My Travel Stories

Lots of memories I can't keep, that's why I write.

Powered by Blogger.
  • Home
  • Indonesia
  • Asia
  • Australia
  • Eropa
  • Amerika
  • Travel Tips
  • Itinerary
  • Portfolio

Sebenarnya sudah lama saya tahu tentang Direct Factory Outlet (DFO) yang menjual barang-barang branded asli harga murah di Melbourne, Australia. Tapi baru kemarin saya akhirnya mengunjungi shopping centre yang terletak di 20 Convention Centre Pl, South Wharf ini. Saya pun sukses ternganga dengan barang-barang branded yang dijual di sini dengan harga sangat miring.

Bayangkan saja, sepatu Skechers Go Walk  (model slip on) yang harga normalnya mendekati atau bahkan di atas 1 jutaan. Di sini, bisa ditemukan dengan harga 29 AUD, 39 AUD, 59 AUD, 69 AUD, dan 79 AUD. Ada juga model sneakers yang dijual mulai dari 49 AUD. Itu berarti harga yang paling murah nggak sampai 300 ribu rupiah (dengan asumsi 1 AUD = Rp10.000). Saya sampai mau menangis melihatnya. Hahahaha. Soalnya Skechers adalah salah satu merk sepatu favorit saya. 

Keluar dari toko Skechers, saya masuk ke toko Levi's. Di sini juga gila banget banting harganya. Levi's Slim Fit 505 C dijual dengan harga hanya 19 AUD dari harga asli 139 AUD. Selain itu, ada juga Levi's Super Skinny untuk perempuan, dijual dengan harga 39 AUD. Celana regular untuk pria harganya juga sama. Kalau saya perhatikan celana-celana yang dijual dengan harga 39 AUD adalah yang stok barangnya masih banyak sedangkan yang 19 AUD benar-benar barang penghabisan. 

Baca Juga: Barang-barang branded harga murah di Australia juga bisa ditemukan di toko-toko ini.

Pengen dibawa pulang semua nggak, sih? ;p

Saya juga sempat masuk ke toko Cotton On. Brand asal Australia ini juga parah dalam memberikan potongan harga. Gimana nggak? Masa ada T-shirt dan Tank top yang dijual dengan harga 2 AUD saja! Selain itu, flat sandals Rubi (brand ini satu grup dengan Cotton On) dijual dengan harga 10 AUD untuk tiga sandal. Ada juga sneakers yang harganya cuma 5 AUD. Ya ampun harga-harga ini sama seperti sandal-sandal dan sepatu-sepatu yang dijual di ITC-ITC Jakarta tapi dengan kualitas yang lebih bagus. Saya sampai galau memilih sneakers yang mana yang mau dibeli.

Brand-brand yang terkenal di kalangan surfer seperti Billabong dan Rip Curl juga memberikan promosi harga yang susah ditolak. Alhasil saya pun sukses membeli tiga pieces bikini begitu keluar dari toko Rip Curl. Dua top dan satu bottom. Sebenarnya saya hanya butuh satu top dan satu bottom saja alias sepasang tapi kalau saya beli sepasang harganya adalah 20 AUD. Masing-masing top dan bottom harganya 10 AUD (Ini sudah harga diskon. Harga awalnya top 49,99 AUD dan bottom 39,99 AUD). Sedangkan kalau saya beli tiga pieces harga totalnya menjadi 15 AUD. Ya akhirnya saya beli tiga pieces, deh. Walaupun top yang satu lagi nggak ada pasanganya, yang penting dapat harga lebih murah. Hahahaha. 

Baca Juga: Tempat Belanja Murah di Melbourne, Australia

Selain brand-brand tersebut, di sini terdapat juga toko adidas, Nike, Fila, Converse, Puma, Nine West, dan sederet toko barang branded lainnya. Semuanya berlomba-lomba memberikan potongan harga. Tidak perlu menunggu musim sale, di sini pasti akan ada barang-barang yang di-sale. Tapi barang-barang yang harganya dipotong sangat besar tentunya adalah barang-barang stok lama. Jangan harapkan bisa mendapatkan potongan harga untuk barang keluaran baru.


Sempat galau mau beli yang mana, akhirnya saya bawa pulang si ungu

Tapi bagi saya sih, nggak masalah mau stok lama ataupun baru, yang penting asli, kualitasnya bagus dan dipakainya enak. Seperti sneakers ungu Rubi yang saya beli kemarin. Meskipun harganya cuma 5 AUD tapi nyaman dipakai. Saya sudah membuktikannya dengan memakainya seharian ini untuk jalan-jalan.  

FYI, DFO South Wharf ini akan menggelar Big Brand Sale pada 9 - 12 Juni 2017. Tanpa event sale saja harganya sudah miring. Saya nggak bisa bayangkan harganya akan semiring apa lagi pada Juni nanti. Tapi yang pasti, saya wajib hadir di situ. Hahahaha. 



Update 13 Juni 2017: Saya kembali mengunjungi DFO South Wharf pada event Big Brand Sale. Yang saya lihat memang ada toko-toko yang memberlakukan tambahan sale pada event tersebut. Di antaranya adalah Converse yang menawarkan diskon 50% untuk pembelian kedua, Swatch yang memberikan diskon mulai dari 40 sampai 80%, dan Fossil yang memberikan diskon 60% untuk seluruh barang di tokonya, bahkan ada yang diskonnya 70%. Karena saya memang mencari jam tangan, alhasil saya membeli jam tangan Fossil dengan diskon 60%. Senang :)

Baca Juga: Ingin Belanja Barang-barang Branded Harga Murah di Melbourne? Datang ke Spencer Outlet Centre

Booking.com

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • 5 Penyebab Visa Ditolak
  • Mudahnya Membuka Rekening Bank Australia Bagi Turis atau Pemilik Visa Visitor
  • Nonton di Bioskop di Australia, Nggak Ada Nomor Kursinya
  • Belajar Masak di Australia: Resep Spicy Tuna Spaghetti



Foto Ilustrasi: Pixabay

Berniat bepergian ke negara yang mewajibkan visa? Sebelum mengajukan visa, baca dulu lima alasan yang menyebabkan visa ditolak berikut ini. Jangan lakukan ini bila ingin visa disetujui.

1. Dana tidak mencukupi untuk membiayai perjalanan. Banyak yang bertanya berapa sebenarnya jumlah tabungan yang harus dimiliki agar visa disetujui? Tidak ada jawaban yang pasti untuk pertanyaan ini, kecuali hal tersebut sudah disebutkan dengan jelas dalam syarat pengajuan visa. Logikanya, dana kita harus mencukupi untuk kebutuhan perjalanan. Mencukupi untuk biaya konsumsi, transportasi, akomodasi, hiburan (termasuk semua tiket masuk ke tempat wisata), dan keperluan tak terduga. Pastikan dana mencukupi untuk ini semua atau visa akan ditolak. Tentu hal ini bisa diabaikan bila kita mendapat undangan atau sponsor.

2. Mengisi rekening tabungan dadakan. Bila salah satu syarat dari membuat visa adalah bukti keuangan yang mencukupi, tidak sedikit orang yang berlomba-lomba mengisi rekening tabungannya sebanyak mungkin. Banyak cara yang dilakukan, mulai dari meminjam uang ke kerabat atau memindahkan dana dari satu rekening ke rekening lain. Berpikiran untuk melakukan hal yang sama? Eits, harus hati-hati. Selain melihat jumlah tabungan, pihak kedutaan juga melihat kewajaran aktivitas tabungan. Misalnya setiap bulan transaksi dana kita di sekitaran Rp 5 – 10 juta, tiba-tiba di waktu tertentu ada transferan dana sebesar Rp 50 juta. Ini otomatis akan menimbulkan kecurigaan.

3. Dicurigai tidak akan kembali ke negara asal. Tiap negara tentu tidak ingin bila ada imigran gelap yang tinggal di negaranya. Karena itu, tiap kali ada yang mengajukan visa, salah satu hal yang akan diselidiki oleh mereka adalah apakah orang tersebut akan kembali ke negara asalnya atau justru tidak akan pulang dan menjadi penduduk gelap. Bila dokumen kita dianggap kurang meyakinkan bahwa kita akan pulang ke Indonesia, pihak kedutaan bisa langsung mencoret kita dari daftar pelamar visa.

4. Tidak memenuhi semua persyaratan yang diminta. Masing-masing negara memiliki syarat yang berbeda-beda. Pastikan kita mengikuti semua syarat yang diminta. Bikin daftar check list agar tidak kelewatan satu hal pun. Ada kedutaan yang masih berbaik hati meminta untuk mengumpulkan syarat yang kurang namun ada juga yang langsung menolak lamaran visa begitu tidak mengikuti semua syaratnya. Jadi jangan ambil risiko.

5. Memalsukan dokumen. “Ah mana mungkin dicek,” adalah pemikiran yang harus dihindari. Kedutaan memiliki akses ke banyak hal, termasuk ke dokumen-dokumen yang dikirimkan oleh para pelamar visa.

Tulisan saya ini sebelumnya telah diterbitkan di situs WomanTalk.

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Mudahnya Membuka Rekening Bank Australia Bagi Turis atau Pemilik Visa Visitor
  • Nonton di Bioskop di Australia, Nggak Ada Nomor Kursinya
  • Belajar Masak di Australia: Resep Spicy Tuna Spaghetti
  • Shinbashi Yakiniku, Restoran Japanesse Barbecue Enak di Melbourne, Australia


Foto Ilustrasi: Pixabay

"Bisakah pemilik visa visitor membuka rekening bank di Australia?" "Kira-kira sulit nggak ya, membuka rekening bank di Australia bagi pemilik visa visitor atau turis?" Pertanyan-pertanyaan tersebut sempat terbersit di benak saya. Dan ternyata jawabannya adalah bisa dan tidak sulit bagi turis membuka rekening bank di Australia. Berikut pengalaman saya.

Awalnya saya tidak berpikir untuk membuka rekening bank di Australia. Tapi mengingat saya akan lama di sini, rasanya sangat masuk akal bila saya memiliki rekening bank Australia. Hal ini tentunya untuk mempermudah saya melakukan transaksi serta menjaga keamanan dibandingkan memegang uang tunai yang tidak sedikit jumlahnya. 

Setelah menimbang-nimbang, saya memutuskan untuk membuka rekening di Commonwealth Bank (CommBank) of Australia. Alasannya? Saya familiar dengan bank ini. Meskipun belum pernah memiliki rekening bank ini, tapi saya tahu CommBank ada di Indonesia dan beberapa negara lainnya. Saya pikir ini akan mempermudah saya di perjalanan-perjalanan saya yang akan datang.

Setelah yakin dengan bank yang saya tuju, saya pun mendatangi salah satu cabangnya yang ada di 385 Bourke Street, Melbourne. Posisinya ada di sebrang H&M Store. Begitu masuk ke dalam bank, saya disambut petugas wanita yang menanyakan tujuan saya. Kemudian dia mencatat nama saya dan meminta saya menunggu di kursi."Tunggu sampai namamu dipanggil, ya," katanya ramah.

Sekitar 10 menit menunggu, datang seorang pria menghampiri saya. Dia pun kemudian mengajak saya menuju mejanya. Sampai di mejanya, dia meminta passport saya dan menanyakan beberapa pertanyaan kepada saya, di antaranya sudah berapa lama dan apa yang dilakukan di Melbourne. Saya pun menjelaskan bahwa saat ini saya sedang mengambil English Short Course. "Jadi kamu pelajar, ya?" tegasnya. "Tapi visa saya bukan visa pelajar. Visa saya visa visitor," jawab saya. "Oh, nggak masalah, kok," katanya.

Sekedar info, saya pemilik visa visitor dengan subclass 600. Visa ini memperbolehkan saya untuk belajar selama maksimal 3 bulan. 

Pria yang bernama Moe ini kemudian meminta saya menunjukkan visa saya. Saya pun menyodorkan kepadanya handphone saya, karena di situlah visa elektronik saya tersimpan. Moe lalu mencatat masa berlaku visa saya di secarik kertas dan meminta saya menuliskan alamat tinggal di Australia, nomor telepon di Australia, dan alamat email saya.

Selanjutnya dia meminta saya mengunduh aplikasi CommBank dari play store. Sambil menunggu saya mengunduh, Moe memasukkan semua data yang dimintanya dan data dari passport saya ke komputernya. 

Selesai proses tersebut, dia menjelaskan kepada saya bahwa dia membukakan 2 rekening untuk saya, yaitu Smart Access dan NetBank Saver. Bedanya apa? Smart Access adalah rekening untuk digunakan sehari-hari, seperti tarik tunai, transfer, dan sebagainya. Rekening ini tidak berbunga dan memiliki biaya bulanan 4 AUD per bulan (namun ada beberapa ketentuan yang bisa membuat kita bebas iuran ini, termasuk salah satunya bila status kita adalah pelajar). Sedangkan NetBank Saver adalah rekening untuk investasi karena memiliki bunga dan tidak dikenakan biaya bulanan. 

Strateginya adalah simpan uang di NetBank Saver dan hanya menstransfernya ke Smart Access ketika kita membutuhkannya saja. Transfer antara kedua rekening ini gratis dan sangat mudah karena bisa dilakukan dalam satu aplikasi. 

Selain bisa transfer untuk kedua rekening, Moe juga menjelaskan fitur-fitur lain dalam aplikasi CommBank. Termasuk mengaktifkan kartu ATM. "Kartu ATM kamu akan jadi dalam empat hari kerja. Seharusnya bisa kamu terima di hari Jumat atau paling lambat hari Senin," jelasnya.

Namun ketika menunggu kartu ATM jadi, selama aplikasi CommBank saya sudah aktif, saya tetap bisa melakukan transfer, menerima transferan, atau mengambil uang melalui mesin ATM meskipun tanpa kartu. "Nanti di mesin ATM pilih saja cardless. Kemudian mesin akan mengirimkan kode dan kamu harus memasukkan kode tersebut ke mesin ATM," jelasnya. 
  
Tahap terakhir yang ditunjukkan Moe kepada saya adalah cara men-deposit atau melakukan setoran ke rekening Smart Access melalui sebuah mesin yang ada di dekat mejanya. Selesai disetor, Moe meminta saya melihat aplikasi CommBank saya. Voila, sejumlah uang yang saya setor sudah tercatat di sana. 

Semua proses yang saya lakukan bersama Moe membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Keluar dari bank, rekening saya sudah aktif. Dan, hari Jum'at, 12 Mei 2017, kartu ATM sudah sampai di alamat yang saya berikan. Di dalam kartu tersebut terdapat surat yang menjelaskan tiga pilihan mengaktifkan kartu ATM, yaitu melalui website, telepon ke costumer care, atau melalui aplikasi CommBank. Saya memilih melalui aplikasi CommBank dan hanya dalam waktu 1 menit, kartu ATM saya sudah aktif. Hore!

Ternyata sangat mudah bagi turis membuka rekening bank di Australia. Syaratnya hanya perlu 5 hal berikut:
  1. Passport
  2. Visa yang masih berlaku
  3. Alamat tempat tinggal di Australia
  4. Nomor telepon Australia (saya pakai nomor handphone)
  5. Email pribadi
Sekarang tinggal bagaimana cara mengisi rekeningnya, nih. ;p

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Nonton di Bioskop di Australia, Nggak Ada Nomor Kursinya
  • Belajar Masak di Australia: Resep Spicy Tuna Spaghetti
  • Shinbashi Yakiniku, Restoran Japanesse Barbecue Enak di Melbourne, Australia
  • Leisurelink, Kolam Renang Umum Bagus dan Murah di Geelong, Victoria, Australia

Pada 27 April 2017 saya menonton film Guardians of The Galaxy Vol. 2 di bioskop Village Cinemas di 194-200 Ryrie St, Geelong, Victoria, Australia. Saya tidak akan menceritakan bagaimana atau kenapa saya suka dengan film tersebut. Saya lebih tertarik untuk menceritakan bioskopnya.

Layaknya seperti bioskop-bioskop di Indonesia, di sini juga terdapat counter tiket meskipun bisa juga membeli tiket secara online. Setelah membeli tiket di counter tiket, saya mengikuti arahan Trav untuk masuk ke theater 8. Karena saya tidak memegang tiket, jadi saya tidak tahu di mana posisi kami harus duduk. Saya mulai heran, ketika Trav bilang, "Di sini kayaknya oke," kata dia sambil masuk ke dalam barisan tengah. Saya bingung melihat Trav yang memilih duduk berdasarkan lokasi yang disukainya. Memangnya kita bisa duduk seenaknya?

Setelah duduk, saya pun mulai menoleh kiri kanan dan memperhatikan kursi-kursi yang ada di sekitar saya. Tidak ada nomornya. Wah, jadi ini bioskop free seating, ya? "Namanya unallocated seating," kata Trav. Kebalikan dari allocated seating, di mana nomor kursi sudah ditentukan. 

Saya kaget mendengar perkataan Trav karena saya tidak familiar dengan konsep unallocated seating untuk bioskop. Tiap kali saya nonton di 21, XXI, atau Blitzmegaplex di Indonesia selalu ada nomor kursinya dan penonton harus duduk di kursi dengan nomor yang sama yang tertera di tiketnya. Kecuali saya menonton film di acara nonton bareng yang diadakan oleh kantor atau nonton film karena undangan preview atau premiere untuk media massa, duduknya baru bisa bebas.

Dengan konsep unallocated seating ini, siapa cepat dia dapat posisi duduk terbaik yang diinginkan. Sebenarnya ketentuan siapa cepat dia dapat ini sama saja sih, diterapkan di bioskop allocated seating karena toh, ketika kita paling cepat datang ke bioskop dan membeli tiket kita bisa memilih posisi atau nomor kursi terbaik yang kita mau. Lalu di mana bedanya?

Bedanya adalah ketika kita sudah memegang tiket dengan nomor kursi tertentu kita tidak perlu terburu-buru masuk ke dalam theater. Kita bisa masuk sangat mepet ketika film mau diputar. Toh kursi kita tidak akan ada yang mengambil. Nah, untuk unallocated seating tidak demikian. Kita harus cepat masuk ke dalam theater untuk mengamankan posisi strategis. 



Situasi ini dimanfaatkan oleh pihak bioskop untuk menayangkan sebanyak mungkin iklan. Contohnya ketika saya menonton Guardian of the Galaxy Vol. 2. Tertulis di jadwal, film tersebut diputar pukul 17.30 tapi nyatanya film baru diputar pada pukul 18.00. 30 menit sebelumnya diisi oleh iklan. Benar-benar iklan non stop selama 30 menit!

Mungkin untuk orang-orang yang sering menonton sudah tahu dengan adanya penayangan iklan ini. Mereka tahu bahwa film tidak akan diputar tepat seperti yang tertulis di jadwal. Tapi dengan adanya konsep unallocated seating, penonton tidak mau mengambil risiko datang mepet dan berakhir dengan duduk di kursi paling depan. Saya saja malas kalau disuruh nonton di kursi paling depan. Lebih baik nonton iklan deh, selama 30 menit daripada leher pegal karena mendongak.   

Lalu apakah saat itu banyak orang yang menonton film Guardians of The Galaxy Vol. 2 dan membuat theater penuh? Jawabannya tidak! Yang menonton hanya ada 10 orang termasuk rombongan saya yang berjumlah 4 orang. Padahal tersedia 188 kursi. Mungkin tipe filmnya bukan yang digemari oleh orang-orang Geelong atau memang orang-orang Geelong nggak suka nonton. 

Fakta tersebut tidak mengubah pemikiran saya bahwa bioskop ini cerdas memanfaatkan konsep unallocated seating untuk menambah pemasukan melalui iklan dengan memainkan psikologi orang yang ingin datang cepat ke bioskop demi mendapatkan posisi duduk terbaik. 

Tapi tidak semua bioskop di Australia menggunakan konsep unallocated seating, ya. Saya pernah nonton di bioskop Imax Melbourne yang merupakan bioskop dengan layar terbesar ke-3 di dunia, konsep duduknya menggunakan allocated seating. 

Saya nggak tahu deh, di Indonesia. Adakah yang pernah menonton di bioskop dengan unallocated seating? Mau dong, di-share pengalamannya.. :)

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Belajar Masak di Australia: Resep Spicy Tuna Spaghetti
  • Shinbashi Yakiniku, Restoran Japanesse Barbecue Enak di Melbourne, Australia
  • Leisurelink, Kolam Renang Umum Bagus dan Murah di Geelong, Victoria, Australia
  • Masuk Bandara Internasional Melbourne Passport Tidak Lagi Dicap
Spicy Tuna Spaghetti

Dulu Trav pernah bilang sama saya yang kurang lebih begini, "Kalau memang suka banget sama suatu makanan, kenapa nggak coba bikin sendiri?" 

Saya tidak terlalu menganggap perkataannya karena menurut saya lebih praktis dan murah bila makan di luar daripada masak untuk seorang diri. 

Ketika itu saya masih tinggal di Jakarta di mana dengan uang Rp20.000 sudah bisa makan nasi, ayam, dan lalapan. 

Nah, sekarang saya nggak bisa lagi tuh, berpendapat sama karena makan di luar di Melbourne, terutama makanan Asia harganya tidak semurah di Jakarta. Jadi, saya harus membiasakan diri untuk masak. 

PR banget sih, untuk saya yang bisa dibilang hampir tidak pernah menyentuh dapur. Karena itu, saya putuskan untuk mencatat percobaan-percobaan masak saya di blog ini. Biar sekalian ada contekan kalau di kemudian hari lupa resepnya. 

Resep pertama yang saya catat adalah resep Spicy Tuna Spaghetti yang saya praktikkan tadi siang. Setelah browsing sana-sini, ini resep improvisasi saya:

Bahan Membuat Spicy Tuna Spaghetti:
  • 125 gram Spaghetti. Saya pakai merk Woolworths
  • Tuna chilli kaleng. Saya pakai merk Woolworths
  • 2 cabai merah (chilli) ukuran agak besar dipotong kecil-kecil.
  • 2 siung bawang putih (garlic) dicincang.
  • 1/2 buah tomat merah (tomato) dipotong kotak-kotak kecil. Buang bagian dalamnya.
  • Garam (salt) secukupnya. Saya pakai jenis iodised merk Stonemill
  • Lada hitam (black pepper grinder) secukupnya. Saya pakai merk Stonemill
  • Keju tabur parmesan (parmesan cheese) secukupnya. Saya pakai merk Woolworths
  • Margarin 2 sendok makan. Saya pakai Sunflower Spread merk Sunny Vale


Harga Bahan Membuat Spicy Tuna Spaghetti:
  • 500 gram Spaghetti Woolworths: 65 cent (untuk 4 porsi)
  • Tuna chilli kaleng Woolworths: 80 cent (untuk 1 porsi)
  • Cabai merah (untuk 2 porsi), tomat (untuk 2 porsi), bawang putih (untuk 4 porsi): 2.44 AUD
  • 750 gram Garam Stonemill: 1.34 AUD (bisa dipakai lagi)
  • Lada hitam Stonemill: 2.69 AUD (bisa dipakai lagi)
  • Keju tabur parmesan (parmesan cheese) Woolworths: 1.60 AUD (bisa dipakai lagi)
  • 500 gram Margarin Sunflower Spread Sunny Vale: 1.49 AUD (bisa dipakai lagi)

Cara Membuat Spicy Tuna Spaghetti:
A. Spaghetti
  1. Masukkan air, garam, dan lada hitam secukupnya ke dalam panci. Kemudian didihkan.
  2. Masukkan spaghetti ke dalam rebusan air mendidih. Untuk membuat spaghetti bisa masuk seutuhnya ke dalam panci, jangan dipatahkan. Biarkan 1 menit sampai sisi yang di dalam panci agak lunak, kemudian dorong sisanya yang belum terkena air agar masuk ke dalam panci seluruhnya.
  3. Masak dengan tingkat kematangan sesuai selera. Di kemasan spaghetti disebutkan kira-kira 12 menit. Sementara saya memasaknya sekitar 25 menit. Saya sempat menggigit spaghetti beberapa kali sampai akhirnya mendapatkan tingkat kematangan yang saya mau.
  4. Tiriskan spaghetti.

B. Spicy Tuna
  1. Masukkan 2 sendok makan margarin.
  2. Masukkan bawang putih, aduk-aduk sebentar, kemudian masukkan cabai merah, aduk-aduk lagi, lalu masukkan tuna chilli. Tambahkan garam dan lada hitam sekucupnya, lalu aduk rata.
  3. Setelah semuanya terlihat campur baur, masukkan spaghetti, aduk rata. Kemudian tambahkan lagi garam dan lada hitam, aduk rata.
  4. Masukkan potongan-potongan tomat, aduk sebentar, lalu angkat. Jangan memasak tomat terlalu lama karena nanti terlihat kuyu.
  5. Letakkan Spicy Tuna Spaghetti pada piring dan taburi keju parmesan secukupnya sesuai selera.

Bagaimana rasanya? Tanpa bermaksud menyombong, hahahaha, rasanya cukup bersaing dengan Spicy Tuna Spaghetti yang biasa saya makan di restoran-restoran di Jakarta.

Gurihnya tuna berasa, pedasnya juga lumayan (meski saya berharap bisa lebih pedas), asin dan gurih dari keju parmesan juga cukup pas mengimbangi segar asam dari tomat.

Kalaupun ada yang ingin saya sempurnakan adalah membuat spaghettinya agak berminyak, tidak terlalu kering.

Namun secara keseluruhan saya cukup puas dan bangga dengan percobaan pertama saya dalam membuat spaghetti :)

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Shinbashi Yakiniku, Restoran Japanesse Barbecue Enak di Melbourne, Australia
  • Leisurelink, Kolam Renang Umum Bagus dan Murah di Geelong, Victoria, Australia
  • Masuk Bandara Internasional Melbourne Passport Tidak Lagi Dicap
  • Hopetoun Tea Rooms, Tempat Minum Teh dan Makan Kue Enak yang Cantik di Melbourne, Australia



Pernah makan di restoran Hanamasa yang ada di Indonesia? Nah, seminggu lalu, tepatnya hari Minggu, saya makan di restoran yang sejenis Hanamasa ini di daerah Carlton, Melbourne, Victoria, Australia. Meskipun makan di restoran ini cukup menguras kantong, tapi saya ingin menulisnya karena rasa makanannya enaaaaak!

Untuk barbecue-nya mereka menyediakan pilihan daging macam-macam, mulai dari sapi, ayam, domba, sampai aneka seafood. Daging-daging ini bisa dibeli satuan sesuai selera namun tersedia juga yang paketan yang terdiri dari beberapa daging. Nama paketnya adalah Shinbashi Selection (for 2) seharga 79.90 AUD, Signature Selection (for 2) seharga 119.90 AUD, Shinbashi Selection (for 4) seharga 179.90 AUD, dan Signature Selection (for 4) seharga 249.90 AUD.

Pelayan memberikan masukkan Shinbashi Selection (for 2) namun porsinya ditambahkan menjadi lebih banyak karena saya datang bertiga. Harganya pun menyesuaikan menjadi 119.90 AUD. Paket ini terdiri dari Edamame, Japanesse Salad, Wagyu Marbled Beef, Pork Belly, Boneless Chicken Thigh, Tiger Prawns, Butter Enoki Mushroom, dan Rice. 

Setelah memesan menu tersebut, ada seorang pelayan wanita yang membantu kami untuk memanggang makanan-makanan tersebut. Sang pelayan memanggang kelompok daging satu per satu (tidak dicampur aduk). Jadi kami makan mulai dari daging sapi, ayam, dan seterusnya.

Dari semua yang saya coba (kecuali Pork Belly), semuanya enak kecuali Butter Enoki Mushroom yang dibuat berkuah. Saya kurang suka rasanya. Di antara yang enak-enak tersebut, ada 2 makanan yang menurut saya paling enak. Pertama, Wagyu Marbled Beef. Keempukan dagingnya pas dan daging ini berasa gurih. Tanpa dicocol apapun sudah enak dengan sendirinya. Kedua, saya suka sekali Japanesse Salad-nya yang menggunakan sesame dressing. Rasanya sangat segar dan enak.

Selain menu barbecue, mereka juga memiliki menu bento dengan berbagai pilihan dengan harga 19.90 AUD, 22.90 AUD, dan 29.90 AUD. Ada juga aneka sayuran dan camilan, seperti Takoyaki, Tofu Salad, dan Chicken Karaage. Sedangkan minumannya tersedia aneka soft drink dan teh.   

Untuk suasana, restoran ini cukup nyaman namun bukan tipe yang bisa bikin kita santai lama-lama, karena mejanya di-setting untuk barbecue-an. Jadi kalau sudah tidak ada lagi yang dipanggang atau dimakan, rasanya aneh kalau duduk di sana lama-lama.

Ada satu hal yang harus jadi perhatian saat makan di sini, yaitu saat pembayaran. Karena kami sempat membayar 199.90 AUD untuk harga yang seharusnya 119.90 AUD. Untung saja jeli, sehingga bisa protes dan akhirnya kelebihannya dikembalikan lagi.

Selain insiden harga pembayaran, makan di sini cukup memuaskan. Kalau ditanya apakah saya mau makan di sini lagi? Jawabannya mau, selama uangnya ada :)

Shinbashi Yakiniku
Alamat: 282 Lygon St, Carlton Victoria, Australia 3053
Telepon: 039347 3528 

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Leisurelink, Kolam Renang Umum Bagus dan Murah di Geelong, Victoria, Australia
  • Masuk Bandara Internasional Melbourne Passport Tidak Lagi Dicap
  • Hopetoun Tea Rooms, Tempat Minum Teh dan Makan Kue Enak yang Cantik di Melbourne, Australia
  • Pergi ke Luar Negeri Nggak Punya Tiket Pulang, Siap-siap Tanda Tangan Surat Pernyataan

Karena nggak boleh foto di area kolam renang, saya foto pintu masuknya saja ;p

Sebagai 'anak ikan', saya sempat khawatir apakah saya bisa melanjutkan hobi berenang saya di Australia. Khawatir dengan harga masuk kolam renang yang mahal dan kondisi air yang dingin. Bagi saya, selain summer, Australia itu cuma punya dua musim, yaitu dingin dan dingin banget. Tapi setelah saya merasakan berenang di Leisurelink di Geelong, Victoria, kekhawatiran saya sama sekali tidak terbukti. Saya senaaaaaang banget sama kolam renang-kolam renang di sini. 

Leisurelink ini sebenarnya bukan hanya kolam renang publik saja tapi juga pusat kebugaran dan rekreasi. Di sini ada gym dan waterslides. Tapi enaknya, kita bisa memilih mana fasilitas yang mau kita pakai, jadi bayarnya disesuaikan. Karena saya memang hanya ingin berenang, jadi selalu bayar tiket masuk untuk berenang saja. Harganya hanya 6 AUD untuk orang dewasa. 

Untuk harga tersebut, pengunjung bisa mengakses 5 kolam renang. 5 kolam renang tersebut terdiri dari 2 kolam renang utama yang masing-masing memiliki panjang 25 meter dengan kedalaman 1,1 meter - 1,35 meter, 2 kolam renang anak-anak dengan kedalaman 0,5 meter - 0,9 meter dan airnya hangat, 1 satu kolam terapi yang memiliki kedalaman 1,1 meter dan air hangat. 

Untuk kolam renang utamanya, airnya tidak hangat seperti kolam anak-anak dan kolam terapi tapi nggak sedingin yang sebelumnya saya bayangkan. Barometer saya adalah kuping saya suka sakit bila airnya terlalu dingin. Tapi ini sudah tiga kali berenang di sini dan kuping saya selalu baik-baik saja. 

Yang saya suka dari berenang di Leisurelink adalah semua kolam sudah dibagi dengan jelas fungsinya, mana yang boleh main-main, mana yang untuk terapi dan mana yang memang khusus berenang. Jadi ini sangat mempermudah saya yang memang serius saat berenang. Bukan berarti saya seperti atlet juga sih, tapi saya senang ketika bisa 30 menit berenang non stop tanpa gangguan. Ini bisa saya dapatkan di Leisurelink.

Untuk kolam renang utama, mereka membagi dalam 7-8 line yang dibatasi oleh tali. 1 untuk walking line, 1 public line (ini buat yang renang mau main-main), dan sisanya untuk lap line (untuk berenang). Sedangkan di kolam utama satu lagi, untuk berenang semua yang line-nya dibagi dalam beberapa kecepatan, yaitu low, medium, dan fast.

Baca Juga: Kolam Renang Gratis di Eastern Beach, Geelong, Australia

Selain 5 kolam yang saya sebutkan di atas, terdapat juga kolam spa. Itu lho, kolam yang ada deburan-deburan airnya. Tapi untuk bisa menikmati kolam spa ini harganya beda. 12,90 AUD sudah termasuk renang, spa, dan sauna. Jangan bayangkan, akan ada penjaga lagi di depan kolam spa yang akan memeriksa tiket kita. Kolam spa berada di lokasi yang sama dengan 5 kolam lain. Tiap orang hanya bermodalkan kejujuran untuk bisa atau tidak bisa masuk ke kolam tersebut.

Memang tidak ada petugas khusus di kolam spa namun ada beberapa petugas yang wara-wiri di keseluruhan area kolam. Saya pernah melihat 3 - 4 orang petugas yang berjaga dengan memakai baju warna kuning kehijauan stabilo. Mereka akan bolak-balik di antara masing-masing kolam untuk memastikan semuanya baik-baik saja sehingga tidak ada pengunjung yang mengalami gangguan atau kecelakaan. 

Untuk kamar mandi dan toilet mereka memisahkan antara pria dan wanita. Saya lupa menghitung tapi selayang pandang, baik itu toilet maupun kamar mandinya jumlahnya banyak. Saya sih, tidak pernah mengantri kamar mandi tiap berenang ke sini padahal saya selalu berenang saat akhir pekan yang bisa dibilang pengunjungnya cukup ramai. Selain kamar mandi dan toilet, mereka juga memiliki kamar ganti yang jumlahnya juga tidak sedikit. 

Bila semua kamar mandi, ganti, dan toilet bisa diakses dengan gratis, loker harus sewa. Mereka menyediakan dua jenis loker, yaitu ukuran sedang dan besar. Harganya 2 AUD dan 3 AUD untuk periode selama 3 jam. Nggak perlu ribet megang kunci loker karena mereka menggunakan sistem digital untuk mengunci dan membuka loker. Jadi kita tinggal memasukkan kode angka sesuai keinginan kita.  

Namun kalau kita tidak mau menyewa loker, kita bisa meletakkan handuk (yang kita bawa sendiri) dan baju kita di kursi-kursi yang disediakan di pinggir kolam renang. Nggak perlu takut kehabisan spot karena kursinya adalah kursi panjang dan jumlahnya banyak. Saya pernah sekali tidak memakai loker dan barang bawaan saya aman semuanya.

Intinya, saya bersyukur banget bisa berenang di kolam renang publik yang bagus dan murah di Australia seperti Leisurelink ini. Untuk yang berada di sekitar Geelong, kolam renang ini sangat saya rekomendasikan. Info lebih lengkap tentang Leisurelink bisa intip situsnya di sini. 

Next, saya akan coba kolam renang publik di Melbourne. Kalau saya sudah mencobanya, akan saya share ya.. :)

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Masuk Bandara Internasional Melbourne Passport Tidak Lagi Dicap
  • Hopetoun Tea Rooms, Tempat Minum Teh dan Makan Kue Enak yang Cantik di Melbourne, Australia
  • Pergi ke Luar Negeri Nggak Punya Tiket Pulang, Siap-siap Tanda Tangan Surat Pernyataan
  • Tomodachi Izakaya & Bar, Restoran Makanan Jepang di Geelong, Victoria, Australia

Foto Ilustrasi: Pixabay

Belum lama ini saya melihat postingan seseorang di facebook mengenai passport-nya yang tidak dicap di imigrasi kedatangan di negara Australia (saya lupa apa kotanya). Membaca postingan tersebut, saya langsung iseng memeriksa passport saya.

Saya sudah keluar masuk Australia sejak tahun 2014. Tiap kali keluar Australia, passport saya tidak pernah dicap, meskipun saya tidak melewati autogate imigrasi karena saya baru mulai melewati autogate imigrasi kepulangan pada tahun 2016. Namun passport saya selalu dicap saat saya masuk Australia. Baik itu masuk lewat Melbourne, Sydney maupun Perth.

Tapi ceritanya berbeda saat saya mendarat di Bandara Internasional Melbourne pada 8 April 2017. Seperti sebelum-sebelumnya ketika saya masuk ke Melbourne, saya melewati petugas imigrasi yang memeriksa passport saya. Selesai melewati imigrasi, saya langsung memasukkan passport saya dan tidak memeriksanya sampai saya melihat postingan tersebut di facebook. Ternyata, passport saya juga tidak lagi mendapatkan cap kedatangan.

Baca Juga: Plus Minus Fasilitas Autogate Imigrasi di Bandara

Saya penasaran dan menanyakan ke teman saya, Uliel yang sering keluar masuk Perth. Dia pun baru sadar bahwa Februari lalu ketika dia masuk Perth, dia tidak mendapatkan cap di passport-nya. Cap kedatangan terakhir yang dia dapatkan di passport-nya adalah pada tanggal 30 Desember 2016. 

Kemudian, saya juga sempat browsing-browsing, ada juga beberapa orang yang mengalami hal sama. Saya tidak tahu kapan tepatnya kebijakan ini mulai berlaku tapi saya asumsikan, saat ini Australia tidak lagi memberikan cap kedatangan di passport.  Dengan kata lain, sekarang keluar masuk Australia tidak akan mendapatkan lagi cap di passport.

Saya sih, tidak menganggap ini sebagai masalah karena saya percaya semuanya sudah terekam secara elektronik dan terintegrasi oleh sistem.  Sama halnya seperti visa Australia yang dibuat dalam bentuk elektronik. Tidak lagi ditempel di passport seperti dulu. 

Jujur saja saya merasa kehilangan karena seperti ada kesenangan tersendiri ketika melihat passport penuh dengan cap berbagai negara. Kalau sampai semua negara memberlakukan sistem elektronik (baik untuk visa maupun bukti kedatangan atau keluar dari suatu negara) sudah dipastikan kita nggak butuh lagi passport berhalaman-halaman.

Selain Australia, mungkin ada yang pernah mengalami passport-nya tidak dicap saat datang atau keluar dari suatu negara? Boleh dong, di-share :)

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Hopetoun Tea Rooms, Tempat Minum Teh dan Makan Kue Enak yang Cantik di Melbourne, Australia
  • Pergi ke Luar Negeri Nggak Punya Tiket Pulang, Siap-siap Tanda Tangan Surat Pernyataan
  • Tomodachi Izakaya & Bar, Restoran Makanan Jepang di Geelong, Victoria, Australia
  • Tempat Belanja Sepatu Musim Dingin Murah Meriah di Victoria, Australia
Newer Posts Older Posts Home

My Travel Book

My Travel Book
Baca yuk, kisah perjalanan saya di 20 negara!

My Travel Videos

Connect with Me

Total Pageviews

Categories

Amerika Serikat Australia Belanda Belgia Ceko Denmark Hong Kong Indonesia Inggris Irlandia Italia Jepang Jerman Korea Selatan Macau Malaysia Prancis Singapura Skotlandia Spanyol Thailand Vietnam

Blog Archive

  • ►  2025 (4)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2024 (12)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2023 (7)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  October (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2021 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (51)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (5)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (10)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2018 (30)
    • ►  December (8)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ▼  2017 (60)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (5)
    • ►  September (8)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ▼  May (8)
      • DFO, Tempat Belanja Barang-Barang Branded Harga Mu...
      • 5 Penyebab Visa Ditolak
      • Mudahnya Membuka Rekening Bank Australia Bagi Turi...
      • Nonton di Bioskop di Australia, Nggak Ada Nomor Ku...
      • Belajar Masak di Australia: Resep Spicy Tuna Spagh...
      • Shinbashi Yakiniku, Restoran Japanesse Barbecue En...
      • Leisurelink, Kolam Renang Umum Bagus dan Murah di ...
      • Masuk Bandara Internasional Melbourne Passport Tid...
    • ►  April (9)
    • ►  March (2)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2016 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (3)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (4)
    • ►  February (4)
    • ►  January (6)
  • ►  2015 (51)
    • ►  December (7)
    • ►  November (4)
    • ►  October (3)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (3)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2014 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (1)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (6)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (5)
    • ►  April (4)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (6)
  • ►  2013 (13)
    • ►  December (5)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)

Search a Best Deal Hotel

Booking.com

Translate

Booking.com

FOLLOW ME @ INSTAGRAM

Most Read

  • 10 Info Tentang Kartu Myki, Alat Bayar Transportasi di Melbourne, Australia
  • 6 Rekomendasi Oleh-oleh dari Edinburgh, Skotlandia dan Kisaran Harganya
  • 8 Tip Naik Tram di Melbourne, Australia
  • My 2018 Highlights

About Me

Hi, I'm Yani. I have 15 years experience working in the media industry. Despite my ability to write various topics, my biggest passion is to write travel stories. By writing travel stories, I combine my two favourite things; travelling and writing. All the content in this blog are mine otherwise is stated. Feel free to contact me if you have questions or collaboration proposal :)

Contact Me

Name

Email *

Message *

Copyright © 2016 My Travel Stories. Created by OddThemes & VineThemes