EuroTrip: “Dimarahi” Pelayan di Roma
Peraturan
di tiap tempat memang beda-beda. Bila kita tidak memahami peraturan yang
berlaku di tempat tersebut, bisa berujung salah paham atau bahkan “dimarahi”.
Padahal perkaranya simple, lho! Cuma perihal memesan makanan.
Suatu malam, setelah
seharian berputar-putar kota Roma, Italia, saya, Mira dan Feny memutuskan untuk
makan di restoran dekat hostel kami. Nama restorannya La Famiglia yang berada
di Via Gaeta, 66, 00185 Roma, Italia, Restoran ini menyajikan makanan khas
Italia namun anehnya sepanjang mata saya memandang semua pelayannya adalah
orang India.
Sepengamatan saya juga,
restoran ini termasuk restoran favorit karena meja-meja yang tersedia nyaris
dipenuhi pengunjung. Saya dan teman-teman tadinya ingin duduk di luar restoran
agar bisa makan sambil mengamati suasana malam di Roma. Namun karena tempat duduk
di luar penuh, kami pun ditempatkan di dalam restoran. Begitu dapat duduk,
salah satu pelayan sangat sigap memberikan kami buku menu.
Setelah tahu mau makan apa,
kami pun mulai mencari-cari pelayan untuk bisa memesan. Namun semua pelayan terlihat
sibuk. Akhirnya mulailah kami berusaha memanggil salah satu dari mereka sambil
mengangkat tangan. Setelah beberapa kali memanggil sambil mengangkat tangan,
akhirnya pelayan yang tadi memberi kami buku menu menghampiri.
Saya kira dia akan langsung
mencatat pesanan kami. Nyatanya tidak! Pelayan itu mendekat ke Mira dan
berbicara panjang dengan wajah bersungguh-sungguh. Kurang lebih seperti ini
kalimatnya: “Tolong kalian jangan mengangkat tangan kalian. Kalau kalian
mengangkat tangan, nanti tamu-tamu lain akan mengangkat tangan. Itu akan
memperlihatkan seolah-olah kami tidak bisa melayani kalian.” Tidak siap
“dimarahi”, saya, Mira dan Feny memasang wajah bengong. Saya sendiri
pelan-pelan menurunkan tangan saya ke bawah meja. Hahahaha…
“Kalian mengerti kan?” tanya
sang pelayan. Hanya Mira yang menjawab sedangkan saya hanya mengangguk-angguk
saja. Bingung sebenarnya harus bereaksi apa karena mengangkat tangan saat mau
memesan makanan adalah hal yang biasa di resto-resto di Indonesia.
Ini yang saya makan. Pizza tipis yang berisi campuran mozzarella cheese, tomat, tuna dan bawang merah mentah. Uenaaak. Harganya 7 euro + 1 euro (tax) |
Selesai makan, kami kerepotan
saat ingin meminta bon dan mau bayar. Ngangkat tangan nggak boleh, tapi para
pelayannya dipanggil tidak ada yang mendengar karena mereka sangat sibuk.
Sementara kalau mau memanggil dengan suara lebih kencang, saya takut dimarahi.
Akhirnya kami bertiga hanya bisa memandangi para pelayan tersebut dan berharap
salah satu di antara mereka ada yang melihat kami. Mengikuti pelayan yang sibuk
lalu lalang dengan tatapan siaga lumayan bikin kepala saya pegal karena harus
nengok sana-nengok sini ;p
Sampai akhirnya lagi-lagi
pelayan yang tadi melayani kami melihat ke arah saya. Saya pun memberi kode
minta bon. Saya membentuk kode kotak. Dia pun menghampiri meja kami. Lagi-lagi
saya dibuat bengong ketika pria ini kembali menasehati kami dengan berkata
bahwa kode meminta bon bukanlah kotak. Kode kotak untuk meminta menu. Sedangkan
minta bon kodenya seperti sedang menulis. Dengan tampang bodoh, saya cuma bisa
berkata, “oh..”. Ahahahaha…
Well, we have to learn
something in new place, right? ;p
Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
Baca Juga:
6 komentar
terima kasih infonya.....
ReplyDeletesangat menarik dan bermamfaat....
Kembali kasih :)
Deletembak yani lucu sekali baca blog anda khususnya ttg kode minta bon..gak habis pikir kenapa mbak ngasih kode kotak..hahahaha
ReplyDeleteAhahahaha...
DeleteMungkin karena sebelumnya habis'dimarahi', jadi ya gitu, deh ;p
Dimarahi orang India ya mbak?
ReplyDeleteGitu, deh.. Hehehehe...
Delete