Sujud Syukur di Kedutaan Besar Irlandia di Roma
Kalau saya menengok kembali ke belakang, sungguh luar biasa perjalanan yang harus saya tempuh untuk mendapatkan stiker di passport yang bisa membuat saya masuk ke Irlandia pada September 2013 lalu. Namun semua kehebohan tersebut, berujung pada satu keyakinan: If you really dream it, give your 100% effort of it, it will come true!
Irlandia tidak punya Kedutaan Besar di Jakarta. Namun, ada Konsulat Irlandia yang kantornya terletak di Pacific Place, Jakarta. Lewat konsulat inilah saya mengurus visa Irlandia. Dari Konsulat, semua berkas akan dikirim ke Kedutaan Besar Irlandia yang ada di Singapura. Karena itu, tidak heran bila pengurusan visa Irlandia bisa memakan waktu sekitar 4 minggu. Beda dengan pengurusan visa Schengen (melalui Kedutaan Besar Jerman di Jakarta) yang hanya makan waktu 4 hari kerja.
Setelah mengumpulkan semua berkas persyaratan visa Irlandia, saya menyerahkan langsung ke Konsulat Irlandia di Jakarta melalui Sekretaris Konsulat, Ibu Anna Frederika pada 25 Juni 2013. Awalnya saya sempat deg-degan saat akan menyerahkan dokumen ini. Mengira suasana akan seformal seperti mengurus visa Schengen. Ternyata tidak demikian. Pertemuan saya dengan Ibu Anna sangat santai dengan suasana akrab. Dari pertemuan ini, Ibu Anna bilang biasanya sudah ada kabar dalam 3 - 4 minggu.
Namun setelah melewati 4 minggu, belum ada kepastian juga apakah visa saya dan 2 orang teman perjalanan saya, Feny dan Mira ditolak atau tidak. Alhasil tiap minggu setelah itu, saya, Mira dan Feny terus bergantian menelpon Ibu Anna. Sampai tidak enak rasanya terus mengganggu beliau. Namun jawaban beliau tetap sama: belum ada kabar dari Irlandia.
Masa-masa ini sungguh menyiksa! Layaknya hubungan pacaran, ini namanya status gantung. Tidak tahu apakah akan lanjut atau putus. Lebih baik putus sekalian daripada gantung. Tidak ada yang lebih tidak enak daripada status yang tidak jelas bukan? Nah, kurang lebih itu yang saya rasakan.
Sampai akhirnya sekitar 1 minggu sebelum keberangkatan kami ke Eropa (dengan Berlin, Jerman sebagai tujuan pertama dan Dublin, Irlandia sebagai tujuan terakhir), saya dan Mira mendatangi kembali Ibu Anna di kantornya untuk meminta kejelasan. Namun jawaban tetap sama. Tapi dari pertemuan ini saya tahu bahwa bila ternyata visa saya keluar saat saya sudah ada di Eropa, saya bisa mengambilnya di Kedutaan Besar Irlandia yang ada di sana.
Dan ternyata, itulah yang terjadi. Pada 4 September 2013, tepat di hari ke-4 saya di Berlin, Jerman saya dapat kabar luar biasa indah, yaitu visa Irlandia saya, Feny dan Mira approved! Melayang rasanya! Seperti dapat pernyataan cinta dari gebetan yang selama ini sudah ditunggu-tunggu.
Tapi PR selanjutnya adalah di manakah saya bisa mengambil visa ini. Karena seperti yang diinfokan Ibu Anna, saya harus mengambil visa tersebut di kota yang memiliki Kedutaan Besar Irlandia, tidak bisa diambil di kota yang hanya memiliki Konsulat. Akhirnya setelah browsing sana-sini, menyesuaikan dengan jadwal EuroTrip saya dan berbalas email yang cukup sering dengan Konsulat Irlandia di Jakarta, kami sepakat, saya akan mengambil visa Irlandia tersebut di Roma, Italia. Saya sendiri yang akan mengambil visa tersebut, karena Feny dan Mira memutuskan tidak mau mengubah jadwal kepulangan yang sudah diatur berbeda.
Kantor (bagian pengurusan visa) Kedutaan Besar Irlandia di Roma |
Tanggal 11 September 2013, sebelum pukul 10 pagi, saya ditemani Feny sudah duduk manis di Kedutaan Besar Irlandia yang ada di Roma. Saat itu hanya ada kami yang "bertamu". Jadi tepat pukul 10 (waktu mereka mulai beroperasi), saya langsung dilayani. Namun ternyata drama belum selesai di situ. Sang petugas wanita yang menerima saya tidak tahu perihal kasus saya. Saya pun jelaskan panjang lebar kepadanya. Dalam hati saya sempat berkata, "Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini?"
Akhirnya setelah dia sempat menghilang ke dalam untuk memeriksa data saya, dia kembali sambil berkata kurang lebih seperti ini: "Kami sudah menerima data bahwa visa kamu sudah approved. Tapi kami tidak tahu bahwa kamu akan datang sekarang karena kami belum diberitahu oleh pihak Konsulat di Jakarta. Kapan kamu akan pergi dari Roma?" tanya dia.
"Saya akan pergi besok pagi," jawab saya lemas. Aduh! Kalau sampai saya tidak bisa mendapatkan visa itu sekarang, saya tidak tahu harus bagaimana lagi. Sang petugas wanita tersebut tampaknya memahami kekhawatiran saya. Mungkin terlihat dari wajah pucat saya saat itu.
"Tenang aja. Bagian tersulitnya sudah lewat, kok. Kamu sudah dapat visanya. Hanya saja kami butuh waktu untuk memprosesnya. Kamu bisa datang lagi hari ini jam 3 sore? Visa kamu bisa diambil sekitar jam segitu. Kalau tidak ada saya, kamu bisa mengambil ke teman saya yang bertugas nanti sore," ucapnya ramah sambil menyebutkan nama wanita lain untuk saya temui.
Lega rasanya mendengar perkataan wanita tersebut. Namun, tidak seberapa leganya ketika akhirnya saya datang kembali ke sana pukul 3 sore dan passport saya sudah ditempeli stiker visa Irlandia. Saya memandangi visa tersebut dengan rasa tidak percaya. Semua kerepotan dan kelelahan emosi itu akhirnya berbuah manis! Sungguh luar biasa manis!
Saya bisa melihat Feny ikut tersenyum lega melihat saya akhirnya mendapatkan visa itu. Setelah Feny pamit ke kamar kecil, saya menjejakkan lutut dan kening saya ke lantai, melakukan sujud syukur atas visa tersebut. Terima kasih ya Allah :)
Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
Baca Juga:
0 komentar