“Hah, mau ngapain dua bulan di Bratislava?” Pertanyaan sejenis itu banyak mampir ke telinga saya sebelum keberangkatan kami ke Bratislava. Ya wajar sih, soalnya ibukota dari Slowakia ini tidak setenar ibukota-ibukota negara-negara tetangganya seperti Praha (Ceko), Budapest (Hungaria) dan Wina (Austria).
Setelah dua bulan merasakan menghabiskan waktu di sana dan merasakan bagaimana menjadi warga lokal Bratislava, saya bisa bilang kota ini merupakan salah satu kota ternyaman yang pernah saya tinggali. Alasannya?
1. Transportasi publik yang nyaman dan terkoneksi
Selama di Bratislava kami selalu bepergian dengan kendaraan umum, seperti trem, bus, dan kereta. Pelbagai kendaraan umum tersebut dalam kondisi baik, bersih, dan memiliki penghangat. Jadi ketika bepergian saat musim dingin pun, terasa nyaman berada di dalam kendaraan-kendaraan ini. Enaknya lagi, karena jalur yang saling terkoneksi, mudah sekali untuk berpindah dari trem ke bus, trem ke kereta, atau kereta ke bus. Mereka juga memiliki sistem tiket langganan untuk tujuh hari, dua minggu, atau sebulan yang membuat pengeluaran transportasi jadi lebih murah.
2. Makanannya cocok di lidah saya
Saya suka keju, jadi makanan-makanan lokal yang mengandung keju seperti Vyprážaný syr (keju goreng), Bryndzové halušky (potongan kentang dengan saus keju domba dengan taburan potongan daging babi yang bisa kita minta hilangkan bila tak makan babi), dan Bryndzové pirohy (dumpling kentang yang berisi keju domba).
Selain itu di sini banyak sekali rumah makan Vietnam, Turki, dan restoran cepat saji seperti McDonald’s, KFC, dan Burger King, jadi tidak sulit bagi saya untuk menemukan makanan yang cocok dengan lidah. Kalau bosan dengan itu semua, saya tinggal masak saja apa yang saya, Shannon, atau Noah ingin makan.
3. Merasa aman
Saya percaya bahwa tidak ada negara di dunia ini yang 100% aman dari kejahatan. Orang jahat ada dimana-mana sama halnya dengan orang baik yang tersebar di berbagai penjuru dunia.
Saya pun beberapa kali ketemu dengan orang-orang di Bratislava yang membuat insting saya mengatakan untuk menjauh, namun Alhamdulillah saya, Shannon, dan Noah tidak mengalami kejahatan selama di sini. Bahkan melihat langsung pun tidak.
Berbeda halnya ketika saya hampir dicopet di Dublin dan melihat langsung pencopetan di Barcelona, Roma, dan Paris. Saya menceritakan tentang hal ini buku pertama saya.
Shannon bahkan pernah meninggalkan tas dan laptopnya di kafe saat dia harus keluar kafe beberapa menit dan kembali lagi dengan semua barang yang masih utuh. Perasaan aman ini membuat kami merasa rileks untuk menikmati hidangan saat di kafe atau restoran. Meski demikian, saya paham benar bahwa kewaspadaan tetap harus terjaga.
4. Secara umum orang-orangnya baik-baik
Kami bertemu banyak orang baik di Bratislava, baik itu yang merupakan orang Slowakia atau dari negara lain yang sudah menjadi penduduk tetap di sana. Salah satu yang membuat saya terkesan adalah saat kami datang ke pusat informasi turis untuk menanyakan perihal rumah sakit terdekat yang bisa membantu Shannon untuk mendapatkan obat rutin yang harus diminum.
Wanita paruh baya disana memberikan alamat rumah sakit terdekat sambil berkata, “Kalau kamu mengalami kesulitan di sana, kamu bisa kembali ke sini dan saya akan membantumu untuk membuat janji temu dengan dokter,” ucapnya. Dari situ, saya melihat kesungguhan wanita tersebut untuk membantu.
5. Banyak orang yang bisa berbahasa Inggris
Slovak adalah bahasa resmi dari negara ini namun banyak orang di Bratislava, terutama anak-anak mudanya yang sangat lancar berbahasa Inggris. Jadi mempermudah kami dalam berkomunikasi. Kalaupun saya bertemu yang tidak bisa berbahasa Inggris, saya tinggal menggunakan Google Translate untuk membantu komunikasi diantara kami.
6. Banyak atraksi wisata yang cocok untuk keluarga
Mulai dari mengunjungi kastil yang ada di dalam kota, seperti Kastil Bratislava atau yang sedikit keluar kota, seperti Kastil Devin, jalan-jalan di area kota tua dan Sungai Danube, keluar masuk berbagai museum dan galeri, seperti Slovak National Gallery atau BIBIANA, the international house of art for children, hingga menikmati keindahan Comenius University Botanical Garden, semuanya bisa dinikmati bersama keluarga.
7. Transportasi umum gratis untuk anak-anak
Kota ini juga ramah untuk anak-anak. Bukan hanya karena banyaknya playground luar ruang atau ruang terbuka hijaunya saja tapi juga tersedianya transportasi gratis untuk anak-anak di bawah usia 6 tahun.
Selama di Bratislava Noah gratis naik trem, bus, dan kereta. Bukan cuma gratis di Bratislava saja tapi juga gratis antar kota di Slowakia, bahkan ke negara tetangga. Bayangkan, saat naik kereta ke Austria, Ceko, dan Hungaria hanya saya dan Shannon saja yang harus beli tiket. Kurang enak apa itu coba?
8. Mudahnya main ke negara tetangga
Enaknya tinggal di Bratislava adalah bisa dengan cepat dan mudah main ke negara-negara tetangga seperti Austria, Ceko, dan Hungaria, yang hitungan jam pulang-perginya masih bisa dihitung jari. Harga tiket kereta untuk ke negara-negara tersebut juga sangat terjangkau. Seru kan, tiap akhir pekan bisa main ke negara tetangga? Hehe..
9. Harga-harga yang nggak bikin bangkrut
Percaya nggak, kalau di Bratislava masih ada kafe yang menjual kopi hanya sekitar €1-an saja. Bukan hanya satu, kami menemukan beberapa kafe di pusat kota dengan harga ini. Meski demikian harga kopi rata-rata di sini sekitar €2-4.
Hal lain yang juga cukup mengejutkan bagi saya adalah mudahnya menemukan toko pakaian dengan harga terjangkau. Sebut saja Primark, Pepco, dan Terranova (Outlet). Khusus di Terranova (yang outlet ya, bukan yang standar) saya pernah mendapatkan jaket winter tebal cuma seharga €4,99. Bayangkan, tidak sampai 100 ribu (dengan perhitungan €1 = Rp17.500). Aduh beneran mau nangis bisa dapat harga segitu. Haha..
Jadi kalau nanti ada yang bertanya lagi, “kenapa Bratislava?” Dengan pede saya akan menjawab, “kenapa tidak?”