My Travel Stories

Lots of memories I can't keep, that's why I write.

Powered by Blogger.
  • Home
  • Indonesia
  • Asia
  • Australia
  • Eropa
  • Amerika
  • Travel Tips
  • Itinerary
  • Portfolio

Saya bukan pegolf profesional. Bahkan saya belum pernah bermain golf. Golf yang pernah saya coba adalah mini golf yang cuma buat main-mainan. Jadi ketika saya akhirnya bisa main golf minggu lalu, saya merasa bergairah sekali. Dan perasaan itu berlipat ganda, karena saya bisa main golf bareng kanguru!

Saya bermain golf di Anglesea Golf Club. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya saya ke sini. Tapi saat kunjungan sebelumnya saya hanya mengikuti tur kanguru. Yap, selain tempat bermain golf, di sini juga merupakan rumah dari kawanan kanguru. 

Saat saya mengikuti tur kanguru, saya diajak keliling lapangan golf di spot-spot yang banyak kangurunya. Saat itu saya sempat bertanya-tanya apakah aman baik bagi manusia maupun kangurunya? Ya, saat itu kepikiran, gimana kalau ada bola nyasar mengenai kanguru. Tapi pemandu saat itu bilang bahwa selama ini baik-baik saja, tidak pernah ada kasus yang membahayakan. Kangurunya pun jinak-jinak. 

Hmm, sejinak-jinaknya kanguru tetap saja saya akan was-was kalau bermain golf di sini. Bagaimana kalu tiba-tiba kangurunya meninju saya (seperti yang pernah saya lihat di berita) atau tanpa sengaja bola golf yang saya pukul nyasar menampar wajah hewan berkantung ini. 

Nah, akhirnya saya mengalami di posisi itu juga, bermain golf dengan dikerumuni kanguru. Di hole awal-awal sih, tidak ada kanguru yang berkumpul. Kalau pun ada sekawanan kanguru namun posisi mereka jauh dari hole atau lapangan tengah, mereka banyak berkumpul di pinggir. Tapi begitu saya sampai di lubang hole 4, lah, itu banyak banget kanguru gogoleran. Beberapa di antaranya langsung berdiri begitu melihat saya mendekat dan mengamati saya. 

"Tidak apa-apa, Yani, mereka tidak akan menganggumu," kata ibu mertua saya yang diamini oleh ayah mertua saya. Saya percaya dengan perkataan mereka karena mereka sering main di sini. Dan, saya harus menyelesaikan hole ini bukan? Jadi mau nggak mau ya, saya beranikan untuk terus maju dan berusaha memukul bola di antara kanguru-kanguru yang menonton. 

Duh, jangan ditanya deh, deg-degannya kayak apa. Antara takut diseruduk kanguru sama takut bola nyasar menghantam mereka. Tapi saya lebih takut yang pertama sih, soalnya saya tahu pukulan bola saya tidak akan jauh dan melayang ke kanguru-kanguru tersebut. Yah, namanya juga baru pertama kali main golf. Jadi bola kepukul dan bisa meluncur pendek aja, sudah syukur Alhamdulillah.

Syukurnya, saya berhasil menyelesaikan hole ini tanpa ada drama apapun dengan kanguru. Tapi bukan berarti ketegangan saya selesai. Selepas hole 4, ketika saya akan melakukan pukulan awal untuk memulai hole 5, itu sekawanan kanguru gogoleran di depan saya. Aduh, bagaimana ini? Apa saya mukulnya ke samping aja gitu? 

Tapi karena lagi-lagi diyakinkan bahwa tidak akan kenapa-napa, saya pun akhirnya melayangkan tongkat golf tersebut, satu kali... gagal, saya hanya memukul angin. Begitu juga dengan yang kedua kalinya. Tapi yang ketiga kalinya, tongkat tersebut berhasil mengenai si bola, dan bola pun bergerak, agak melayang ke atas tapi tidak terlalu tinggi. Saya memperhatikan si bola, ya Allah semoga nggak mendarat ke tubuh salah satu kanguru. Dan, bam, bola pun terjatuh, mendarat di... tanah, tepat di antara kanguru-kanguru. Alhamdulillaaah!

Dan begitu saya mendekat kepada bola untuk melanjuti permainan, sekawanan kanguru tersebut satu persatu melompat dan menghindari saya. Hanya satu kanguru tersisa, yang terlihat nyantai, tetap asyik tiduran. Tidak takut sama sekali dengan kehadiran saya. Hahaha...

Yang juga bikin deg-degan, adalah ketika saya berusaha memasukkan bola ke lubang hole 7. Itu ya Allah, saya dikelilingi sekawanan kanguru yang jumlahnya lebih banyak. Entah apa karena ada 'penonton' yang menambah semangat atau karena saya ingin cepat menyelesaikan hole ini agar bisa menghindari kemungkinan diseruduk kanguru, yang jelas saya bisa menyelesaikan hole ini, hanya dengan dua kali patting. Wohoo. 

Setelah sekitar dua jam bermain golf, saya sukses menyelesaikan sembilan hole, tanpa mencederai atau dicederai oleh kanguru. Entah mana yang lebih melegakan, akhirnya saya bisa memukul bola golf yang mungil itu dan menyelesaikan keseluruhan permainan, lega karena tidak ada bola yang nyasar yang melukai kanguru atau lega karena tidak diseruduk kanguru. 

Cuma di Australia, bisa main golf bareng kanguru. Sensasinya, luaaaar biasa!

----------@yanilauwoie----------


Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h


Blog Sebelumnya:
  • Travelling di Australia Saat Pandemi, Begini Rasanya Berasal dari Area Hotspot

  • Pengalaman Suntik Vaksin COVID-19 Pfizer di Australia untuk Penderita Asma

  • Road Trip di Australia Saat Pandemi, Begini Rasanya ke Tempat Bebas COVID-19

  • Pengalaman Road Trip di Australia saat Pandemi Corona

  • Road Trip Australia Selatan: Drama Penginapan





Halaman National Museum of Australia, tempat kami menunggu keputusan boleh masuk atau tidak


Pagi itu, saya, Shannon, dan Noah janjian dengan sahabat Shannon dan keluarganya untuk bertemu di National Museum of Australia yang ada di Canberra, ACT, Australia. Kebetulan saya pun belum perrnah ke museum ini, jadi semangat untuk melihat tempat baru. Tapi rasa semangat itu sempat terjegal ketika di pintu masuk kami mendapat pertanyaan apakah kami dari Victoria atau bukan. Dan karena jawaban kami, kami harus menunggu sebelum mendapatkan keputusan apakah kami boleh masuk atau tidak. 

LARANGAN MASUK BAGI PENDUDUK VICTORIA

Februari lalu kami melakukan perjalanan ke Canberra karena Shannon ada urusan yang harus dilakukan di sana. Tentunya di sela-sela kesibukan Shannon, kami sempat mengunjungi berbagai tempat wisata, termasuk di antaranya National Museum of Australia. 

Nah, di hari yang sama kami mengunjungi tempat tersebut, Victoria, negara bagian kami berasal menutup perbatasannya karena adanya outbreak COVID-19. Hal ini tentunya mempengaruhi kebijakan dari negara bagian-negara bagian lain dalam memperlakukan penduduk Victoria. 

Contohnya ACT, yang langsung bergerak cepat dengan memasang pengumuman di semua tempat wisata untuk menyeleksi penduduk Victoria. Selain pengumuman, petugas juga dengan sigap bertanya ke setiap pengunjung apakah berasal dari Melbourne atau daerah lainnya di Victoria.

Jadi saat pertanyaan itu ditujukan kepada kami ketika mau masuk National Museum of Australia, Shannon pun jujur menjawabnya. Petugas wanita yang memberikan pertanyaan kepada kami, tidak bisa membuat keputusan untuk memperbolehkan kami masuk. Dia pun meminta izin untuk bertanya kepada supervisor/senior dia.

Tidak lama kemudian seorang pria datang dan mengajukan beberapa pertanyaan, termasuk sudah berapa lama kami di Canberra. Setelah kami menjelaskan bahwa kami sudah di sini hampir seminggu, sang petugas selanjutnya berkata, "Oh, kalau begitu kalian boleh masuk. Peraturan ini berlaku untuk penduduk Victoria yang baru sampai Canberra tadi malam." 

Ya logikanya, kalau kami sudah beberapa hari di Canberra, kami tidak terkoneksi dengan outbreak yang baru terjadi di Melbourne, terlebih lagi kami tidak tinggal di Melbourne.

Yap, siapapun dari Victoria yang baru sampai tadi malam, tepatnya pukul 00.00, tepat ketika perbatasan ditutup maka wajib untuk isolasi mandiri selama 14 hari dan tentunnya tidak boleh beraktivitas di tempat-tempat publik. 

Inilah risikonya bepergian di masa pandemi, terutama bila berasal dari wilayah yang sering terjadi hotspot. Seringnya sih, memang Melbourne yang jadi hotspot outbreak COVID-19 tapi karena manusia masih melakukan pergerakan, tentunya virus bisa menyebar ke area-area Victoria lainnya. Jadi tidak heran bila fokus mitigasi penularan juga berlaku untuk seluruh penduduk Victoria. 

Saya sempat bertanya kepada Shannon kenapa dia menjawab jujur karena bisa saja dia berbohong dan petugas tidak akan memeriksa lebih jauh. Karena saya lihat dua orang pengunjung sebelum kami ditanyakan hal yang sama dan mereka menjawab tidak, lalu petugas mempersilakannya masuk tanpa mengecek identitas. Istilahnya modal kepercayaan saja. 

Saya bukannya meminta Shannon berbohong. Saya hanya penasaran kenapa dia jujur. Lalu begini jawab Shannon. "Karena kalau kita bohong dan tahu-tahu terjadi sesuatu, itu berarti kita melanggar hukum." 

Mendengar jawaban Shannon, saya seperti mendapat jawaban kenapa tracing kasus COVID-19 di Australia berjalan cukup baik. Salah satu alasannya adalah masih banyaknya orang yang jujur dan bertanggung jawab, seperti Shannon ini. 

HIDUP BERDAMPINGAN DENGAN COVID-19

Saat saya menulis ini, kondisi Melbourne sedang lockdown lagi. Hari ini saja, ada hampir 400 kasus COVID-19 baru. Bukan hanya Melbourne saja, Sydney bahkan lebih parah. Kasus COVID-19 barunya setiap hari mencapai lebih dari seribu dan belum ada tanda-tanda penurunan. 

Bahkan mulai disebut-sebut wacana bahwa kita harus siap hidup berdampingan dengan COVID-19 karena sulit rasanya kembali ke nol kasus seperti yang sebelumnya karena penyebaran varian delta ini luar biasa cepat. Karena itu fokus pemerintah Australia saat ini adalah mencapai 70-80% vaksinasi sehingga kalaupun orang kena COVID-19, efeknya tidak akan terlalu parah. 

Saya sudah divaksin satu kali dan akan vaksin yang kedua minggu depan. Tapi bukan berarti saya bisa dengan tenang menerima kenyataan bahwa kita harus hidup berdampingan dengan COVID-19. Pasalnya, kami punya anak yang secara umur belum bisa divaksin. Ini membuat saya khawatir luar biasa.

Dan pastinya sulit bagi saya untuk memutuskan travelling lagi bila situasinya seperti itu. Maksudnya, saya bisa tenang travelling ke ACT atau ke Australia Selatan karena saat itu nol kasus COVID-19 di sana. 

Tapi bila fokus utama pemerintah bukan lagi nol kasus, dan dengan anak yang tanpa vaksin, saya rasa travelling di saat pandemi bukanlah ide yang bagus. Pppfffuuiiihh! 

----------@yanilauwoie----------


Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h


Blog Sebelumnya:
  • Pengalaman Suntik Vaksin COVID-19 Pfizer di Australia untuk Penderita Asma

  • Road Trip di Australia Saat Pandemi, Begini Rasanya ke Tempat Bebas COVID-19

  • Pengalaman Road Trip di Australia saat Pandemi Corona

  • Road Trip Australia Selatan: Drama Penginapan

  • Road Trip Australia Selatan: Tes Swab COVID-19 Pertama Kali



Newer Posts Older Posts Home

My Travel Book

My Travel Book
Baca yuk, kisah perjalanan saya di 20 negara!

My Travel Videos

Connect with Me

Total Pageviews

Categories

Amerika Serikat Australia Belanda Belgia Ceko Denmark Hong Kong Indonesia Inggris Irlandia Italia Jepang Jerman Korea Selatan Macau Malaysia Prancis Singapura Skotlandia Spanyol Thailand Vietnam

Blog Archive

  • ►  2025 (4)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2024 (12)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2023 (7)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  October (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ▼  2021 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ▼  September (2)
      • Cuma di Australia Bisa Main Golf Bareng Kanguru
      • Travelling di Australia Saat Pandemi, Begini Rasan...
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (51)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (5)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (10)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2018 (30)
    • ►  December (8)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (60)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (5)
    • ►  September (8)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (8)
    • ►  April (9)
    • ►  March (2)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2016 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (3)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (4)
    • ►  February (4)
    • ►  January (6)
  • ►  2015 (51)
    • ►  December (7)
    • ►  November (4)
    • ►  October (3)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (3)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2014 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (1)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (6)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (5)
    • ►  April (4)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (6)
  • ►  2013 (13)
    • ►  December (5)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)

Search a Best Deal Hotel

Booking.com

Translate

Booking.com

FOLLOW ME @ INSTAGRAM

Most Read

  • 10 Info Tentang Kartu Myki, Alat Bayar Transportasi di Melbourne, Australia
  • 6 Rekomendasi Oleh-oleh dari Edinburgh, Skotlandia dan Kisaran Harganya
  • 8 Tip Naik Tram di Melbourne, Australia
  • My 2018 Highlights

About Me

Hi, I'm Yani. I have 15 years experience working in the media industry. Despite my ability to write various topics, my biggest passion is to write travel stories. By writing travel stories, I combine my two favourite things; travelling and writing. All the content in this blog are mine otherwise is stated. Feel free to contact me if you have questions or collaboration proposal :)

Contact Me

Name

Email *

Message *

Copyright © 2016 My Travel Stories. Created by OddThemes & VineThemes