EuroTrip: Dikejar-kejar Pria Italia

Mungkin, sekali lagi mungkin, pria ini berniat baik. Tapi sikapnya yang agresif dan bahasanya yang tidak kami mengerti, bikin saya dan Feny lari ketakutan.

Saat saya dan Feny mengunjungi Colosseum di Roma, Italia, kami kepikiran untuk mengambil foto dari sebrang jalan agar kami bisa menangkap sebanyak mungkin Colosseum ke dalam kamera kami. Sibuk foto-foto, kami tidak terlalu memperhatikan keadaan sekitar sampai ada suara yang terdengar sangat dekat dengan kami. Kami otomatis menengok ke arah suara. Kami melihat seorang pria Italia sedang berdiri di dekat kami namun posisinya tidak berada di trotoar tempat kami berdiri, melainkan di tempat yang lebih tinggi. Sehingga untuk bisa melihat kami dia harus menunduk dan untuk melihat dia, kami harus mendongak.

Dia tersenyum begitu melihat kami berdua menengok ke arahnya. Kemudian dia berkata sesuatu dalam bahasa Ibunya, yang tentu saja tidak kami mengerti. Perkataannya itu dibalut oleh senyuman yang saya yakin digunakan untuk mempesona kami. Tapi bukannya terpesona, saya dan Feny merasa terganggu. Akhirnya kami putuskan untuk berjalan maju, pindah posisi, meninggalkan pria tersebut.

Kami pun kembali asyik foto-foto dengan background Colosseum. Namun lagi-lagi sesi foto ini terganggu karena si pria berkaos oranye itu datang lagi. Dia berbicara lebih banyak dari sebelumnya. Yang sumpah, tidak ada satu perkataannya pun yang saya mengerti. Saya dan Feny pun kembali berjalan menghindari dia. Namun ketika kami berjalan ke depan, dia mengikuti sambil berteriak-teriak. Saya dan Feny panik, dari yang tadinya berjalan, kami setengah berlari. Saya menengok ke belakang, saya melihat dia pun setengah berlari, sambil terus berteriak-teriak.

Saya tambah panik, ketika melihat beberapa meter di depan akan sangat mudah bagi dia untuk menangkap kami. Pasalnya batasan yang berupa tembok tinggi yang membatasi antara trotoar tempat kami berada dengan tempat dia berada makin lama makin pendek dan saya yakin kalau kami terus berlari ke depan, kami akan amprokan dengan pria aneh ini.

"Nyebrang Fen," saya mengomando Feny. Saya tahu Feny juga takut seperti saya. Wajahnya menunjukkan itu. Kami bergandengan tangan sambil menunggu lampu berubah menjadi merah, sehingga kami bisa menyebrang. Saya deg-degan luar biasa karena melihat pria itu makin mendekat. Namun, untung saja lampu berganti dan saya serta Feny langsung melesat. Sambil menyebrang saya melihat ke arah pria tersebut. Dia masih berteriak-teriak. Ucapan yang tertangkap di telinga saya adalah, " Mi Bella... Mi Bella..."

Setelah sampai di sebrang, saya melihat dia akhirnya sampai di batasan tembok yang akhirnya menyatu dengan trotoar tersebut. Saya menanti apa yang akan dia lakukan, kalau sampai dia ikut nyebrang juga, saya sudah siapkan diri untuk menjadi pelari tercepat di dunia. Namun untungnya, begitu dia melihat kami sudah sampai di sebrang, dia hanya memandangi kami dan kemudian dia berjalan ke arah yang berbeda.

Saya dan Feny langsung menarik napas lega. Alhamdulillah... 

Sampai saya menulis ini saya tetap tidak mengerti apa sebenarnya yang ingin diutarakan pria tersebut. Apakah dia berniat baik atau tidak, saya tidak akan pernah tahu.

Lepas dari pria aneh itu, saya bisa foto-foto seru lagi meskipun sebentar-sebentar menengok ke sebrang jalan. Khawatir dia muncul lagi.


Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie

YouTube: yanilauwoie

Baca Juga:

Share:

0 komentar