My Travel Stories

Lots of memories I can't keep, that's why I write.

Powered by Blogger.
  • Home
  • Indonesia
  • Asia
  • Australia
  • Eropa
  • Amerika
  • Travel Tips
  • Itinerary
  • Portfolio
Toko Mawson Sheepskin & Opals

Saat jalan-jalan ke Hobart, Tasmania pada bulan Agustus 2017 saya tidak berniat belanja oleh-oleh. Tapi karena seorang teman menitip souvenir dari Hobart, saya pun menyusuri toko-toko untuk mendapatkan souvenir spesifik yang dititipnya.

Kenapa saya bilang spesifik karena teman saya tidak mau gantungan kunci atau magnet kulkas yang menjadi standar umum souvenir buat oleh-oleh. Titipan dia adalah lonceng dan tudung jari dengan tulisan "Hobart" atau "Tasmania". Pertama kali mendengarnya saya sempat bereaksi, "Memang ada ya, yang jual oleh-oleh tudung jari?". Namun foto yang dikirimkan teman saya menunjukkan bahwa souvenir tudung jari bukanlah hal yang aneh.   

Berbekal foto tersebut, saya mendatangi toko oleh-oleh pertama di Souvenirs & Gifts. Toko yang menjadi satu dengan Sheepskin & Opal World ini terletak di 92 Elizabeth Street. Untuk yang ingin mendapatkan sepatu UGG yang merupakan produk asli Australia, toko ini bisa menjadi pertimbangan untuk didatangi karena mereka memberikan diskon untuk model sepatu tertentu. 

Kalau untuk souvenirnya, toko ini menjual souvenir-souvenir standar seperti magnet bergambar Tasmanian Devil, uang dollar Australia, peta Tasmania, dan sebagainya dengan kisaran harga antara 3 - 7,5 AUD. Ada juga boneka Tasmanian Devil kecil yang bisa mengeluarkan suara bila diremas seharga 13.99 AUD sedangkan boneka koala kecil dijual lebih murah, yaitu 4.5 AUD dan 7 AUD bila membeli dua. Tapi sayangnya mereka tidak menjual souvenir yang saya cari.

Pencarian souvenir titipan pun berlanjut keesokan harinya. Tidak mau membuang waktu, saya pun bertanya ke Tasmanian Travel & Information Centre yang memang kebetulan saya lewati. "Di sebelah ada toko souvenir. Mungkin kamu bisa menemukan souvenir-souvenir tersebut di sana," kata petugas setelah saya menunjukkan foto souvenir yang saya cari.

Ternyata saya sudah melewati toko yang dimaksud sebelum ke Tasmanian Travel & Information Centre. Namun saya nggak ngeh kalau itu toko souvenir. Toko yang bernama Mawson Sheepskin & Opals ini menjual koleksi souvenir yang jauuuuuuh lebih banyak dari toko pertama yang saya datangi. Bisa dibilang semua benda yang bisa dijadikan oleh-oleh tersedia di toko yang beralamat di Mawson Place, 12-14 Argyle Street (sudut antara Argyle Street dan Davey Street) ini. Mulai dari gantungan kunci, magnet, mug, t-shirt, kaos kaki, dompet, tas, tumbler, pulpen, boneka, kartu pos, snow globe, daaaaan tentunya lonceng dan tudung jari yang saya cari ada juga di sini. Saya senang banget akhirnya bisa menemukan si tudung jari itu. Hehehehe.

Lalu bagaimana dengan harganya? Magnetnya dijual mulai dari harga 2 - 4,5 AUD, tergantung dari bahannya. Shot glass 3,5 AUD, snow globe dan pulpen 3 AUD, lonceng 6,5 AUD, dan tudung jari 4,5 AUD. Sedangkan untuk t-shirtnya dijual dengan harga bervariasi mulai dari 17,50 - 25 AUD.

Untuk urusan harga tempat ini memang tidak semurah Queen Victoria Market di Melbourne atau Paddy's Markets di Sydney. Namun bila mencari tempat beli oleh-oleh di Hobart dengan persediaan souvenir yang lengkap, tempat ini bisa dijadikan tujuan.


Selain dua toko di atas yang bisa dibilang menyediakan souvenir yang umum dijadikan oleh-oleh, ada satu tempat belanja oleh-oleh di Hobart yang harus dikunjungi bila ingin beli oleh-oleh yang beda. Nama tokonya adalah Made in Tasmania. Sesuai namanya, toko yang terletak di Salamanca Place ini menjual barang-barang produksi Tasmania. Mulai dari pakaian, aksesoris, sampai souvenir. Namun harganya tentu lebih mahal dibandingkan dua toko di atas. Tapi kualitas barangnya juga berbeda.

Punya tempat belanja oleh-oleh lainnya yang bisa direkomendasikan? Share di kolom komentar, ya.  


----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h


Blog Sebelumnya:


  • Sensasi Merasakan Hujan Salju di Mount Wellington, Tasmania
  • Tempat Belanja Oleh-oleh Murah di Surders Paradise, Gold Coast, Australia
  • Belanja Murah Barang Branded di DFO Brisbane, Australia
  • 5 Objek Wisata Gratis di Hobart, Tasmania yang Keren untuk Difoto
  • Ini 5 Hal yang Saya Lakukan untuk Mencegah Kecopetan Saat Jalan-jalan ke Luar Negeri

Foto Ilustrasi: Pexels

"Mbak, belum punya tiket pulang, ya?" tanya petugas check in Garuda Indonesia di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta kepada saya pada bulan April 2017 ketika saya ingin terbang ke Melbourne. "Belum," jawab saya singkat, jantung saya yang tadinya berdetak stabil langsung terasa mengalami kenaikan. Aduh, akan kena masalahkah saya?

Lalu petugas tersebut mulai bertanya apa tujuan saya ke Melbourne dan visa apa yang saya miliki. Saya menjawab semua pertanyaannya, termasuk menjelaskan alasan kenapa saya belum punya tiket pulang.

"Soalnya banyak yang pergi ke luar negeri dengan tujuan sengaja mencari asylum," tambah sang petugas. Waduh! Saya sih, tidak pernah berpikir untuk mencari suaka ke Australia. Nggak pernah kepikiran juga untuk menjadi imigran gelap. Membayangkan konsekuensinya saja sudah bikin saya ngeri.

Alasan saya belum punya tiket pulang adalah karena saya belum tahu kapan tepatnya saya akan pulang dari Melbourne dari jangka waktu maksimum 90 hari tinggal yang diberikan berdasarkan ketentuan yang tertera di visa turis saya. Saya ingin pilihan saya tetap terbuka.

Sejujurnya saya tidak menyangka akan mendapatkan pertanyaan ini dari petugas Garuda Indonesia. Saya menduga kalaupun ada yang menginterogasi saya, itu harusnya datang dari petugas imigrasi di Melbourne. Tapi penjelasan sang petugas membuat saya mengerti kenapa dia harus menanyakan hal tersebut kepada saya.

Dia berkata bahwa untuk penerbangan ke luar negeri seharusnya penumpang memang memiliki tiket pulang pergi. Karena kalau sampai penumpang dideportasi begitu sampai di negara yang dituju karena tidak punya tiket pulang, pihak maskapai bisa disalahkan dan harus menanggung transportasi pulang sang penumpang.

"Mbak bisa tetap pergi tapi harus menandatangi surat pernyataan," ujar sang petugas. Inti dari surat pernyataan tersebut adalah bahwa benar saya hanya punya tiket pergi saja dan bersedia membeli tiket pulang sendiri seandainya saya dipulangkan oleh pihak imigrasi Australia.

Wah, saya langsung was-was mendengarnya. Bukan takut karena harus tanda tangan suratnya. Tapi takut kalau sampai harus dideportasi dari Australia. Saya sudah bolak-balik Australia sejak tahun 2014 dan selalu punya tiket pulang pergi ketika bepergian ke sana. Baru kali ini saya tidak punya tiket pulang. Saya pun cemas. Kan nggak lucu kalau saya dideportasi. Bisa rusak catatan bersih saya.

Akhirnya saya memutuskan untuk membeli tiket pulang. Saya pun bertanya kepada petugas counter pembelian tiket Garuda Indonesia yang tidak jauh dari counter check in. Setelah tanya-tanya ternyata harga tiketnya mahal banget. Di kisaran 6 sampai 7 juta untuk periode penerbangan Juni – Juli 2017. Aduh!

Saya pun batal membeli tiket Garuda Indonesia dan memilih menandatangi surat pernyataan yang memang sudah ada template-nya. Sang petugas juga meminta saya mengisi alamat yang jadi tujuan saya di Australia dan memotret paspor saya. Mungkin karena melihat wajah saya yang panik, dia berkata, "Ini bukan apa-apa kok, Mbak. Cuma prosedur saja agar kami tidak disalahkan kalau sampai Mbak dipulangkan."

Saya hanya tersenyum melihat usaha petugas tersebut menenangkan saya. Tapi dia tidak tahu yang saya khawatirkan bukan perkara surat yang saya tanda tangani tersebut, justru kalimat "kalau mbak dipulangkan" itu yang membuat saya deg-degan.

Pergi dari counter check in, saya berusaha mencari tiket pesawat melalui telepon genggam saya. Namun karena koneksi internetnya sungguh membuat saya hilang kesabaran, akhirnya saya putuskan untuk menelepon dan meminta pertolongan teman baik saya Stacey.

Stacey langsung membuka laptopnya dari rumahnya dan mencarikan saya tiket saat itu juga. Ketika saya sedang mengantri di pemeriksaan menuju ruang tunggu pesawat, dia menelpon saya dan meminta saya untuk melihat beberapa image screen shot yang dia kirimkan ke telepon genggam saya.

Saya melihat image-image screenshot dari hasil pencariannya di situs Traveloka. Di situ tertera berbagai pilihan maskapai lengkap dengan jam penerbangan dan harganya untuk beberapa tanggal yang berbeda. Ini salah satu alasannya kenapa saya dan Stacey suka membeli tiket pesawat di Traveloka. Selain sering ada promo, mereka punya fitur best price finder yang memberikan perbandingan harga dari berbagai maskapai. Bahkan mereka menampilkan harga termurah bukan hanya di tanggal yang kita pilih saja namun juga di beberapa hari sebelum dan sesudah tanggal pilihan kita. Jadi mudah untuk mendapatkan harga tiket pesawat terbaik di periode waktu yang kita inginkan.

Setelah saya menimbang-nimbang antara tanggal perjalanan, maskapai, waktu transit, dan harga, saya memilih tiket AirAsia untuk tanggal kepulangan di bulan Juni. Mendapat balasan dari saya, Stacey langsung bergerak cepat mengurus semuanya.

Saat akhirnya saya mencapai ruang tunggu Stacey mengabarkan bahwa ia sudah berhasil membeli tiket tersebut. Tapi saya tidak bisa langsung tenang karena e-ticket-nya belum masuk ke email saya.

"Maksimum satu jam," kata Stacey. Aduh, kalau sampai menunggu satu jam, saya sudah masuk pesawat. Saya inginnya sudah menerima e-ticket tersebut dan mengunduhnya sebelum saya terbang. Jadi saya bisa bobok dengan tenang di pesawat dan mendarat di Melbourne tanpa beban.

Menit demi menit kami menunggu. Kok email nggak masuk juga. Sampai akhirnya petugas memberi tahu sudah waktunya untuk boarding, telepon genggam saya bergetar. E-ticket saya masuk ke email. Alhamdulillaaaaaah. E-ticket saya terima dalam waktu kurang dari 15 menit. Rasa panik hilang. Saya pun tenang. Terima kasih Stacey :)

Sampai di imigrasi Melbourne mereka tidak menanyakan tiket pulang saya. Sama seperti sebelum-sebelumnya saat masuk Australia (selain Melbourne, saya pernah mendarat di Sydney dan Perth), saya tidak pernah ditanyakan tiket pulang. Tapi saya sama sekali tidak menyesal sudah membeli tiket pulang di menit-menit terakhir menuju penerbangan.

Bahkan saya berterima kasih telah ‘diinterogasi’ oleh petugas check in Garuda Indonesia. Karena kita tidak pernah tahu kan, kalau tiba-tiba ada random check. 'Diinterogasi' pihak Garuda Indonesia saja sudah bikin saya deg-degan. Apalagi kalau sampai kejadian diinterogasi pihak imigrasi Melbourne. Ih membayangkannya saja sudah seram.

Ini mungkin akan menjadi pengalaman pertama dan terakhir saya untuk membeli tiket satu arah ketika jalan-jalan ke luar negeri. Nggak lagi-lagi, deh. Deg-degannya itu lho, nggak tahan. Berasa kayak ikutan Amazing Race. Hahahaha...

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h


Blog Sebelumnya:
  • Sensasi Merasakan Hujan Salju di Mount Wellington, Tasmania
  • Tempat Belanja Oleh-oleh Murah di Surders Paradise, Gold Coast, Australia
  • Belanja Murah Barang Branded di DFO Brisbane, Australia
  • 5 Objek Wisata Gratis di Hobart, Tasmania yang Keren untuk Difoto
  • Ini 5 Hal yang Saya Lakukan untuk Mencegah Kecopetan Saat Jalan-jalan ke Luar Negeri

Pemandangan dari dalam observation deck

Pertama kali saya bertemu salju adalah saat saya mengunjungi Korea Selatan pada tahun 2012. Tapi saat itu tidak hujan salju. Saljunya sudah ada di tanah. Nah, sekitar dua bulan lalu akhirnya saya merasakan sensasi hujan salju yang bikin saya berkata: luar biasa!

Mount Wellington masuk ke dalam daftar yang akan saya datangi ketika saya menyusun itinerary sebelum keberangkatan saya ke Hobart, Tasmania pada Agustus 2017. Banyak yang heran kenapa saya jalan-jalan ke Tasmania di saat musim dingin. Karena suhu udara yang bikin menggigil bisa membuat acara jalan-jalan saya tidak maksimal.

Sebenarnya perjalanan ini adalah perjalanan impulsif. Suatu malam saya melihat iklan promo tiket Tigerair murah. Alhasil malam itu juga saya memesan tiket Melbourne - Hobart PP seharga 78 AUD. Ya bukan tanpa alasan kan, kenapa tiket ke Hobart murah saat musim dingin? Hehehe.

Saya tahu di Mount Wellington udara pasti akan lebih menggigil daripada di kota Hobart karena itu saya memutuskan untuk memesan half day tour ketika saya sudah sampai Hobart. Maksudnya biar saya bisa mengecek ramalan cuaca sebelum pergi ke Mount Wellington. Akhirnya saya putuskan untuk pergi ke Mount Wellington pada Jum'at, 11 Agustus 2017, satu hari setelah kedatangan saya ke Hobart. Saya pede karena melihat ramalan cuaca akan cerah pada hari itu. 

Saya pun menelepon Hobart Shuttle Bus Company dan mendapatkan kursi untuk perjalanan ke Mount Wellington pada hari yang saya inginkan. Harga turnya 30 AUD selama kurang lebih dua jam. Saat menunggu di pick up point yang terletak di Tasmanian Travel & Information Centre yang terletak di sudut Davey dan Elizabeth Street, saya melihat cuaca cerah. Perasaan saya pun mulai membuncah. Yakin saya akan melihat pemandangan kota Hobart dari ketinggian sekitar 1000-an meter.

Keyakinan tersebut perlahan pupus meskipun tak benar-benar hilang ketika sang sopir sekaligus pemandu kami (saat itu peserta tur ada 6 orang termasuk saya) memperingati untuk jangan kecewa kalau cuaca tidak bersahabat di atas sana. Hal ini mungkin saja terjadi mengingat labilnya cuaca di Hobart dan sekitarnya, termasuk Mount Wellington.

Mobil mulai berangkat sekitar pukul 10.15, sesuai waktu yang ditentukan. Perjalanan sekitar 35 menit sungguhlah tidak terasa karena pemandangan menuju gunung yang memiliki ketinggian 1.271 meter ini sungguhlah indah. Di sepanjang jalan saya dihadapkan oleh pemandangan kota Hobart, pepohonan, dan Mount Wellinton itu sendiri. Perjalanan ini sudah menjadi atraksi wisata sendiri.  

Begitu laju mobil menjadi pelan menuju tempat parkir, saya sudah tidak sabar untuk segera keluar dari mobil. Tapi perasaan tidak sabar berubah menjadi kaget ketika saya mulai melihat butiran-butiran putih di balik jendela mobil. Perhatian saya teralihkan ketika mendengar sang sopir memberitahu bahwa saju turun. Apa??

Saat mendengar itu perasaan saya campur aduk antara senang melihat salju tapi juga tahu bahwa hal ini akan menghambat trip ini. Begitu saya melangkahkan kaki ke luar, salju yang turun makin banyak. Saya dan seluruh peserta tur pun langsung berjalan cepat menuju observation deck yang ada di depan kami. 

Di dalam observation deck saya mengamati butiran salju yang turun dari balik kaca yang sangat lebar. Saya tiba-tiba teringat suasana di film-film Hollywood, di mana sang bintang utama melihat salju turun dari balik jendela rumahnya dengan memegang secangkir cokelat. Sayangnya saat itu tidak ada cokelat, saya hanya memegang handphone yang saya gunakan terus menerus untuk memotret. 

Tanpa terasa waktu sekitar 20 menit yang dijatahkan oleh sang pemandu habis sudah tanpa saya bisa kemana-mana. Saya lihat teman-teman peserta trip satu per satu keluar dari observation deck dan berjalan menuju mobil. Saya menjadi peserta terakhir yang keluar dari observation deck. Begitu saya keluar, ya Tuhan dinginnya sungguh tak terkatakan. Jauh lebih dingin dari sebelumnya. Saking dinginnya saya sampai tak bisa merasakan tangan saya yang padahal sudah dilapisi sarung tangan. Angin bertiup kencang dan butiran-butiran salju menampar-nampar wajah saya. Saya tidak sangka, salju yang terlihat fragile dan indah, ternyata sesakit ini bila mengenai wajah. 

Saya pun mengambil sunglasses untuk melindungi mata saya dari tamparan butiran salju. Tempat kacamata yang terbuat dari bahan tipis saya selipkan seadanya ke dalam tas kecil saya. Tahu-tahu di menit berikutnya tempat kacamata yang berwarna pink dengan bahan kain jumputan Palembang itu melayang tertiup angin. Hiks!
A post shared by Yani Lauwoie (@yanilauwoie) on Aug 11, 2017 at 12:58am PDT


Perjalanan dari observation deck ke tempat parkir harusnya hanya sekitar 1 menit saja. Tapi dengan angin yang luar biasa kencang dan jalanan bersalju yang licin membuat saya merasa tidak sampai-sampai ke tujuan. Karena itu, begitu akhirnya saya sampai mobil, para peserta tur langsung menyambut gembira dengan menyoraki saya. Wah, saya nggak sadar kalau usaha saya jalan super pelan itu diperhatikan mereka dari dalam mobil. Hehehe. 

Begitu saya sampai dalam mobil, saya bilang sama mereka, "Saya bahkan nggak punya foto diri di sini." Sang pemandu dengan baiknya berkata, "Ayo saya bantu foto." Dia yang memakai celana pendek keluar dari mobil dan berdiri di tengah hujan salju. Sayangnya kamera saya tiba-tiba mati dan usaha foto di tengah hujan salju pun batal.

"Handphone kamu dari negara tropis sih, jadinya nggak tahan dingin," katanya bercanda. "Handphone saya bukan dari Indonesia. Ini buatan Korea," jawab saya yang langsung disambut tawa sang pemandu dan seluruh peserta tur.  

Menuju pulang, sang pemandu meminta maaf untuk cuaca yang kurang bersahabat. "Tapi setidaknya kamu dapat pengalaman," begitu katanya. Hmm, saya setuju dengan dia. Kalau yang saya cari adalah pemandangan kota Hobart (dan bahkan Tasmania) dari ketinggian maka kunjungan saya ke sana menjadi sia-sia karena sepanjang mata memandang saya hanya bisa melihat warna putih. Namun sebagai gadis tropikal, mengalami hujan salju adalah salah satu pengalaman paling luar biasa dalam hidup saya. Ternyata 'dicium' salju sakit sekaligus indah. Macam cinta. Hahahahaha.




----------@yanilauwoie----------


Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h


Blog Sebelumnya:
  • Tempat Belanja Oleh-oleh Murah di Surders Paradise, Gold Coast, Australia
  • Belanja Murah Barang Branded di DFO Brisbane, Australia
  • 5 Objek Wisata Gratis di Hobart, Tasmania yang Keren untuk Difoto
  • Ini 5 Hal yang Saya Lakukan untuk Mencegah Kecopetan Saat Jalan-jalan ke Luar Negeri
  • Perhatikan 5 Hal Ini Sebelum ke Luar Negeri Agar Tidak Kena Masalah

"Semuanya serba mahal di Surfers Paradise," begitu kata seorang penduduk lokal Australia yang saya temui di Brisbane sebelum berangkat ke Surfers Paradise pada bulan Agustus lalu. Hal tersebut tidaklah mengherankan mengingat Surfers Paradise di Gold Coast merupakan salah satu area wisata populer di negara bagian Queensland, Australia. Tapi ternyata setelah saya dan dua teman saya, Ste dan Selvy mengunjungi Gold Coast, kami bisa menemukan tempat belanja oleh-oleh murah di Surfers Paradise.

Sebenarnya kami tidak sengaja menemukan toko ini. Ketika sedang menghabiskan waktu di area Surfers Paradise sambil menunggu waktu untuk ke bandara tiba-tiba mata saya menangkap angka 1 dan 5 AUD yang tertulis besar dalam warna merah. Melihat tawaran menarik tersebut, saya yang tadinya ada di sebrang otomatis langsung mendekati toko yang bernama Wholesale Direct tersebut. 


Toko yang beralamat di 3139 Surfers Paradise Blvd, Surfers Paradise QLD 4217 ini menyediakan aneka souvenir untuk dijadikan pilihan oleh-oleh. Semua souvenir tersebut memiliki harga yang lebih murah daripada toko-toko souvenir lain yang saya masuki di sekitaran Surfers Paradise. Saat itu, semua barang yang ada di toko dibrandol dengan harga tidak lebih dari 5 AUD. 

Barang-barang yang dijual dengan harga 5 AUD di antaranya adalah t-shirt dengan tulisan-tulisan nama-nama kota di Australia atau bintang yang jadi ikon Australia seperti koala dan kanguru. Ada juga sunglasses dan syal merek Pashmina yang memiliki aneka motif. Meraba bahannya yang sangat halus membuat saya tidak tahan untuk tidak membeli syal yang harga awalnya 39.95 AUD ini.


Selain itu, mereka juga menjual boneka-boneka koala dan kanguru kecil dengan harga 3 AUD serta aneka magnet dengan harga antara 2 - 3 AUD. Untuk pengoleksi gantungan kunci, di sini juga disediakan satu paket gantungan kunci dengan harga jual 5 AUD per paketnya. 

Selain barang-barang yang bisa dijadikan oleh-oleh, toko ini juga menyediakan barang-barang lain, seperti sabun Dove batangan seharga 1 AUD, kaos kaki seharga 1 AUD, dan lap dapur seharga 1 AUD. Lumayan bisa jadi alternatif tempat belanja murah untuk yang ingin liburan lama di area Surfers Paradise.  

Jadi kalau kebetulan sedang jalan-jalan dan cari tempat beli oleh-oleh murah di Surfers Paradise, bisa datang ke toko Wholesale Direct.


----------@yanilauwoie----------


Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h


Blog Sebelumnya:
  • Belanja Murah Barang Branded di DFO Brisbane, Australia
  • 5 Objek Wisata Gratis di Hobart, Tasmania yang Keren untuk Difoto
  • Ini 5 Hal yang Saya Lakukan untuk Mencegah Kecopetan Saat Jalan-jalan ke Luar Negeri
  • Perhatikan 5 Hal Ini Sebelum ke Luar Negeri Agar Tidak Kena Masalah
  • Banyak Barang Murah Dijual di Factory Outlet yang Tidak Jauh dari Melbourne Ini



Salah satu dari banyak hal yang saya suka dari Melbourne adalah banyaknya taman yang mereka miliki. Contohnya adalah tiga taman berikut yang rugi kalau tidak dikunjungi bila sedang berada di Melbourne.


1. Fitzroy Gardens
Hal paling menarik dari taman seluas 26 hektare ini adalah Conservatory-nya. Di sinilah koleksi bunga-bunga cantik tertata apik. Menurut petugas Fitzroy Garden, mereka mengganti dekorasi Conservatory ini sebanyak lima kali dalam setahun, termasuk koleksi bunganya pun berganti. Selain memiliki Conservatory yang luar biasa Indah, di taman yang beralamat di Wellington Parade, East Melbourne ini juga terdapat Cook's Cottage. Dibangun pada tahun 1755, Cook's Cottage merupakan bangunan paling tua di Australia. Rumah ini awalnya berlokasi di Yorkshire, Inggris dan dibangun oleh orang tua James Cook. Lalu rumah ini dibawa ke Melbourne oleh Sir Russell Grimwade pada tahun 1934.


2. Royal Botanic Gardens
Taman ini lebih luas dari Fitzroy Gardens. Dengan luas 38 hektare, banyak hal menarik bisa dijelajahi di sini. Mulai dari Tropical Glasshouse, National Herbarium of Victoria, Ian Potter Foundation Children's Garden, dan banyak lagi spot menarik lainnya di taman yang terletak di Birdwood Avenue, Melbourne ini. Spot wajib kunjung adalah Garden Explorer Stop. Di musim gugur, spot ini dipenuhi pohon-pohon dengan warna daun kuning kemerahan yang terlihat cantik. Sementara di musim semi, area ini dipenuhi bunga-bunga cantik yang bermekaran. 


3. Carlton Gardens
Keunggulan taman ini dibanding dua taman tersebut di atas adalah adanya Royal Exhibition Building. Bangunan yang berdiri sejak tahun 1880 ini merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO. Bangunan yang sering dijadikan tempat pameran seni dan budaya ini mempercantik tampilan keseluruhan Carlton Gardens. Selain itu, di taman seluas 26 hektare ini terdapat Melbourne Museum dan Imax Cinema yang memiliki layar terbesar ke-3 di dunia. Penasaran? Coba saja datang ke taman yang beralamat di 1-111 Carlton Street ini.   

----------@yanilauwoie----------




Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Tip Jalan-jalan Hemat di Brisbane, Australia
  • 4 Atraksi Wisata Gratis di Brisbane, Australia
  • 3 Kawasan Belanja di Hobart, Tasmania
  • Ingin Memegang dan Menggendong Koala di Australia? Datang ke Lone Pine Sanctuary, deh!
  • Ada Razia di Tram di Melbourne, Deg-degan Sampai ke Ubun-ubun
Newer Posts Older Posts Home

My Travel Book

My Travel Book
Baca yuk, kisah perjalanan saya di 20 negara!

My Travel Videos

Connect with Me

Total Pageviews

Categories

Amerika Serikat Australia Belanda Belgia Ceko Denmark Hong Kong Indonesia Inggris Irlandia Italia Jepang Jerman Korea Selatan Macau Malaysia Prancis Singapura Skotlandia Spanyol Thailand Vietnam

Blog Archive

  • ►  2025 (4)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2024 (12)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2023 (7)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  October (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2021 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (51)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (5)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (10)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2018 (30)
    • ►  December (8)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ▼  2017 (60)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ▼  October (5)
      • Tempat Belanja Oleh-oleh di Hobart, Tasmania
      • Terbang ke Luar Negeri Tanpa Tiket Pulang? Siap-si...
      • Sensasi Merasakan Hujan Salju di Mount Wellington,...
      • Tempat Belanja Oleh-oleh Murah di Surfers Paradise...
      • 3 Taman Cantik Wajib Kunjung di Melbourne
    • ►  September (8)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (8)
    • ►  April (9)
    • ►  March (2)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2016 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (3)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (4)
    • ►  February (4)
    • ►  January (6)
  • ►  2015 (51)
    • ►  December (7)
    • ►  November (4)
    • ►  October (3)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (3)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2014 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (1)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (6)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (5)
    • ►  April (4)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (6)
  • ►  2013 (13)
    • ►  December (5)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)

Search a Best Deal Hotel

Booking.com

Translate

Booking.com

FOLLOW ME @ INSTAGRAM

Most Read

  • 10 Info Tentang Kartu Myki, Alat Bayar Transportasi di Melbourne, Australia
  • 6 Rekomendasi Oleh-oleh dari Edinburgh, Skotlandia dan Kisaran Harganya
  • 8 Tip Naik Tram di Melbourne, Australia
  • My 2018 Highlights

About Me

Hi, I'm Yani. I have 15 years experience working in the media industry. Despite my ability to write various topics, my biggest passion is to write travel stories. By writing travel stories, I combine my two favourite things; travelling and writing. All the content in this blog are mine otherwise is stated. Feel free to contact me if you have questions or collaboration proposal :)

Contact Me

Name

Email *

Message *

Copyright © 2016 My Travel Stories. Created by OddThemes & VineThemes