My Travel Stories

Lots of memories I can't keep, that's why I write.

Powered by Blogger.
  • Home
  • Indonesia
  • Asia
  • Australia
  • Eropa
  • Amerika
  • Travel Tips
  • Itinerary
  • Portfolio
Free Walking Tour Edinburgh yang saya ikuti

Saat melakukan perjalanan ke 5 negara Eropa pada Oktober 2018 lalu, saya mencoba tiga free walking tour di tiga negara di antaranya, yaitu Skotlandia, Belanda, dan Denmark. Berdasarkan pengalaman tersebut, saya harus akui kalau ini merupakan cara terbaik untuk mengenal suatu kota. 

Apa sih, free walking tour?
Namun sebelum saya mencatatkan berbagai keuntungan tersebut, saya ingin memaparkan sedikit tentang free walking tour. Kalau dalam bahasa Indonesia free walking tour dapat diartikan sebagai tur jalan kaki gratis. 

Para peserta akan diajak keliling kota oleh satu orang pemandu dengan tujuan untuk mengenal kota tersebut. Jadi pastikan saja kaki cukup kuat untuk terus melangkah. Kalau bagi saya, permasalahannya bukan pada kaki melainkan cuaca. Cuaca terlalu panas atau terlalu dingin tentu membuat acara jalan kaki di luar ruangan ini cukup menantang. 

Durasi free walking tour
Tur ini biasanya tersedia di kota-kota besar dunia dan diselenggarakan oleh berbagai operator yang berbeda. Durasi tur tergantung dari tur operator yang menyelenggarakan. Bahkan tur operator yang sama pun bisa memiliki durasi yang berbeda, tergantung di mana tur tersebut dilangsungkan. 

Contohnya, saat saya mengikuti free walking tour di Edinburgh, Skotlandia hanya sekitar 2 jam sedangkan free walking tour di Amsterdam, Belanda sampai sekitar 3 jam, padahal keduanya sama-sama diselenggarakan oleh SANDEMANs yang menyediakan free walking tour di 20 kota di 20 negara, dengan mayoritas di Eropa. Namun rata-rata free walking tour ini berlangsung antara 1 hingga 3 jam.    

Rocco, pemandu free walking tour yang saya ikuti di Amsterdam sedang membagikan keju gratis kepada seluruh peserta

Tempat yang dikunjungi
Begitu juga dengan tempat yang dikunjungi, bisa berbeda-beda antara tur operator yang satu dengan lainnya namun biasanya kesamaannya adalah tempat-tempat ini merupakan tempat terkenal atau bersejarah dari kota tersebut. 

Contohnya saat saya ikutan free walking tour di Copenhagen, Denmark yang juga diselenggarakan oleh SANDEMANs, Nyhavn yang merupakan tempat paling banyak difoto di Denmark atau Amalienborg, istana Kerajaan Denmark merupakan bagian dari tempat yang dikunjungi. 

Tentunya tempat-tempat yang dikunjungi adalah tempat-tempat gratis. Kalaunpun ada tempat yang berbayar, para peserta hanya akan dibawa sampai depannya saja dan mendapatkan cerita tentang tempat tersebut tanpa masuk ke dalamnya.  

Tidak perlu bayar
Sesuai namanya, untuk mengikuti tur ini kita tidak perlu mengeluarkan biaya alias gratis. Namun kita bisa memberikan tips seikhlasnya kepada sang pemandu setelah tur selesai. Kalaupun kita tidak memberikan tips, sang pemandu tidak akan memaksa. Jadi konsepnya benar-benar berdasarkan keikhlasan memberi. 

Namun saya menyarankan untuk memberikan tips, bahkan meskipun kita tidak menikmati tur tersebut. Kenapa? Karena para pemandu ini tidak digaji sama sekali oleh operator penyelenggara tur ini, bahkan mereka yang harus membayar kepada perusahaan berdasarkan sistem bagi komisi. 

Menurut Martin, pemandu free walking tour di Copenhagen, jumlahnya tergantung dari banyaknya peserta yang mengikuti tur tersebut. Misalnya pemandu membawa 20 orang, maka pemandu harus membayar 20 x sekian (saya tidak ingat berapa tepatnya) kepada perusahaan. "Jadi tolong jangan menghilang di tengah tur karena saya akan rugi," ucap Martin kepada seluruh peserta. 

Wajib ikutankah?
Jawaban untuk ini tergantung dari masing-masing orang dan kesukaan mereka saat travelling. Tapi bagi saya, free walking tour ini merupakan cara efektif, efisien dan hemat biaya untuk mengenal suatu kota. Jadi kalau memang waktunya memungkinkan, saya pasti akan ikutan lagi free walking tour bila memang kota yang saya kunjungi memiliki jasa ini. 

Ada yang pernah ikutan free walking tour juga? Share ya di kolom komentar... :)

Booking.com----------@yanilauwoie----------



Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Harga Makanan di Amsterdam, Belanda
  • Benarkah Ganja Dilegalkan di Belanda?
  • Mudahnya Proses Penggantian Paspor di Kantor Imigrasi Jakarta Selatan
  • Harga Makanan di Edinburgh, Skotlandia
  • Wanita Paruh Baya di Red Light District Amsterdam
Aneka Keju di Cheese & More by Henri Willig

Harga makanan di Amsterdam, Belanda yang saya catat di bawah ini adalah berdasarkan harga pada tahun 2018, tepatnya di bulan Oktober 2018 saat saya jalan-jalan ke sana selama tiga hari dua malam.  
  • Lemon cake di Zuid station: 1 Euro
  • Croissant di sebuah kafe (lupa namanya) dekat Dam Square: 1,80 Euro
  • Egg Fried Noodle di FuLu Mandarijn: 4,90 Euro 
  • Warm Milk Tea di FuLu Mandarijn: 5,5 Euro
  • Kentang Goreng + saus di Mannekenpis Verse Vlaamse Friet: 3,20 + 0,50 = 3,70 Euro
  • Sambal Goreng Telur, Nasi, dan Urap di restoran Indonesia, Bunga Mawar: 10 Euro
  • Teh Manis Hangat di restoran Indonesia, Bunga Mawar: 1,5 Euro
  • Hot Chocolate di Cobra Cafe, Rijksmuseum: 3 Euro
  • Dutch Mini Pancakes Poffertjes with Icing Sugar and Butter (isi 12 dengan ukuran mini) di Cobra Cafe, Rijksmuseum: 5,5 Euro
  • Keju Green Pesto (berwarna hijau) di Cheese & More by Henri Willig: 9,95 Euro
  • Nasi Putih, Sayur Kacang Panjang, dan Ayam Pedas dalam bentuk potongan (konsepnya prasmanan) di restoran Indonesia Sari Citra: 6,50 Euro
  • Bakwan, Lumpia, dan Martabak di restoran Indonesia Sari Citra: masing-masing 2 Euro kecuali Martabak seharga 2,5 Euro.
  • Nasi Putih, Telur Balado, Tempe Balado, Terong balado, dan Air Mineral di restoran Indonesia, Sari Citra: 11 Euro.
  • Cheeseburger meal (dapat burger, kentang goreng kecil, dan soft drink) di Burger King: 4,45 Euro 
  • Variety Bucket (isi ayam original 4, chicken wings 6, chicken strip 4 dan 2 kentang goreng) di KFC: 15,95. 
Booking.com----------@yanilauwoie----------




Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Benarkah Ganja Dilegalkan di Belanda?
  • Mudahnya Proses Penggantian Paspor di Kantor Imigrasi Jakarta Selatan
  • Harga Makanan di Edinburgh, Skotlandia
  • Wanita Paruh Baya di Red Light District Amsterdam
  • Flying Tiger, Tempat Belanja Barang-barang Lucu dan Murah di Copenhagen, Denmark
Foto: Pixabay

Kabarnya kita bisa bebas mengonsumsi ganja di Belanda karena ganja dilegalkan di negara kincir angin tersebut. Benarkah demikian?

Jawabnya bisa ya dan tidak. Ya, orang bisa bebas mengonsumsi ganja dengan batas tertentu dan tidak benar bahwa ganja dilegalkan di Belanda karena berdasarkan hukum, ganja termasuk yang dilarang di Belanda. 

Kalau terlarang kenapa orang-orang diperbolehkan mengonsumsi ganja? Bingung, kan? Saya juga bingung tapi seperti itulah info yang saya dapatkan dari Rocco, pemandu free walking tour yang saya temui di Amsterdam pada Oktober 2018.

"Banyak orang salah sangka. Mereka mengira ganja dilegalkan di sini padahal tidak. Namun hukum ini tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Dalam artian polisi tidak akan bertindak apapun bila melihat orang melakukan jual beli ganja. Tapi polisi akan segera bertindak bila melihat orang bercocok tanam ganja," jelas Rocco.

Kalimat terakhir Rocco tentunya menimbulkan tanda tanya. Kalau tidak boleh bercocok tanam, lalu dari manakah ganja-ganja itu berasal? "Banyak orang menanam ganja secara diam-diam," ungkap Rocco.  

Pria asli Belanda ini selanjutnya menerangkan bahwa biasanya polisi akan dengan mudah menemukan orang-orang yang menanam ganja ini saat musim dingin. Karena sifat ganja yang memanaskan maka rumah-rumah yang tak bersalju saat musim dingin akan menjadi target utama dalam penyelidikan polisi.  

Mendengar penjelasan Rocco saya merasa bingung sekaligus geli sendiri. Saya benar-benar gagal paham dengan konsep yang diterapkan Belanda dengan tidak melegalkan ganja secara hukum tapi tidak mempermasalahkan bila orang-orang mengonsumsinya. Maksudnya kenapa setengah-setengah? Kenapa tidak 100% dilarang atau sekalian saja dilegalkan?

"Sebenarnya ganja sedang dalam proses untuk dilegalkan. Hal ini sudah berlangsung sekitar dua tahunan," jelas Rocco. Namun Rocco sendiri tidak tahu apakah hal tersebut akan terjadi dalam waktu dekat atau tidak mengingat hal tersebut bukanlah isu mendesak yang harus dibahas oleh pemerintah Belanda saat ini. 

Sementara itu, kabarnya sangatlah mudah untuk menemukan ganja di kafe atau coffee shop di Belanda tapi saya tidak tahu seberapa mudah karena saya tidak mencobanya saat saya ke Amsterdam. 

Mungkin ada yang punya pengalaman mencoba ganja di Belanda? Kalau nggak keberatan, boleh lho, berbagi di kolom komentar. 

Booking.com----------@yanilauwoie----------




Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Mudahnya Proses Penggantian Paspor di Kantor Imigrasi Jakarta Selatan
  • Harga Makanan di Edinburgh, Skotlandia
  • Wanita Paruh Baya di Red Light District Amsterdam
  • Flying Tiger, Tempat Belanja Barang-barang Lucu dan Murah di Copenhagen, Denmark
  • 6 Rekomendasi Oleh-oleh dari Edinburgh, Skotlandia dan Kisaran Harganya

Foto: Pexels

Jujur nih, ya, sebelumnya saya sudah pesimis dengan sistem antri paspor online. Pasalnya saya banyak baca pengalaman orang-orang di forum-forum travelling yang mengaku susah dapat antrian ini. Tapi Alhamdulillah, hal tersebut tidak saya alami. 

Meskipun demikian saya harus akui bahwa saya tidak langsung bisa mendapatkan antrian saat membuka website antrian paspor. Keesokan harinya, antrian sampai akhir minggu itu tetap penuh sedangkan antrian untuk minggu depannya belum dibuka. 

Akhirnya saya mengunduh aplikasi "Antrian Paspor" dari play store. Ternyata melalui aplikasi ini antrian juga penuh. Bahkan pilihan imigrasi di aplikasi hanya tersedia untuk wilayah Jakarta saja. Berbeda dengan yang di website yang mencakup imigrasi seluruh Indonesia. 

Namun melalui aplikasi ini saya jadi tahu bahwa pembukaan kuota antrian dilakukan setiap Jumat untuk pendaftaran minggu berikutnya. Karena hari itu adalah hari Rabu, maka saya pun harus bersabar selama dua hari untuk bisa mendaftar. Tapi entah kenapa tangan saya tetap saja iseng mencoba berkali-kali mendaftar melalui aplikasi tersebut. Berkali-kali juga dapat jawaban bahwa antrian paspor online untuk Imigrasi Jakarta Selatan penuh.

Saat di percobaan yang entah ke berapa kalinya, tiba-tiba ada satu posisi kosong untuk hari tersebut. Saya pun dihadapkan pada dua pilihan, yaitu pagi (pukul 08.00 - 12.00 WIB) dan siang (pukul 13.00 - 16.00 WIB). Saat saya pilih siang, ternyata antriannya penuh. Saya akhirnya pilih pagi karena saya pikir toh, sampai pukul 12.00 ini, jadi saya masih punya banyak waktu untuk siap-siap dan pergi ke lokasi, mengingat ini baru sekitar pukul 09.00.    

Eh begitu saya sudah daftar, saya mendapat resi yang menyatakan dapat antrian pukul 09.00 - 10.00. Waduh bagaimana ini? Keburu nggak, ya? Tapi saya nggak bisa membatalkan karena ada keterangan kalau saya membatalkan atau tidak hadir di waktu yang ditentukan, saya tidak bisa daftar lagi sampai 30 hari ke depan. Wah, bisa berantakan rencana perjalanan saya ke Jepang.

Alhasil saya pun gerabak-gerubuk siap-siap kayak orang gila. Saat saya sibuk cuci muka dan sikat gigi (iya nggak sempat mandi), Shannon membantu saya untuk mengkopi paspor dan KTP saya. Yap, syarat untuk penggantian atau perpanjangan paspor hanya perlu paspor dan KTP asli dan fotokopi.   

Sekitar pukul 09.23, saya berangkat dengan gojek. Nekad pakai go-ride meskipun hujan rintik karena nggak akan keburu kalau pakai go-car. Eh, di tengah jalan hujan makin rapat, untung saja abangnya bawa jas ujan. Kalau nggak, saya bisa nangis, deh. Ya masa foto paspor dengan kondisi basah kuyup? 

Tidak sampai 15 menit, saya sudah sampai imigrasi Jakarta Selatan. Langsung menuju lantai 2 dan mengambil nomor antrian. Setelah dapat nomor antrian, sekitar 20 menitan menunggu, saya dipanggil untuk diproses pembuatan paspornya. 

Petugas imigrasi yang mengurus paspor saya bertanya, apakah saya bekerja, apa pekerjaan saya, dan apakah saya punya rencana pergi ke luar negeri. Selain itu, seperti yang sudah-sudah, sidik jari saya dipindai dan saya difoto. Lalu petugas memberikan saya kertas yang berisi nomor aplikasi paspor saya dan nomor whatsapp imigrasi Jakarta Selatan. 

Dia berkata bahwa saya harus menuliskan nomor aplikasi paspor saya dan mengirimkan ke nomor whatsapp yang tertera untuk mendapatkan kode bayar (No. MPN G2). Setelah mendapatkan kode ini, saya bisa membayar melalui ATM. Petugas bilang, proses pembuatan paspor memakan waktu lima hari kerja, terhitung dari pembayaran yang saya lakukan. "Bila ibu bayar hari ini, paspor bisa diambil Rabu depan. Tapi bila ibu bayar besok Kamis maka paspor jadinya Kamis depan," begitu kata sang petugas.

Proses wawancara, pindai sidik jari dan foto ini hanya berlangsung sekitar 10 menit. Hari itu, saya tiga kali whatsapp baru dapat kode bayar, di dua balasan otomatis sebelumnya belum ada kode bayarnya. Setelah dapat kode bayar, saya langsung transfer lewat m-banking. Karena saya membuat paspor biasa (karena e-paspor habis) maka biaya pembuatan paspor hanya Rp355.000,-. 

Ternyata proses penggantian atau perpanjangan paspor ini tidak memakan waktu sampai lima hari kerja melainkan hanya tiga hari kerja saja karena pada hari Senin saya sudah dapat pesan whatsapp bahwa paspor saya sudah bisa diambil. 

Hari itu juga, saya meluncur ke kantor imigrasi Jakarta Selatan. Sampai di sana sekitar pukul 15.30. Saya langsung menuju loket pengambilan nomor antrian lagi namun ternyata petugasnya bilang saya bisa langsung ke loket pengambilan paspor tanpa membutuhkan nomor antrian. 

Begitu sampai loket pengambilan paspor, saya serahkan syarat yang dibutuhkan untuk mengambil paspor, yaitu bukti pembayaran paspor dan kertas berisi nomor aplikasi paspor. Kemudian petugas meminta saya menandatangani formulir pengambilan paspor. Tidak sampai lima menit, paspor baru sudah saya terima. Setelah dicek, semua datanya benar. 

Meskipun sempat dihebohkan dengan pendaftaran antrian paspor tapi mengurus penggantian paspor sendiri sangatlah mudah dan prosesnya cepat. 

Ada yang punya pengalaman yang sama? Atau justru mengalami hal berbeda saat mengurus paspor? Share di kolom komentar, ya... 



Booking.com 
----------@yanilauwoie----------


Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Harga Makanan di Edinburgh, Skotlandia
  • Wanita Paruh Baya di Red Light District Amsterdam
  • Flying Tiger, Tempat Belanja Barang-barang Lucu dan Murah di Copenhagen, Denmark
  • 6 Rekomendasi Oleh-oleh dari Edinburgh, Skotlandia dan Kisaran Harganya
  • My 2018 Highlights
Newer Posts Older Posts Home

My Travel Book

My Travel Book
Baca yuk, kisah perjalanan saya di 20 negara!

My Travel Videos

Connect with Me

Total Pageviews

Categories

Amerika Serikat Australia Belanda Belgia Ceko Denmark Hong Kong Indonesia Inggris Irlandia Italia Jepang Jerman Korea Selatan Macau Malaysia Prancis Singapura Skotlandia Spanyol Thailand Vietnam

Blog Archive

  • ►  2025 (4)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2024 (12)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2023 (7)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  October (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2021 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  January (2)
  • ▼  2019 (51)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (5)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (10)
    • ▼  February (4)
      • Jalan-Jalan Gratis Keliling Kota-Kota Eropa dengan...
      • Harga Makanan di Amsterdam, Belanda
      • Benarkah Ganja Dilegalkan di Belanda?
      • Mudahnya Proses Penggantian Paspor di Kantor Imigr...
    • ►  January (4)
  • ►  2018 (30)
    • ►  December (8)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (60)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (5)
    • ►  September (8)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (8)
    • ►  April (9)
    • ►  March (2)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2016 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (3)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (4)
    • ►  February (4)
    • ►  January (6)
  • ►  2015 (51)
    • ►  December (7)
    • ►  November (4)
    • ►  October (3)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (3)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2014 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (1)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (6)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (5)
    • ►  April (4)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (6)
  • ►  2013 (13)
    • ►  December (5)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)

Search a Best Deal Hotel

Booking.com

Translate

Booking.com

FOLLOW ME @ INSTAGRAM

Most Read

  • 10 Info Tentang Kartu Myki, Alat Bayar Transportasi di Melbourne, Australia
  • 6 Rekomendasi Oleh-oleh dari Edinburgh, Skotlandia dan Kisaran Harganya
  • 8 Tip Naik Tram di Melbourne, Australia
  • My 2018 Highlights

About Me

Hi, I'm Yani. I have 15 years experience working in the media industry. Despite my ability to write various topics, my biggest passion is to write travel stories. By writing travel stories, I combine my two favourite things; travelling and writing. All the content in this blog are mine otherwise is stated. Feel free to contact me if you have questions or collaboration proposal :)

Contact Me

Name

Email *

Message *

Copyright © 2016 My Travel Stories. Created by OddThemes & VineThemes