Khao Luang Cave, Tempat Beribadah sekaligus Wisata di Phetchaburi, Thailand

Khao Luang Cave di Phetchaburi adalah salah satu tempat wisata yang saya kunjungi ketika saya mendapat tugas liputan dari kantor ke Thailand. Seperti apa kuil yang berada di dalam gua ini? Berikut catatan perjalanan saya.


Setelah menempuh perjalanan sekitar dua jam dari Bangkok, dengan kecepatan mobil yang mengingatkan saya pada mobil travel Jakarta-Bandung, saya dan rombongan sampai di tujuan kami, yaitu Khao Luang Cave. Khao Luang adalah nama bukit kecil yang memiliki ketinggian sekitar 92 meter. Di bukit ini terdapat gua yang cukup besar bernama Tham Khao Luang. Gua yang juga dikenal dengan nama Tham Wimarn Chakri ini sangat terkenal di kalangan warga Thailand  maupun turis asing.

Penasaran apa yang membuat tempat ini cukup populer, saya pun tidak sabar untuk memasuki gua. Namun, sebelum kaki melangkah lebih jauh, Kun Kendo, pemandu asli Thailand yang fasih berbahasa Indonesia, memperingatkan kami untuk berhati-hati. “Di sini banyak monyet. Barang-barang kecil seperti kacamata, kamera, atau handphone harus dijaga hati-hati agar tidak diambil monyet,” ujar Kun Kendo.

Memang benar, banyak monyet berkeliaran sepanjang tangga menuju gua. Tapi, ternyata mereka hanya ‘mengantar’ kami menaiki tangga menuju mulut gua. Begitu kami masuk ke dalam gua dengan menuruni anak tangga, monyet-monyet tersebut tidak tampak lagi. Fiuh… untung saja tidak ada satu pun di antara kami yang mengalami insiden dengan monyet-monyet itu. Ada sekitar 122 anak tangga, baik naik atau turun, yang harus dilewati. Lumayan membuat lelah di tengah hari yang sangat panas ini.

Rasa lelah  langsung terbayar begitu saya masuk ke dalam gua. Stalaktit dan stalakmit terlihat sempurna seolah-olah ada yang mengukirnya dengan kokoh di sana. Di tengah gua, tampak sinar matahari berkilauan menerobos gua lewat sebuah lubang besar. Sungguh dramatis! Tidak heran bila banyak orang datang ke sini di waktu pagi sampai siang hari.

“Tempat ini buka  tiap hari, mulai pukul 8.30 - 16.00. Pagi sampai siang hari adalah waktu yang paling ramai pengunjung. Gua ini memang terlihat paling cantik pada jam-jam tersebut karena ada pancaran sinar matahari yang menembus gua,” ucap Kun Srirakran, wanita yang bertugas di lokasi itu.     


Di dekat lubang besar tersebut terdapat patung Buddha besar yang sedang duduk bernama Marawichai, yang memiliki arti mengalahkan iblis. Di depan patung itu banyak pengunjung yang berdoa. Wajar saja, mayoritas penduduk Thailand memeluk agama Buddha.

Tidak jauh dari patung Buddha duduk, terdapat patung Buddha berbaring atau reclining Buddha. “Tolong jangan menyebut ini sebagai patung Buddha tidur atau sleeping Buddha karena bisa menyinggung warga Thailand. Buddha memang sedang tidak tidur, ia hanya berbaring,” jelas Kun Kendo. Di sekitar patung Buddha yang memiliki panjang sekitar 14 meter ini terdapat beberapa pagoda. Semua patung di sini kebanyakan dibuat oleh Raja Mongkut atau Raja Rama IV yang memerintah pada tahun 1851-1868 dan Raja Chulalongkorn atau Raja Rama V yang memerintah pada tahun 1868-1910. Konon, kedua raja tersebut cukup sering menghabiskan waktu di sini. 

Saya bukan pemeluk agama Buddha, tapi saya bisa mengerti mengapa banyak warga lokal datang ke sini untuk berdoa. Tempatnya cukup tenang untuk beribadah. Meski sejuk, gua ini tidak lembap. Sementara, bagi turis asing yang tidak ikut berdoa di sini, seperti saya, gua yang tidak memungut bayaran masuk ini menawarkan pemandangan eksotis untuk diabadikan. 

Tulisan saya ini telah ditayangkan di website femina. Artikelnya bisa dibaca di sini.



----------@yanilauwoie----------

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie

Blog Sebelumnya:


Share:

0 komentar