EuroTrip: 4 Insiden Pencopetan
“Awas
kecopetan!”
“Hati-hati
banyak copet!”
“Be
careful with your bag!”
Peringatan-peringatan itu meluncur dari mulut
kenalan, teman dan temannya teman sebelum saya, Mira dan Feny pergi ke Eropa.
Banyak yang bilang bahwa Paris, Barcelona dan Roma pusatnya copet. Peringatan
itu bahkan datang dari seorang security yang kami tanyai arah di Barcelona. Saya
juga diperingati oleh Denis, driver sekaligus tur guide saya saat di Dublin,
Irlandia. “Dublin ini termasuk kota yang aman. Tapi tetap aja harus
berhati-hati. Karena pada dasarnya semua sifat manusia di mana-mana sama,”
katanya memperingati semua peserta tur. Saya setuju sekali dengan hal tersebut. Nggak usah jauh-jauh ke
Eropa, di Jakarta saja jumlah copetnya banyak nian.
Untuk mengantisipasipasi kecopetan, saya, Mira dan
Feny menggunakan baju dengan kantong doraemon. Maksudnya, pakai kaos tanpa
lengan namun kaos itu punya kantong di bagian dada. Luas kantong tersebut cukup
untuk meletakkan uang-uang Euro kami dan passport. Tapi kok jadi repot ya saat
membutuhkan uang. Harus merogoh-rogoh melewati lapisan-lapisan baju. Hahahaha…
Karena itu, kaos tersebut hanya saya gunakan ketika berpindah dari negara satu
ke yang lain. Sementara kalau sehari-hari, uang dan passport saya tinggalkan di
loker hostel atau di kamar hotel/ apartemen yang terkunci aman. Saya hanya
membawa uang yang sekiranya cukup untuk seharian serta fotokopi passport dan
visa, sekedar untuk berjaga-jaga.
Ditabrak
Pencopet di Paris
Ada beberapa kejadian berkaitan dengan copet
yang saya alami di Eropa dan pastinya membuat jantung saya deg-degan bukan main. Yang pertama adalah saat di dalam Metro di Paris, Prancis. Saat itu, saya baru naik Metro dan tiba-tiba,
ada seorang wanita bertubuh tidak terlalu tinggi menabrak saya dan kemudian
lari. Belum jelas apa yang sedang terjadi, tahu-tahu ada petugas masuk ke dalam
Metro, kemudian mencolek Mira sambil bilang, “pickpocket, pickpocket.”
Rupanya petugas itu memperingati kami untuk
hati-hati dengan wanita yang tadi berlari dan menabrak saya. Wanita tersebut adalah pencopet. Kejadian yang
saya lihat selanjutnya, wanita mungil tadi sudah keluar Metro bersama seorang
laki-laki dan ada 2 orang petugas Metro yang mengikuti mereka dari belakang.
Begitu saya duduk, seorang pria dari Morocco berkata kepada saya, “In Paris you should be carefull with small
ladies, not with big guy. Because usually the pickpockets are small ladies." Dia juga bilang bahwa wajah-wajah Asia seperti kami ini sering jadi
incaran mereka. Waduh!
Baca Juga: Melepas Koyo di Menara Eiffel, Paris
Baca Juga: Melepas Koyo di Menara Eiffel, Paris
Aksi
Penangkapan Pencopet di Barcelona
Insiden kedua yang sempat bikin jantung saya
mau copot adalah saat di Barcelona, Spanyol. Tepatnya di tempat wisata Park Guell.
Baru juga 5 menit saya masuk ke tempat itu, tiba-tiba saya melihat ada seorang
wanita bertubuh tegap sedang berlari dan diikuti pria dengan
membawa pentungan. Saya tidak paham siapa mengejar siapa. Saya pun asyik
kembali memotret, kebetulan di depan saya ada Gaudi House yang bagus untuk
dijadikan objek foto. Tapi baru juga beberapa jepret tiba-tiba ada suara
teriakan-teriakan dan banyak orang berlarian.
Saya lihat wanita bertubuh tegap tadi
berlari mengejar seorang pria. Insting saya langsung bilang bahwa orang yang
dikejar adalah pencopet. Selain si wanita, ada juga pria yang membawa pentungan
tadi ikut mengejar pria yang sama. Ditambah lagi ada 1 pria lain. Total ada 3 orang berusaha mengepung
si pria. Pria yang berusaha ditangkap itu terlihat panik dan berlari tak tentu
arah ke sana kemari. Sampai akhirnya dia berlari ke arah Gaudi House.
Panik lah saya. Saya ikut berlari, mencari tempat untuk menghindar dari si pria. Dalam kondisi panik dan ketakutan, saya melihat pria itu
menabrak seorang remaja bule di dekat saya. Sang remaja berteriak histeris. Saya makin panik, takut dia akan lebih mendekat ke arah saya. Untungnya, sehabis menabrak remaja
tersebut, sang pria langsung dibekuk oleh 3 orang yang mengejarnya tersebut. Di tengah detak
jantung yang menderu, saya mengucap syukur.
Baca Juga: Dibantu Pangerang-Pangeran Koper di Eropa
Baca Juga: Dibantu Pangerang-Pangeran Koper di Eropa
Pencopet
Roma Beraksi di Depan Mata
Kejadian berikutnya di Roma, Italia juga
nggak kalah bikin jantung saya olahraga. Saat itu, Saya dan Feny baru saja pulang
dari mengambil visa Irlandia saya di Ireland Embassy. Saat sedang menuju bus
stop (kami mau naik bus no. 75), kami sempat melewati kafe kecil di pinggir jalan.
Saya dan Feny sedang asyik mengobrol, sampai tiba-tiba saya melihat ada seorang
pria memakai T-Shirt ungu dan celana pendek sedang menyebrang sambil menenteng
tas. Yang mengherankan adalah dia menenteng tas wanita dan ketika menyebrang
dia beberapa kali melihat ke arah wanita yang sedang duduk di kursi kafe.
Otomatis logika saya langsung bilang bahwa
pria itu baru saja mencopet tas wanita yang saya dan Feny baru lewati. Refleks
saya bertanya ke Feny, “Fen itu copet ya?” sambil terus melihat si
pria yang sudah berhasil menyebrang dan masuk ke dalam bus. Feny malah
menjawab,”Jalan terus” “Hah?” saya bingung kenapa Feny meminta saya jalan terus
sementara kita harusnya juga menyebrang untuk naik bus. “Jalan terus,” Feny
kembali memerintah dengan muka panik.
Akhirnya saya dan Feny jalan terus dan
berbelok di perempatan. Kami terus berjalan sampai akhirnya kaki berasa pegal
sendiri. Rupanya, Feny melihat kejadian tersebut. Dia melihat bahwa si pria itu
mencopet tas si wanita dari bawah kursinya. Posisi kursi si wanita yang di
pinggir jalan mempermudah sang pencopet untuk mengambil tasnya. Ditambah lagi
saat aksi dilakukan, sang wanita berambut pirang tersebut sedang menelpon. Jadi
makin asyik lah sang copet beraksi.
Feny meminta saya terus jalan karena dia
takut. Selain takut dengan pencopet tersebut, dia takut kami akan dituduh
sebagai gerombolan si copet. Karena pada waktu itu suasana memang sepi. Hanya
ada si wanita, copet dan kami berdua. “Gila deg-degan banget gue. Takut,” kata
Feny. Sekitar 30 menit kemudian, kami kembali ke tempat tadi karena kami harus
naik bus dari tempat tersebut. Kami sempat melihat si wanita sedang panik dan
menangis karena kehilangan tasnya. Rasa tak berdaya langsung menyelimuti saya.
Baca Juga: Orang Italia Juga Suka Gratisan
Baca Juga: Orang Italia Juga Suka Gratisan
Tas
Dibuka Pencopet di Dublin
Christ Church Cathedral, tempat saya hampir kecopetan. |
Dari semua aksi pencopetan, ada 1 aksi yang
nyaris membuat saya kecopetan. Hal ini terjadi di Christ Church Cathedral,
Dublin, Irlandia. Saat itu saya sedang asyik memotret gereja tertua di kota
Dublin tersebut. Untungnya tiap beberapa waktu saya terbiasa mengecek backpack
pink saya. Kaget lah saya pas saya melihat kantong bagian depan backpack saya
terbuka. Refleks saya langsung melihat 2 orang, wanita dan pria yang nyaris menempel di belakang saya.
Dari reaksi mereka, saya yakin mereka lah
yang membuka tas saya. Dengan berani saya bertanya pada si wanita, “do you open
my bag?” Dia diam saja. Setengah berteriak saya mengadu pada Michael, teman
yang saat itu menemani saya keliling Dublin. “Mike, she opened my bag.”
Mendengar saya mengadu pada Michael, si cewek mengangkat kedua tangannya
seolah-olah tak mengerti apa yang saya bicarakan. Seolah-olah tidak bisa bahasa Inggris. Muka keduanya memang muka pendatang. Saya yakin mereka
bukan orang Irlandia. Setelah aksi "pura-pura tidak mengerti" tersebut, keduanya langsung pergi.
Michael bertanya pada saya apakah ada yang
hilang. Saya tidak yakin apakah ada yang hilang karena isi kantong bagian depan tas saya adalah benda-benda kecil
tidak berharga, seperti tissue basah, handsanitizer, sikat gigi, permen, senter dan sebagainya.
Kalau pun ada yang hilang, pasti saya tidak akan sadar. Sementara uang dan benda berharga lainnya saya simpan di bagian tengah tas di mana
antara 2 ujung resletingnya saya kaitkan dengan gantungan kunci. Jadi agak
susah untuk membukanya.
Saya bersyukur meskipun dihadapkan pada
aksi-aksi pencopetan, saya tidak kehilangan benda berharga satu pun. Namun yang
paling utama adalah saya tidak kecopetan rasa senang terhadap kota-kota
tersebut. Menurut saya tidak adil menyalahkan kotanya. Bukannya di mana-mana
sifat manusia akan selalu sama? Ada baik dan buruk. Yang penting harus selalu berhati-hati di mana pun kita berada.
Baca Juga:
----------@yanilauwoie----------
Baca Juga:
2 komentar
Sharenya mantap mba, ternyata dimanapun traveling harus waspada ya mba' salam kenal mba Yani :D
ReplyDeleteBetul.. Traveling kemanapun harus tetap waspada. Salam kenal juga Mas Arief :)
Delete