My Travel Stories

Lots of memories I can't keep, that's why I write.

Powered by Blogger.
  • Home
  • Indonesia
  • Asia
  • Australia
  • Eropa
  • Amerika
  • Travel Tips
  • Itinerary
  • Portfolio
Kalau diingat lagi, saya suka merasa bersalah terhadap tindakan yang saya lakukan ini. Tapi kalau saat itu saya disalahkan, saya akan membela diri dengan berkata bahwa itu adalah salah satu reaksi spontan dari pertahanan diri.

Tiga tahun lalu, tepat di bulan Oktober 2011, saya jalan-jalan ke Hong Kong. Salah satu destinasi yang saya kunjungi saat itu adalah Hong Kong Disneyland. Untuk permainannya sendiri, tidak ada yang membuat saya terkesima. Karena rata-rata permainannya sama dengan theme park kebanyakan. 

Namun saya harus akui bahwa desain interior di sini luar biasa bagus. Salah satunya adalah castle yang membuat saya merasa ada di dunia dongeng. Belum lagi dengan penampilan Disney Princesses yang memperkuat hal itu. Lalu ada juga rumah-rumah dengan desain imut warna-warni, kepala Mickey Mouse dalam bentuk taman dan banyak lagi bentuk-bentuk menarik lain dari theme park ini yang membuatnya tampak photogenic.  

 Ini setting kuburan untuk menyambut Halloween

Nah, kebetulan saat itu saya datang di akhir Oktober di mana dekat sekali dengan perayaan Halloween. Disneyland pun disulap dengan suasana horor. Bayangkan saja, ada komplek kuburan besar berada di depan Disney castle. Selain itu, ada labu kuning yang menjadi simbol Halloween yang tersebar di beberapa titik Disneyland. Jarang melihat hiasan seperti ini, saya pun beberapa kali mengambil foto.

Bila saat matahari masih bersinar, saya terkagum-kagum dengan semua hiasan Halloween ini. Beda ceritanya ketika malam tiba. Pasalnya, di malam itu tiba-tiba banyak hantu-hantu bermunculan. Bukan hantu sungguhan, sih. Tapi orang-orang yang berpakaian hantu. Hantu-hantu ini menakut-nakuti tiap orang yang berlalulalang di dekatnya. 

Karena termasuk orang yang penakut, saya sebisa mungkin menghindari hantu-hantu jadi-jadian ini. Sampai suatu ketika, saat saya sedang asyik melihat barang-barang yang terpanjang di etalase toko, saya tidak sadar ada hantu bergentayangan di sekitar saya. Tahu-tahu saat saya menegakkan kepala, hantu ini sudah berada di depan saya. Dia pun memberikan ekspresi menakutkan tepat di depan wajah saya.

Kaget luar biasa, saya langsung lari tunggang langgang meninggalkan hantu tersebut. Saya berlari sambil sesekali menengok ke arah hantu tersebut. Berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa hantu itu tidak mengejar saya. Saya melihat si hantu terdiam, tidak mengejar saya. Saat saya mulai memelankan langkah, apa yang terjadi berikutnya membuat jantung saya nyaris berhenti.

Tepat ketika saya menengokkan kepala ke depan, setelah sebelumnya kepala saya menengok ke belakang, ke arah hantu yang tadi menakuti saya, tubuh saya nyaris menabrak sosok lain, yang tidak lain dan tidak bukan adalah... hantu! Hantu ini berada amat sangat dekat dengan saya. Wajah kami beradu pandang. Tepat saat saya menunjukkan ekspresi luar biasa kaget, dia menunjukkan ekspresi luar biasa menakutkan dengan membelalakkan matanya yang dipenuhi makeup hitam. 

Saya pun otomatis berteriak kaget. Dan selanjutnya, tangan saya seolah bergerak sendiri. Botol air mineral yang ada dalam genggaman saya melayang ke arah si hantu. Yap, saya memukul si hantu dengan botol air mineral tersebut. Setelah 2 atau 3 kali pukulan, saya kemudian berlari meninggalkan hantu tersebut. Masih dengan irama jantung yang bergerak cepat. 

Sambil berlari, saya masih sempat melihat si hantu. Dia terdiam tidak melakukan apa-apa. Di wajahnya tergambar ekspresi kaget. Saya menyesal, tapi ya maaf, namanya juga reaksi spontan.

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie


YouTube: yanilauwoie

Blog Sebelumnya:
  • Foto Seharga 1,5 Juta di Korea Selatan
  • TripLampung Selatan Publish di Majalah Reader's Digest Indonesia Edisi Oktober 2014
  • TurisIndonesia Terkenal Tukang Pipis di Korea Selatan
Kejadian ini sudah lama saya alami. Tepatnya pada November 2012 lalu saat saya ditugaskan oleh kantor untuk meliput tempat-tempat wisata di Korea Selatan selama seminggu. Namun tiap kali saya melihat foto-foto saya di Korea Selatan, saya selalu teringat kejadian ini.

Saat ke Korea Selatan, saya ikut dengan rombongan WITA Tour. Di sana, kami mendapat pemandu orang lokal yang fasih berbahasa Indonesia karena pernah tinggal belasan tahun di Indonesia, bernama Mr. Danny Ryu. Suatu hari (kalau tidak salah, hari ke-2 di Korea), Mr. Danny memperkenalkan seorang pemuda bernama Jun. “Mr. Jun ini akan membantu untuk ambil foto,” begitu kata Mr. Danny.

Dengan penjelasan tersebut, saya berpikir dia adalah bagian dari panitia pemandu wisata kami yang bertugas sebagai seksi dokumentasi. Dugaan saya makin kuat melihat kesigapan Jun saat mengambil gambar. Sebentar-sebentar dia memotret kami. Bahkan, tanpa kami minta pun, Jun selalu siaga memotret. Saya pun pernah meminta tolong kepada Jun untuk mengambilkan gambar saya dengan kamera saya. Namun Jun menolak dan lebih memilih mengambil gambar saya dengan kameranya. Saya berpikir, oh mungkin nanti di akhir trip ini saya tinggal kopi foto-foto itu dari Jun.

Namun pemikiran itu langsung buyar di saat kami dalam perjalanan menuju Bandara untuk penerbangan dari Seoul ke Jeju. Mr. Danny mengumumkan bahwa Jun telah mencetak foto-foto yang dia ambil di trip ini. Dan kami hanya perlu mengganti biaya cetaknya seharga 5.000 Won per lembar. Mr. Danny menambahkan bahwa Jun melakukan ini sebagai pekerjaan sampingan untuk membiayai kuliahnya. 

Jun sedang bayar tiket masuk Gyeongbok Palace untuk seluruh peserta tur.

Deg! Saya kaget dengan pengumuman tersebut. Berusaha menghitung berapa banyak foto saya yang ada pada Jun selama dua hari dia mengikuti kami. Saya tahu bukan hanya saya saja yang kaget mendengar berita ini. Peserta tur lainnya juga demikian. Karena itu, selanjutnya Mr. Danny bilang bahwa kami tidak wajib membeli semuanya. Silakan beli hanya yang kami suka saja. Saya meminta kepastian dari Willy, pemandu dari WITA Tour. Willy pun bilang hal yang sama bahwa ini tidak dipaksakan. Kalau tidak mau beli juga tidak apa-apa.

Selanjutnya, Jun berkeliling di dalam bus. Membagikan foto-foto kepada seluruh peserta tur. Jun memberikan setumpuk foto kepada saya. Masing-masing foto tersemat manis dalam tatakan karton yang kemudian seluruhnya dijadikan dalam satu bundel rapi. Saya menghitung jumlah foto-foto ukuran 5R tersebut. Dalam hati berdoa agar jumlahnya tidak terlalu banyak. Dan begitu mengetahui jumlahnya ada 32 lembar, saya langsung lemas. Kalau dihitung dalam rupiah, harganya sekitar 1,5 juta.

Saat itu juga ada perang di hati saya. Di satu sisi, saya tidak tega dengan Jun yang sudah mencetak foto sebanyak itu. Apalagi tujuan dia adalah untuk mengumpulkan biaya kuliah. Tapi di sisi lain, ini adalah sesuatu di luar rencana saya. Saya tidak menyediakan dana untuk ini. Setelah menimbang-nimbang, dengan berat hati saya hanya membeli 4 lembar foto dari Jun. Sisanya saya kembalikan kepadanya dengan perasaan bersalah. “Maaf,” kata itu keluar dari mulut saya. “Tidak apa-apa,” balas Jun yang membuat saya merasa makin bersalah.

Ah, seandainya saja saya diberitahukan dari awal bahwa ada konsekuensi dari potretan-potretan Jun, tentu saya akan memperhitungkan tiap potretan yang Jun lakukan kepada saya.

I’m sorry Jun…

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie


YouTube: yanilauwoie

Baca Juga:

  • Turis Indonesia Terkenal Tukang Pipis di Korea Selatan
  • Melihat Salju di Korea Selatan
Blog Sebelumnya:

  • Trip Lampung Selatang Publish di Majalah Reader’s Digest Indonesia Edisi Oktober 2014
  • Turis Indonesia Terkenal Tukang Pipis di Korea Selatan
  • Penginapan di Barcelona Spanyol: Hotel Sidorme Barcelona – Mollet
  • Penginapan di Berlin, Jerman: ONE80º Hostels
Jalan-jalannya sudah agak lama tapi tetap saja exciting melihat tulisan ini bisa tayang di majalah Reader’s Digest Indonesia :)

Ps: terima kasih Kak Danya “Nemo” untuk foto underwaternya :*




Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie

Blog Sebelumnya:
  • Turis Indonesia Terkenal Tukang Pipis di Korea Selatan
  • Penginapan di Barcelona, Spanyol: Hotel Sidorme Barcelona - Mollet
  • Penginapan di Berlin, Jerman: ONE80º Hostels
  • Penginapan di Paris, Prancis: City Résidence Marne-La-Vallée-Bry-Sur-Marne
Newer Posts Older Posts Home

My Travel Book

My Travel Book
Baca yuk, kisah perjalanan saya di 20 negara!

My Travel Videos

Connect with Me

Total Pageviews

Categories

Amerika Serikat Australia Belanda Belgia Ceko Denmark Hong Kong Indonesia Inggris Irlandia Italia Jepang Jerman Korea Selatan Macau Malaysia Prancis Singapura Skotlandia Spanyol Thailand Vietnam

Blog Archive

  • ►  2025 (4)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2024 (12)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2023 (7)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  October (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2021 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (51)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (5)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (10)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2018 (30)
    • ►  December (8)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (60)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (5)
    • ►  September (8)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (8)
    • ►  April (9)
    • ►  March (2)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2016 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (3)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (4)
    • ►  February (4)
    • ►  January (6)
  • ►  2015 (51)
    • ►  December (7)
    • ►  November (4)
    • ►  October (3)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (3)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ▼  2014 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (1)
    • ▼  October (3)
      • Memukul Hantu di Hong Kong
      • Foto Seharga 1,5 Juta di Korea Selatan
      • Trip Lampung Selatan Publish di Majalah Reader's D...
    • ►  September (2)
    • ►  August (6)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (5)
    • ►  April (4)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (6)
  • ►  2013 (13)
    • ►  December (5)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)

Search a Best Deal Hotel

Booking.com

Translate

Booking.com

FOLLOW ME @ INSTAGRAM

Most Read

  • 10 Info Tentang Kartu Myki, Alat Bayar Transportasi di Melbourne, Australia
  • 6 Rekomendasi Oleh-oleh dari Edinburgh, Skotlandia dan Kisaran Harganya
  • 8 Tip Naik Tram di Melbourne, Australia
  • My 2018 Highlights

About Me

Hi, I'm Yani. I have 15 years experience working in the media industry. Despite my ability to write various topics, my biggest passion is to write travel stories. By writing travel stories, I combine my two favourite things; travelling and writing. All the content in this blog are mine otherwise is stated. Feel free to contact me if you have questions or collaboration proposal :)

Contact Me

Name

Email *

Message *

Copyright © 2016 My Travel Stories. Created by OddThemes & VineThemes