phatumwan Princess Hotel
  • 3 Makanan Thailand Wajib Coba: Tom Yam, Ketan Durian, dan Mango Sticky Rice



Selama saya jalan-jalan saya tidak pernah membeli simcard baru di negara tujuan. Saya juga tidak pernah menggunakan fasilitas internetan dengan provider Indonesia. Mahal! Biasanya saya mengandalkan wifi gratisan saja. 


Tapi ketika saya tugas ke Thailand (Bangkok, Hua Hin, dan Phetchaburi) akhir Agustus - awal September kemarin saya mau nggak mau harus membeli simcard Thailand soalnya saya membutuhkannya untuk online setiap saat demi kebutuhan pekerjaan saya.

Waktu itu saya membeli simcard True Move H dari pemandu wisata saya di Thailand, Kun Kendo. Dia menjual dengan harga yang sama seperti harga tertera di kartu tersebut, yaitu 299 bath atau sekitar Rp120 ribu. Dengan harga tersebut fasilitas yang didapatkan adalah bisa internetan dengan kuota unlimited dan menelpon dengan pulsa 100 bath. Semuanya berlaku untuk 7 hari. 

Simcard ini memang simcard untuk turis jadi masa berlakunya pun hanya sebentar. Tapi pilihan ini jauh lebih hemat daripada mengaktifkan internet dengan nomor Indonesia.

Lalu bagaimana dengan koneksi internetnya? Saya bisa bilang cukup cepat. Alasannya? Saya sempat melakukan live tweet dengan image dan video yang semuanya high quality dan itu berlangsung lancar. Image dan video terposting dengan cepat. Sempat posting video juga di Instagram, ter-publish-nya pun cepat. Ketika saya gunakan untuk browsing, situs-situs pun bisa dibuka tanpa saya harus menunggu lama. Jadi kalau mau internetan murah di Thailand, simcard True Move H ini sangat recommended.

Booking.com
----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Tour Guide Berbahasa Indonesia di Thailand: Saya Belajar dari Sinetron
  • Hotel di Bangkok, Thailand: Phatumwan Princess Hotel
  • 3 Makanan Thailand Wajib Coba: Tom Yam, Ketan Durian, dan Mango Sticky Rice
  • Euforia Tempat Instagrammable di Bandung



Ketika saya mendapat tugas dari kantor ke Thailand pada akhir Agustus - awal September, pihak pengundang, Tourism Authority of Thailand menyediakan tour guide yang pandai sekali berbahasa Indonesia. Bukan hanya pandai berbahasa Indonesia, tour guide Thailand ini juga seorang muslim.

Kun Kendo yang memakai kaos abu-abu, topi dan kacamata

Namanya Kun (panggilan bapak/ibu) Kendo. Pria ini adalah orang Thailand asli yang memiliki pekerjaan tetap di salah satu departemen pemerintahan Thailand. Tapi di waktu luangnya, dia menjadi tour guide. Baik itu tour guide berbahasa Inggris maupun bahasa Indonesia.

Saya penasaran kenapa Kun Kendo bisa sangat fasih berbahasa Indonesia. Saya menduga mungkin dia pernah tinggal lama di Indonesia seperti Mr. Danny, tour guide saya di Korea yang pandai berbahasa Indonesia. Tapi ternyata dugaan saya salah.

"Saya hanya pernah mengunjungi Indonesia satu kali," katanya. Itu pun hanya dalam hitungan hari. Lalu kenapa jago sekali berbahasa Indonesia? "Saya dulu suka menonton sinetron-sinetron RCTI yang tayang di Thailand." Jawabannya membuat saya bengong. Itu sama sekali di luar dugaan saya. 

Dari hobi nonton sinetron Indonesialah, Kun Kendo mempelajari bahasa Indonesia. Kemudian dia mengasah kemampuannya dengan terus belajar secara otodidak sehingga dia bisa berbahasa Indonesia dengan lancar. Nggak heran kalau jasa dia sering dipakai oleh orang-orang Indonesia, termasuk seleb-seleb Indonesia. 

"Saya sering menemani artis-artis Indonesia jalan-jalan. Salah satunya pernah menemani Nirina Zubir," ceritanya sambil tersenyum. 

Bukan cuma pandai berbahasa Indonesia, Kun Kendo juga seorang muslim. Jadi sangat membantu untuk memberikan informasi tentang makanan halal di Thailand. Tapi karena kemarin tugas saya bukan tentang makanan halal, jadi info tempat makan halal yang diberikan Kun Kendo adalah di tempat-tempat yang memang kebetulan kami kunjungi, seperti di MBK Center, Siam Paragon, dan pasar malam Talad Turong, Hua Hin. 

Berbeda dengan Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Di Thailand mayoritas penduduknya Budha. Jadi makanan halal tidak terlalu banyak. Contohnya di Food Island MBK Center hanya ada dua tenant makanan halal sedangkan di Food Hall Siam Paragon hanya ada satu tenant. Begitu juga di pasar malam Talad Turong, Hua Hin hanya ada satu gerobak penjual makanan halal. 

Jadi untuk yang mencari tour guide di Thailand yang bisa berbahasa Indonesia dan tahu makanan-makanan halal, Kun Kendo bisa diandalkan. 

----------@yanilauwoie----------

Booking.com


Find me at: (Di bawah ini akun media sosial saya. Bukan akun media sosial Kun Kendo. Maaf harus saya jelaskan seperti ini karena banyak yang salah sangka bahwa ini akun media sosial Kun Kendo ;p)
  • Instagram: yanilauwoie
  • Twitter: yanilauwoie
  • YouTube: yanilauwoie
  • LINE: @psl7703h


Blog Sebelumnya:

  • Hotel di Bangkok, Thailand: Phatumwan Princess Hotel
  • 3 Makanan Thailand Wajib Coba: Tom Yam, Ketan Durian, dan Mango Sticky Rice
  • Euforia Tempat Instagrammable di Bandung
  • Tempat Beli Oleh-oleh di Bandung: Toko Kue Ny. Liem




Saya menginap di hotel ini selama tiga hari dua malam, dari akhir Agustus sampai awal September. Berikut plus dan minus yang saya rasakan dari hotel ini:



Plus:
  • Lokasi strategis. Hotel ini berada di pusat kota Bangkok. Gedungnya menempel dengan pusat perbelanjaan MBK Center. Bahkan ada pintu langsung dari hotel ke MBK. Kalau di Jakarta mirip seperti Ritz-Carlton yang ada sambungan langsung ke mal Pacific Place. Tapi level Ritz-Carlton dan mal Pacific Place tentu berbeda dengan Phatumwan Princess Hotel dan MBK Center. Selain menempel dengan MBK Center, hotel ini juga dekat dengan pusat perbelanjaan-pusat perbelanjaan lain. Untuk ke mal Siam Center, mal Siam Discovery, dan mal Siam Paragon juga tinggal jalan kaki saja. Jadi kalau memang tujuannya ingin wisata belanja di Bangkok, hotel ini bisa banget jadi pilihan.   
  • Bangunan modern. Suasana bangunan yang modern selalu membuat saya nyaman. 
  • Dinding see-through. Saya selalu suka bila kamar hotel memiliki dinding kaca yang tembus pandang ke kamar mandi. Memberikan nuansa yang berbeda.
  • Kamar cukup luas. Dengan kasur twin bed, masih banyak ruang untuk bergerak.
  • Handuk berbentuk anjing. Saya harus menulis ini sebagai kelebihan hotel ini soalnya bentuknya lucu. Saking lucunya anjing yang dibentuk dari handuk-handuk berukuran kecil ini, saya sampai tidak menggunakan handuk tersebut sama sekali. Selain sayang, nggak butuh juga, soalnya sudah ada handuk kecil lainnya yang disediakan. 
  • Kolam renangnya luas. Dipastikan nggak akan tabrakan deh, saat berenang di sini, kecuali pengunjungnya berenang semua. Saat malam tiba, lampu kolam akan berubah-ubah, sehingga membuat air kadang terlihat berwarna biru dan kadang berwarna hijau. Tapi sayangnya saya nggak sempat mencoba kolam yang terlihat menggoda ini. Hiks.  



Minus: 
  • Saluran teve terbatas. Maksud saya yang terbatas di sini adalah saluran teve kabel yang biasanya menyiarkan program-program berbahasa Inggris. Tapi bukan berarti tidak ada sama sekali.
  • Colokan jauh dari kasur. Colokan hanya ada di meja yang dekat dengan teve. Saya akan merasa lebih senang bila ada colokan yang dekat dengan tempat tidur.

Note:
Yang saya tulis diatas adalah berdasarkan pengalaman yang saya coba/rasakan langsung. Sangat mungkin mereka memiliki fasilitas lain di luar yang saya tulis. 


Booking.com

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • 3 Makanan Thailand Wajib Coba: Tom Yam, Ketan Durian, dan Mango Sticky Rice
  • Euforia Tempat Instagrammable di Bandung
  • Tempat Beli Oleh-oleh di Bandung: Toko Kue Ny. Liem
  • Hotel di Bandung: Aston Braga Hotel & Residence
Newer Posts Older Posts Home

My Travel Book

My Travel Book
Baca yuk, kisah perjalanan saya di 20 negara!

My Travel Videos

Connect with Me

Total Pageviews

Categories

Amerika Serikat Australia Belanda Belgia Ceko Denmark Hong Kong Indonesia Inggris Irlandia Italia Jepang Jerman Korea Selatan Macau Malaysia Prancis Singapura Skotlandia Spanyol Thailand Vietnam

Blog Archive

  • ►  2025 (4)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2024 (12)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2023 (7)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  October (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2021 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (51)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (5)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (10)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2018 (30)
    • ►  December (8)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (60)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (5)
    • ►  September (8)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (8)
    • ►  April (9)
    • ►  March (2)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ▼  2016 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (3)
    • ▼  October (5)
      • Hotel di Thailand: Amari Hua Hin Hotel
      • Plus Minus Fasilitas Autogate Imigrasi di Bandara
      • Internetan Murah di Thailand
      • Tour Guide Berbahasa Indonesia di Thailand: Saya B...
      • Hotel di Bangkok, Thailand: Phatumwan Princess Hotel
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (4)
    • ►  February (4)
    • ►  January (6)
  • ►  2015 (51)
    • ►  December (7)
    • ►  November (4)
    • ►  October (3)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (3)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2014 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (1)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (6)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (5)
    • ►  April (4)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (6)
  • ►  2013 (13)
    • ►  December (5)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)

Search a Best Deal Hotel

Booking.com

Translate

Booking.com

FOLLOW ME @ INSTAGRAM

Most Read

  • 10 Info Tentang Kartu Myki, Alat Bayar Transportasi di Melbourne, Australia
  • 6 Rekomendasi Oleh-oleh dari Edinburgh, Skotlandia dan Kisaran Harganya
  • 8 Tip Naik Tram di Melbourne, Australia
  • My 2018 Highlights

About Me

Hi, I'm Yani. I have 15 years experience working in the media industry. Despite my ability to write various topics, my biggest passion is to write travel stories. By writing travel stories, I combine my two favourite things; travelling and writing. All the content in this blog are mine otherwise is stated. Feel free to contact me if you have questions or collaboration proposal :)

Contact Me

Name

Email *

Message *

Copyright © 2016 My Travel Stories. Created by OddThemes & VineThemes