EuroTrip: Pakai Bahasa Indonesia Aja!
Karena bukan English speaking country, wajar banget bila tidak semua orang Barcelona bisa berbahasa Inggris. Namun hebatnya, kendala bahasa ini tidak menyurutkan semangat mereka untuk membantu orang-orang asing yang membutuhkan bantuan, lho! Contohnya pengalaman saya dengan Ibu Passie.
Ibu Passie adalah seorang petugas di stasiun kereta yang ada di Mollet. Saya, Mira dan Feny bertemu dengannya ketika dia bertugas di stasiun kereta Mollet - Santa Rosa. Saat itu kami ingin pergi ke tempat wisata, Montserrat. Karena buta arah, kami pun bertanya kepada Ibu Passie, kereta mana yang harus dinaiki. Ibu Passie tidak bisa berbahasa Inggris. Namun dia mengerti maksud kami karena kami menunjukkan brosur wisata Montserrat. Dia memberi kode kepada kami untuk menunggu. Dan selanjutnya yang kami lihat, Ibu Passie menelpon seseorang dengan menggunakan handphone. Dia berbicara bahasa Spanyol namun dalam perbincangannya dia menyebut-nyebut kata Montserrat.
Begitu selesai menelpon, Ibu Passie menjelaskan rute kepada kami. Jujur awalnya saya bingung karena dia menjelaskan dengan bahasa Spanyol. Saya melirik Feny dan Mira, wajah mereka terlihat bengong. Saya berusaha menahan tawa melihat mimik mereka berdua. Berani taruhan, mereka sama tidak mengertinya dengan saya. Penjelasan Ibu Passie yang tertangkap telinga saya hanyalah bla bla bla bla. Hahaha...
Rupanya Ibu Passie ini sadar bahwa kami sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dia bicarakan. Maka dia pun mengulang penjelasannya dengan intonasi lebih pelan dan sambil menuliskan nama-nama stasiun di kertas kosong. Setelah mengulang tiga kali sambil menggerak-gerakkan tangannya menunjuk nama-nama stasiun yang ditulisnya di kertas, akhirnya kami mengerti maksud Ibu Passie. Kami paham kereta apa yang harus kami gunakan, turun di stasiun mana dan melanjutkan dengan kereta apa. Saya terharu dengan usaha Ibu Passie. Mulai dari menanyakan rute lewat telepon sampai berbicara berulang-ulang agar kami bisa sampai ditujuan. Rasanya ingin saya peluk Ibu yang umurnya kira-kira 50 tahunan itu.
Beres dengan rute perginya, saya tiba-tiba teringat untuk urusan pulang. Saya pun bertanya kepadanya jam berapa kereta terakhir dari Barcelona City Centre menuju Mollet. Namun Ibu Passie malah salah mengerti dan bilang kereta akan datang sebentar lagi. Saya pun mengulang kembali pertanyaan saya. Lebih pelan saya bilang, "last train. Laaast traaain." Ibu Passie kebingungan.
Mira dan Feny ikut membantu. Mereka mengulang pertanyaan saya. Lagi-lagi Ibu Passie tidak paham. Berbagai kode pun kami gunakan untuk membuat Ibu Passie mengerti. Feny bahkan menggunakan kedua lengannya dan membentuk tanda silang sambil bilang last train. Jujur sampai saya menulis ini, saya tidak mengerti kaitannya tanda silang Feny tersebut dengan kereta terakhir. Hahaha...
Pusing dengan Ibu Passie yang tidak menangkap maksud kami, Mira meminta bantuan kepada seorang pria yang juga sedang menunggu kereta. Namun hasilnya nihil karena pria tersebut tidak bisa berbahasa Inggris juga. Tidak mengerti harus menggunakan cara apa lagi, saya refleks menggunakan bahasa Indonesia. "Pulang. Kereta puuulaaang," kata saya sambil menggerakan tangan kanan saya seperti melompat dari kanan ke kiri.
Ajaibnya tiba-tiba, Ibu Passie berkata, "Aah," kemudian dia menuliskan di kertas kosong, 23.00. Alhamdulillaaaaaahhh... Akhirnya dia mengerti maksud kami. Setelah mulut berbusa-busa menjelaskan pakai bahasa Inggris, Ibu Passie malah mengerti maksud saya ketika saya berbicara dalam bahasa Indonesia. Tahu gitu, pakai bahasa Indonesia aja dari tadi. Ahahahahaha...
Keesokan harinya kami bertemu lagi dengan Ibu Passie. Tapi kali ini bertemu di stasiun Mollet - Sant Fost |
Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
Baca Juga:
0 komentar