Road Trip di Australia Saat Pandemi, Begini Rasanya ke Tempat Bebas COVID-19
Dua kali road trip antar negara bagian di Australia saat pandemi, dua-duanya membuat saya merasa seperti hidup di dunia lain. Tepatnya dunia sebelum COVID-19 hadir dan memporakporandakan semuanya.
Hari itu, saya, Shannon dan Noah sampai di Canberra, ACT menjelang malam, setelah menempuh perjalanan darat sekitar 8 jam. Setelah check-in di apartemen yang akan kami tempati selama kurang lebih dua minggu, kami mencari makan malam ke luar.
Berjalanlah kami ke area restoran yang terletak di pinggir danau. Saya melihat ke sebuah restoran, orang-orang yang ada di dalamnya duduk berdekatan sambil tertawa-tawa dengan santai. Antara meja yang satu dengan yang lainnya pun jaraknya tidak terlalu berarti. Saya kemudian melihat ke restoran lainnya dan yang lainnya, kok semuanya sama. Tidak ada jarak berarti di antara mereka.
"Orang-orang di sini kok, kayaknya nyantai banget ya, duduk saling berdekatan? Seperti hidup di dunia yang nggak ada COVID-nya," ucap saya kepada Shannon. Dan Shannon dengan entengnya menjawab, "Karena di sini memang tidak ada COVID."
Saat kami ke Canberra Februari lalu, situasi di Canberra memang sangat aman, karena tidak ada outbreak COVID-19 untuk sekian lama. Karena itu, saat saya mengunjungi mal, restoran, dan tempat-tempat publik lainnya, tidak ada aturan untuk memakai masker.
Satu-satunya yang membuat saya merasa bahwa kita masih di tengah pandemi adalah saat mau masuk ke kafe, restoran, toko dan tempat umum lainnya adalah harus check-in dan menggunakan handsanitizer terlebih dahulu, serta pembatasan jumlah orang dalam satu ruangan tertentu. Sebenarnya anjuran menjaga jarak juga disebutkan di mana-mana tapi kok, kayaknya itu tidak dilakukan ya. Paling tidak itu yang saya lihat di kafe dan restoran.
Saat di Canberra, kami sempat bertemu teman lama Shannon. Berkunjung ke rumah mereka, mereka juga berkunjung ke apartemen kami dan kami sempat juga makan bersama di kafe, tanpa masker dan saling berdekatan. Saat itu saya merasa, ya Tuhan saya sungguh kangen masa-masa ini. Masa bersosialisasi tanpa rasa khawatir. Untuk sementara saya sempat merasa bahwa COVID-19 tidak pernah ada.
Hal yang kurang lebih sama saya rasakan ketika melakukan road trip ke Australia Selatan sekitar dua bulan lalu. Datang dari negara bagian yang mengharuskan memakai masker, begitu sampai di Australia Selatan kami masih terbawa melakukan hal yang sama saat masuk ke supermarket. Lalu tersadar ketika melihat semua orang tanpa masker dan mereka menatap kami yang bermasker dengan aneh.
Sama seperti di Canberra, saya tidak melihat orang terlalu menjaga jarak ketika berada di kafe atau restoran di sini. Dan peraturan untuk kumpul-kumpul pun masih diperbolehkan saat itu. Shannon, saya dan Noah sempat 'terjebak' ketika melewati sebuah kafe di Adelaide saat kami mau ke parkiran mobil.
Kafe tersebut terletak di sebuah gang. Layaknya kafe-kafe lain di Australia dengan lokasi seperti ini, meja-meja mereka biasanya memang memenuhi gang. Jadi ruang untuk pejalan kaki tidak terlalu luas.
Nah, saat kami mau melewati kafe tersebut, kami memang sudah melihat kumpulan manusia yang sangat banyak. Tapi kami melihat celah untuk tetap bisa jalan melewati gerombolan manusia tersebut untuk sampai ke tujuan kami.
Eh tapi siapa sangka, begitu kami sudah berada di situ, tiba-tiba semua orang berdiri dan menyanyikan happy birthday secara serentak saat seseorang di antara mereka membawa kue ulang tahun lengkap dengan lilin. Saya yang menggendong Noah dan Shannon yang berada di depan saya terjebak di tengah-tengah karena orang-orang tersebut menutupi jalan kami.
Untuk beberapa saat saya merasa, enak sekali hidup mereka yang bisa kumpul sama teman-teman dan mungkin keluarga untuk merayakan ulang tahun di sebuah kafe. Suatu momen yang rasanya tidak mungkin saya lakukan di situasi seperti ini. Bahkan saya tidak ingat kapan terakhir kali merayakan ulang tahun seseorang dengan kumpul-kumpul seperti itu. Indahnya dunia tanpa COVID-19.
Di Australia Selatan, check-in di suatu tempat, baik melalui app maupun manual, juga merupakan keharusan, dan handsanitizer juga selalu tersedia saat memasuki toko, kafe atau restoran. Info tentang COVID-19 juga ada di tempat-tempat umum.
Tapi karena di sini juga hampir tidak ada outbreak dan ketika ada pun jumlahnya sangat kecil dan bisa segera ditekan, maka kehidupan juga terasa normal. Kami bebas mengunjungi area wisata tanpa cemas meskipun dikelilingi banyak orang, bebas makan di restoran sambil duduk berdekatan dengan orang lain tanpa khawatir, dan santai ketika berbicara dengan orang asing tanpa memakai masker. Hal-hal yang sangat biasa kita lakukan dulu namun menjadi suatu hal yang luar biasa di masa pandemi ini.
Tapiiiii, tentunya tidak ada yang abadi ya, terutama di zaman pandemi ini. Sekitar hampir sebulan trip kami selesai, Adelaide lockdown selama seminggu (dari minggu ke-3 hingga ke-4 Juli 2021) karena ada 5 kasus COVID-19. Yap, segitu grecepnya, ada 5 kasus saja langsung lockdown. Strategi yang bagus sebelum menyebar kemana-mana.
Begitu juga dengan Canberra. Saat saya mengetik ini, mereka sedang lockdown sampai dengan 19 Agustus 2021, yang bisa saja diperpanjang bila kasus tidak menurun. Lebih gercep dari Adelaide, mereka memutuskan lockdown saat ditemukan satu kasus saja. Ckckckck.
Menurut Canberra Weekly, ini adalah kasus pertama setelah lebih dari 100 hari ACT bebas COVID-19. Dan sampai hari ini (15 Agustus 2021) mereka memiliki 9 kasus aktif.
Kalau di Victoria mah jangan ditanya, langganan lockdown. Saat ini, Melbourne sedang lockdown ke-6. Untungnya, saya tinggal di regional Victoria. Meskipun ada pembatasan-pembatasan tertentu, misalnya tidak boleh saling berkunjung ke rumah orang tapi paling tidak kami bisa bepergian ke area regional Victoria lainnya.
Berbeda dengan Melbourne yang pembatasannya jauh lebih ketat, seperti hanya boleh bepergian sejauh 5KM, itu pun untuk hal yang esensial. Dengan jumlah penduduk paling padat di Victoria dan kedua di Australia, tidak heran bila Melbourne akan selalu menjadi langganan outbreak.
Meskipun Victoria langganan lockdown, saya tetap merasa beruntung bisa berada di sini di tengah pandemi karena banyak daerah di negara lain yang kondisi COVID-nya parah sehingga bernapas aja menjadi sesuatu yang menakutkan.
Ah, saya sungguh berharap dunia cepat pulih dan keadaan kembali normal. Sambil menunggu hal tersebut datang, saya berdoa semoga kita semua tetap diberikan kesehatan fisik dan mental.
0 komentar