Travelling di Australia Saat Pandemi, Begini Rasanya Berasal dari Area Hotspot
Pagi itu, saya, Shannon, dan Noah janjian dengan sahabat Shannon dan keluarganya untuk bertemu di National Museum of Australia yang ada di Canberra, ACT, Australia. Kebetulan saya pun belum perrnah ke museum ini, jadi semangat untuk melihat tempat baru. Tapi rasa semangat itu sempat terjegal ketika di pintu masuk kami mendapat pertanyaan apakah kami dari Victoria atau bukan. Dan karena jawaban kami, kami harus menunggu sebelum mendapatkan keputusan apakah kami boleh masuk atau tidak.
LARANGAN MASUK BAGI PENDUDUK VICTORIA
Februari lalu kami melakukan perjalanan ke Canberra karena Shannon ada urusan yang harus dilakukan di sana. Tentunya di sela-sela kesibukan Shannon, kami sempat mengunjungi berbagai tempat wisata, termasuk di antaranya National Museum of Australia.
Nah, di hari yang sama kami mengunjungi tempat tersebut, Victoria, negara bagian kami berasal menutup perbatasannya karena adanya outbreak COVID-19. Hal ini tentunya mempengaruhi kebijakan dari negara bagian-negara bagian lain dalam memperlakukan penduduk Victoria.
Contohnya ACT, yang langsung bergerak cepat dengan memasang pengumuman di semua tempat wisata untuk menyeleksi penduduk Victoria. Selain pengumuman, petugas juga dengan sigap bertanya ke setiap pengunjung apakah berasal dari Melbourne atau daerah lainnya di Victoria.
Jadi saat pertanyaan itu ditujukan kepada kami ketika mau masuk National Museum of Australia, Shannon pun jujur menjawabnya. Petugas wanita yang memberikan pertanyaan kepada kami, tidak bisa membuat keputusan untuk memperbolehkan kami masuk. Dia pun meminta izin untuk bertanya kepada supervisor/senior dia.
Tidak lama kemudian seorang pria datang dan mengajukan beberapa pertanyaan, termasuk sudah berapa lama kami di Canberra. Setelah kami menjelaskan bahwa kami sudah di sini hampir seminggu, sang petugas selanjutnya berkata, "Oh, kalau begitu kalian boleh masuk. Peraturan ini berlaku untuk penduduk Victoria yang baru sampai Canberra tadi malam."
Ya logikanya, kalau kami sudah beberapa hari di Canberra, kami tidak terkoneksi dengan outbreak yang baru terjadi di Melbourne, terlebih lagi kami tidak tinggal di Melbourne.
Yap, siapapun dari Victoria yang baru sampai tadi malam, tepatnya pukul 00.00, tepat ketika perbatasan ditutup maka wajib untuk isolasi mandiri selama 14 hari dan tentunnya tidak boleh beraktivitas di tempat-tempat publik.
Inilah risikonya bepergian di masa pandemi, terutama bila berasal dari wilayah yang sering terjadi hotspot. Seringnya sih, memang Melbourne yang jadi hotspot outbreak COVID-19 tapi karena manusia masih melakukan pergerakan, tentunya virus bisa menyebar ke area-area Victoria lainnya. Jadi tidak heran bila fokus mitigasi penularan juga berlaku untuk seluruh penduduk Victoria.
Saya sempat bertanya kepada Shannon kenapa dia menjawab jujur karena bisa saja dia berbohong dan petugas tidak akan memeriksa lebih jauh. Karena saya lihat dua orang pengunjung sebelum kami ditanyakan hal yang sama dan mereka menjawab tidak, lalu petugas mempersilakannya masuk tanpa mengecek identitas. Istilahnya modal kepercayaan saja.
Saya bukannya meminta Shannon berbohong. Saya hanya penasaran kenapa dia jujur. Lalu begini jawab Shannon. "Karena kalau kita bohong dan tahu-tahu terjadi sesuatu, itu berarti kita melanggar hukum."
Mendengar jawaban Shannon, saya seperti mendapat jawaban kenapa tracing kasus COVID-19 di Australia berjalan cukup baik. Salah satu alasannya adalah masih banyaknya orang yang jujur dan bertanggung jawab, seperti Shannon ini.
HIDUP BERDAMPINGAN DENGAN COVID-19
Saat saya menulis ini, kondisi Melbourne sedang lockdown lagi. Hari ini saja, ada hampir 400 kasus COVID-19 baru. Bukan hanya Melbourne saja, Sydney bahkan lebih parah. Kasus COVID-19 barunya setiap hari mencapai lebih dari seribu dan belum ada tanda-tanda penurunan.
Bahkan mulai disebut-sebut wacana bahwa kita harus siap hidup berdampingan dengan COVID-19 karena sulit rasanya kembali ke nol kasus seperti yang sebelumnya karena penyebaran varian delta ini luar biasa cepat. Karena itu fokus pemerintah Australia saat ini adalah mencapai 70-80% vaksinasi sehingga kalaupun orang kena COVID-19, efeknya tidak akan terlalu parah.
Saya sudah divaksin satu kali dan akan vaksin yang kedua minggu depan. Tapi bukan berarti saya bisa dengan tenang menerima kenyataan bahwa kita harus hidup berdampingan dengan COVID-19. Pasalnya, kami punya anak yang secara umur belum bisa divaksin. Ini membuat saya khawatir luar biasa.
Dan pastinya sulit bagi saya untuk memutuskan travelling lagi bila situasinya seperti itu. Maksudnya, saya bisa tenang travelling ke ACT atau ke Australia Selatan karena saat itu nol kasus COVID-19 di sana.
Tapi bila fokus utama pemerintah bukan lagi nol kasus, dan dengan anak yang tanpa vaksin, saya rasa travelling di saat pandemi bukanlah ide yang bagus. Pppfffuuiiihh!
0 komentar