Pengalaman Bikin Kacamata di Australia, Bingung Karena Tidak Diminta Uang Muka
Beberapa waktu lalu, kacamata saya rusak karena diinjak Noah. Alhasil saya pun harus bikin kacamata baru. Kacamata baru apa istimewanya? Nggak ada, kecuali harganya yang lebih mahal daripada kacamata terakhir yang saya beli di Indonesia. Hiiks. Tapi yang mau saya ceritakan adalah proses pembuatan, terutama pembayarannya.
Di tempat saya tinggal, tidak ada optik untuk membeli kacamata. Ya maklum namanya juga tinggal di hutan ya.. Karena itu saya harus pergi ke kota yang memiliki beberapa pilihan optik, yang jaraknya sekitar 1 jam dari rumah. Tentunya harus membuat janji terlebih dahulu karena kalau sampai sana dan optometrisnya tidak punnya jadwal kosong, ya kan sia-sia.
Sesuai janji temu, saya datang tepat waktu di Otway Optical, Colac, dan langsung diperiksa sang optometris yang bernama Marry. Bukan hanya memeriksa minus mata saya tapi Marry juga melakukan pemeriksaan glaukoma dan sebagainya. Alhamdulillah baik-baik saja.
Keribetan membuat kacamata di saat pandemi adalah sulit melihat huruf-huruf yang terpampang di layar karena kaca lensa alat pemeriksa mata terus-menerus berkabut karena saya memakai masker. Akhirnya Marry berkata bahwa saya boleh melepas masker, selama saya sendiri merasa nyaman. Daripada dapat hasil yang nggak akurat, saya pun menyetujuinya. Alasan lain saya berani membuka masker adalah karena Colac tidak ada kasus COVID-19 saat itu.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa minus mata kanan saya bertambah, nih, yang tadinya 1,5 menjadi 2. Sementara mata kiri malah berkurang, dari minus 1 menjadi minus 0,5. Aneh banget ya? Kok bisa yang satu bertambah 0,5 dan yang lainnya berkurang 0,5. Agar tidak membuat gap yang terlalu jauh antara mata kanan dan kiri, Marry menyarankan agar mata kanan saya memakai kacamata ukuran 1,75. Ya saya setuju saja karena dengan kacamata yang lama saya pakai ukuran 1,5 dan bisa melihat baik-baik saja.
Setelah pemeriksaan yang makan waktu sekitar 30 menit, saya lanjut memilih frame. Ajegileee, mahal-mahal aja nih, frame. Tidak ada yang di bawah 100 AUD atau di bawah 1 juta rupiah. Saya merinding melihatnya. Soalnya kacamata terakhir saya harganya cuma 500 ribuan dan itu pun sudah include semuanya; frame, lensa dan blue coating.
Setelah pilih-pilih, yang bukan hanya cocok di wajah tapi juga di kantong tentunya, akhirnya saya memilih frame berwarna hitam dengan merek Vogue. Nyari frame murah meriah yang buatan China, nggak ada euuy. Hiiks. Setelah yakin dengan pilihan saya, sang petugas yang bernama Kathrine, menghitung semuanya. Dan menyodorkan angka 385 AUD. Dia bilang, "Ini sudah termasuk diskon 15%."
Saya nelangsa rasanya harus bayar 4 jutaan untuk sebuah kacamata. Itu berarti sekitar 8 kali lebih mahal dari kacamata saya yang dirusak Noah. Harga segitupun karena selain sudah diskon, saya pilih frame yang paling murah.
Kathrine bilang kacamata saya akan jadi dalam waktu beberapa hari. Kemudian dia bilang saya bisa bayar sekarang atau nanti setelah kacamatanya jadi. Saat mendengar perkataannya, saya membatin dalam hati, "ini beneran bisa bayar nanti tanpa DP apa-apa, nih." Dia nggak takut gitu, kalau saya tidak akan pernah menebus kacamatanya? Bagaimana kalau saya putuskan untuk berubah pikiran dan mencari kacamata yang lebih murah di tempat lain? Saya takjub sih, karena dia bahkan tidak meminta DP sama sekali.
Lalu saat saya bilang saya memutuskan untuk bayar nanti, dia pun santai banget menanggapinya. "Baik. Kalau kacamatanya sudah jadi nanti kami akan telepon. Kamu bisa datang ke sini untuk ambil kacamatanya dan melakukan pembayaran. Atau kalau tidak bisa datang, kami bisa kirim melalui pos dan kamu hanya perlu menyebutkan nomor kartu (debit/kredit) untuk melakukan pembayaran."
Saya keluar optik dengan perasaan ajaib, kok bisa mereka sepercaya itu sama konsumen. Ya tentunya bisa jadi karena mereka sudah mencatat nomor medicare saya (ini semacam BPJS di Indonesia) yang tentunya semua data saya sudah terkoneksi di sana.
Beberapa hari setelahnya, mereka menelpon saya untuk mengabari bahwa kacamata saya siap diambil. Dan karena saya tidak bisa ke sana maka saya meminta untuk dikirim lewat pos. Saya pun membayar kacamata lewat telepon dengan cara menyebutkan detail kartu debit saya. Anehnya, mereka tidak mengenakan biaya pengiriman, padahal ketika kacamatanya sudah sampai, saya melihat biaya pengirimannya sekitar 12 AUD. Baik banget, nih!
Ini bukan pertama kalinya saya terkagum-kagum sama cara Australia yang memberi kepercayaan tinggi sama warganya. Sebelumnya saya pun dibuat kaget sama sistem pembayaran self check-in di supermarket yang ceritanya bisa dibaca di sini dan sistem jualan telur tanpa ada penjual yang menjaga yang ceritanya bisa dibaca di sini.
Another culture-shocked experience for me. Ada yang punya pengalaman yang sama?
0 komentar