Foto ilustrasi: Pixabay
Saya inginnya sih, memperpanjang visa Australia sebelum berlakunya visa liburan/kunjungan saya expired pada November 2015. Tapi karena satu dan lain hal, saya baru sempat memperpanjang visa Australia saya minggu lalu. Lalu apa bedanya mengurus visa Australia untuk kedua kalinya?
Sebelum perbedaannya, saya bahas persamaannya dulu antara mengurus visa Australia untuk pertama kalinya dan kedua kalinya. Yang pasti, kedua visa sama-sama saya urus melalui Australia Visa Application Centre atau AVAC yang berada di bawah PT VFS Services Indonesia. VFS ini terletak di Kuningan City Mall, Jakarta. Untuk mengurus visa di sini, tidak perlu membuat janji, bisa langsung datang saja sesuai jam buka mereka.
Selain itu, untuk syarat-syarat mengurus perpanjangan visa Australia sama seperti mengurus visa Australia pertama kalinya. Yaitu:
- Fotokopi passport (halaman data diri passport baru, halaman data diri paspport lama, serta cap imigrasi dan visa dari negara-negara yang pernah saya datangi dari passport baru dan lama).
- Keterangan kerja dan jumlah gaji per bulan.
- Bukti memiliki keuangan yang cukup (Rekening bank 3 bulan terakhir).
- 1 lembar pas foto terbaru ukuran passport (Saya foto di Adorama Menteng. Saya bilang kepada mereka ini untuk apply visa Australia dan mereka sudah tahu ukuran berapa foto tersebut harus dibuat).
- Fotokopi KTP
- Fotokopi Kartu Keluarga
- Formulir yang sudah diisi lengkap dan ditandatangani. Formulir bisa didapat di sini. Selain itu, ada juga formulir tambahan yang harus diisi dan bisa didapat di sini.
- Membayar biaya permohonan visa serta jasa VFS sebesar Rp. 1.599.500,-
Nyaris semua persyaratan sama seperti ketika saya mengurus visa Australia untuk pertama kalinya. Hanya saja, untuk mengurus visa Australia kedua kalinya ini saya tidak menyertakan akte lahir seperti yang pertama. Tapi memang akte lahir tidak diminta sebagai syarat wajib. Waktu itu, saya hanya menambahkan saja.
Perbedaan lainnya adalah biaya yang lebih murah. Mengurus visa Australia yang pertama saya harus membayar Rp. 1.647.000,- sedangkan ini hanya Rp. 1.599.500,-. Tapi ini tidak ada kaitannya dengan saya yang sudah mengajukan visa untuk kedua kalinya. Saat saya tanya kepada petugas VFS kenapa biayanya lebih murah, dia bilang setiap 6 bulan sekali mereka memang melakukan review biaya ini. Jadi besar kemungkinan bila ada perubahan harga tiap 6 bulan sekali.
Selain harga, waktu pemrosesan visa Australia kedua saya juga lebih cepat dari yang pertama. Untuk yang pertama sampai 7 hari kerja. Sedangkan yang kedua ini, hanya 3 hari kerja. Saya submit di Jumat siang, 18 Maret 2016 dan Rabu sore, 23 Maret 2016 sudah diemail mengenai granted-nya visa Australia untuk liburan/kunjungan saya. Tapi lagi-lagi ini tidak ada hubungannya dengan bahwa saya sudah mengurus visa liburan/kunjungan ini untuk kedua kalinya. Karena petugas VFS bilang bahwa mengurus visa liburan/kunjungan akan memakan waktu sekitar 15 hari kerja tapi bisa saja lebih cepat atau lama dari itu. Jadi untuk 2 pengalaman saya, hasilnya selalu lebih cepat dari yang dijanjikan.
Nah satu lagi perbedaan yang saya terima, dan ini paling membahagiakan adalah saya dapat visa liburan/kunjungan dengan masa berlaku sampai Maret 2019. Sebelumnya, saya dapat visa untuk 1 tahun, multiple entries dengan periode maksimal 3 bulan untuk sekali kunjungan. Kini, saya dapat multiple entries dengan periode maksimal 3 bulan juga untuk sekali kunjungan namun visa tersebut berlaku untuk 3 tahun. Wiiih, senangnya banget-banget. Alhamdulillah :)
Kalau ditanya apakah saya meminta 3 tahun? Jawabannya tidak karena memang tidak ada pilihan 3 tahun di formulir yang diisi. Di formulir hanya ada pilihan untuk: 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Saya memilih yang 12 bulan. Di kolom bagian bawahnya saya tulis, "I wish to visit Australia again in 2017."
Dari pengalaman mengurus dua kali visa Australia untuk liburan/kunjungan, bisa saya simpulkan bahwa tidak ada perbedaan di syarat-syarat maupun prosesnya. Kalaupun hasilnya berbeda, seperti waktu granted yang lebih cepat atau masa berlaku visa yang lebih lama, itu mungkin karena keberuntungan saya saja. Alhamdulillah :)
Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
Blog Sebelumnya:
Foto Ilustrasi: Pixabay
Dari sekian banyak kejutan yang saya temukan di Australia, saya tidak menyangka bahwa ini adalah salah satunya. Kok bisa ya, Australia itu banyak lalat?
Ketika saya berada di dalam ruangan, sih, saya tidak menemukan lalat berkeliaran. Tapi saat di luar ruangan, beberapa lalat menghampiri. Anehnya, lalat-lalat ini beterbangan di sekitar wajah. Sangat mengganggu. Salah satu kejadian yang saya ingat adalah ketika saya, Trav, Indy, dan Pa mengunjungi Jan Juc Beach yang ada di Torquay, Victoria di suatu hari di bulan Oktober 2015.
Saat asyik-asyiknya main di pinggir pantai, lalat-lalat datang mengganggu. Berkali-kali saya harus mengibasnya dari wajah. Aneh, sih, karena pantai itu sungguh bersih. Sejauh mata memandang saya tidak melihat adanya tumpukan sampah. Saking herannya, saya sampai menanyakan perihal ini kepada Pa. Pria 76 tahun ini tersenyum dan berkata kepada Trav, "bahkan Yani sadar kalau di Australia banyak lalat."
Kejadian di Jan Juc, sih, tidak seberapa. Beberapa hari sebelumnya, teman saya, Asri mengalami kejadian menyebalkan dengan lalat. Hari itu, kami sedang jalan-jalan di sekitar Southbank, tepat di pinggir Sungai Yarra, Melbourne. Bercerita dan tertawa. Normalnya orang yang sedang tertawa, mulut Asri terbuka lebar. Di tengah tawanya, Asri tiba-tiba terdiam. Lalu sejurus kemudian, dia batuk-batuk.
"Kayaknya ada lalat masuk ke mulut gue," ujarnya. Ia pun berusaha memuntahkan lalat tersebut. Berkali-kali ia melakukan itu namun kami tidak melihat ada lalat yang keluar dari mulutnya. "Tapi gue yakin lalat itu masuk ke mulut gue," tegas Asri. Lalu kemana lalat itu? Hilang di dalam mulut Asrikah?
Sampai saya menulis ini, saya tidak tahu kemana lalat tersebut bermuara. Apakah tertelan oleh Asri atau tidak. Tapi ini memberi saya pelajaran untuk tidak membuka mulut lebar-lebar saat berada di Australia. Terutama di kisaran musim semi - panas. Dari hasil googling-an (saking penasaran saya googling tentang lalat-lalat di Australia), disebutkan bahwa musim semi menuju panas merupakan saat yang tepat bagi para lalat di sana untuk berkembang biak. So watch out your mouth!
----------@yanilauwoie----------
Find me at:
LINE: @psl7703h
Blog Sebelumnya:
Geelong berjarak sekitar 1 jam berkendara dari Melbourne. Sama seperti Melbourne, kota ini masuk ke dalam negara bagian Victoria. Ada beberapa tempat wisata di sini. Namun yang justru menarik perhatian saya adalah fasilitas umum gratis, terutama untuk anak-anak di Eastern Beach.
Sore itu, di bulan Oktober, saya melihat Eastern Beach cukup ramai. Ada sekelompok orang yang sedang melakukan yoga. Bukan yoga di atas pasir melainkan di atas rumput di taman yang cukup luas. Di sisi lain, saya melihat sekelompok orang dengan wajah Asia sedang menggunakan barbecue grill (tempat untuk memanggang steak) yang disediakan gratis untuk dipakai pengunjung.
Kaki saya, Trav, Indy, dan Pa terus melangkah di jalan setapak yang sengaja dibangun untuk membatasi antara pasir dan rumput. Saya awalnya tidak tahu kemana tujuan kami. Sampai saya melihat Indy kegirangan. Bocah berusia 5 tahun ini senang luar biasa karena menemukan 'surganya'. Ada playground alias taman bermain untuk anak-anak di pinggir pantai. Indy pun langsung naik ke atas ayunan dan meminta Trav untuk mendorongnya kuat-kuat. Selagi saya mendengar teriakan-teriakan girangnya, saya mengalihkan pandangan ke area sebelahnya. Di situ ada beberapa seluncuran alias perosotan.
Namun yang membuat saya kagum adalah kolam renang yang terletak tidak jauh dari area playground tersebut. Kolam renang di pinggir pantai dan gratis pula. Kolam ini disediakan hanya untuk anak-anak. Namun anak-anak dengan usia 10 tahun ke bawah wajib ditemani orang dewasa. Alhasil saya pun bisa masuk ke area kolam renang ini untuk mengawasi Indy yang asyik mencelupkan tubuhnya ke dalam air.
Bukan hanya Indy yang senang, mata saya pun berbinar-binar. Nggak terbayang mereka menyediakan kolam renang gratis yang terawat baik seperti ini. Tiba-tiba timbul harapan, kalau ada kolam renang untuk anak-anak, harusnya ada juga kolam renang untuk orang dewasa, dong. "Orang dewasa bisa berenang di sana," tunjuk Trav ke laut. Searah garis lurus kolam renang tersebut terdapat area laut yang diblok oleh jembatan kayu. Jembatan kayu tersebut bukan sekadar pemanis tampilan pantai. Namun juga berfungsi membatasi antara area mana yang boleh digunakan untuk berenang dan mana yang tidak.
Melihat mata saya berbinar-binar, Trav keheranan. "Memangnya tidak ada yang seperti ini di Jakarta?" "Ada, sih. Tapi nggak gratis," jawab saya. Pikiran saya langsung melayang ke Ancol. Seandainya saja pantai Ancol dijadikan fasilitas publik gratis seperti ini apakah akan bisa terawat baik seperti ini? Jawaban yang sampai saya menulis blog ini, tidak saya ketahui. Namun satu hal yang pasti, sebagai seorang tante yang sering menemani keponakan-keponakannya bermain di playground yang ada di mal, saya iri dengan anak-anak yang ada di Geelong.
Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
Blog Sebelumnya:
Belum lama ini, saya dapat pertanyaan apakah saya punya itinerary untuk perjalanan 3 hari di Melbourne. Hmm, 3 kali berkunjung ke Melbourne saya tidak pernah membuat itinerary Melbourne. Jadi tergantung kaki mau melangkah kemana di hari itu. Namun dari perjalanan tersebut saya bisa rangkum seperti ini. Jumlah hari dan tujuan bisa disesuaikan minat masing-masing.
Hari 1: keliling kota Melbourne. Sebenarnya cukup 1 hari kita bisa mendapatkan beberapa tempat menarik di pusat kota Melbourne. Enaknya, banyak di antaranya yang gratis. Untuk tempat wisata gratis di Melbourne bisa dilihat di sini dan di sini. Tapi kalau ingin agak santai dan berlama-lama di satu tempat, mungkin harus menyediakan waktu 2 hari.
State Library of Victoria, must visit place in Melbourne City
Hari 2: menyusuri Great Ocean Road. Datang ke tempat ini merupakan hal yang wajib dilakukan kalau sudah sampai di Melbourne. Memang sih, jaraknya jauh dari pusat kota. Bisa mencapai 4-5 jam. Tapi percaya, deh, kecantikan wilayah ini membuat perjalanan panjang itu terbayar. Hal yang menjadi perhatian utama dari area ini adalah 12 Apostles, bongkahan batu yang tersebar di beberapa titik di laut. Tapi bagi saya, kenikmatan utama dari road trip ke sini adalah perjalanannya itu sendiri. Bisa menikmati perbukitan di satu sisi dan hamparan laut di sisi lain. Hijau dan biru di antara jalanan berliku. Indah!
Hari 3: berkunjung ke Phillip Island. Untuk yang tertarik wisata wildlife bisa datang ke sini. Pasalnya di sini ada di antaranya konservasi koala dan parade little penguin. Saat berkunjung ke lokasi yang berjarak sekitar 1,5 jam dari Melbourne ini saya tidak mengunjungi konservasi koala karena fokus saya memang ingin melihat little penguin. Pengalaman yang benar-benar seru melihat penguin-penguin kecil itu pulang ke rumahnya setelah mencari makan di laut. Kalau berkunjung ke sini jangan lupa pakai jaket. Lokasinya yang di pinggir pantai dan waktu mendaratnya penguin yang malam hari membuat kita harus siap menghadapi angin dingin.
Hari 4: eksplore perkebunan-perkebunan anggur. Ada beberapa titik di luar kota Melbourne yang menjadi lokasi perkebunan anggur. Salah satu yang pernah saya kunjungi adalah Brown Brothers Winery di daerah Milawa. Sekitar 2,5 berkendara dari pusat kota Melbourne. Ada beberapa winery di daerah ini. Jadi kalau memang suka dengan wine atau at least pemandangan hijau perkebunannya, bisa menghabiskan seharian mengunjungi beberapa winery.
Hari 5: belanja di Torquay. Kalau kita penyuka brand seperti Rip Curl, Billabong, Quiksilver, dan Roxy rugi kalau sampai nggak datang ke sini. Di daerah yang berjarak sekitar 1 jam berkendara dari pusat kota Melbourne inilah store-store tersebut berada. Bukan berarti di kota Melbournenya tidak ada ya. Hanya saja, di sini terdapat factory outlet-nya yang membuat harga-harga barangnya sangat miring.
Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie