EuroTrip: "Diusir" Pelayan di Praha

Oke saya harus akui saya cukup menikmati makanan yang saya makan di restoran ini tapi tatapan para pelayan di sini akan membuat saya berpikir dua kali bila mau ke sini lagi (selain tiket pesawat yang mahal tentunya ;p).

Saya tidak ingat apa tepatnya nama restoran ini. Namun Chinese Restaurant ini terletak di sekitar Wenceslas Square, Praha. Kalau kita menghadap ke Wenceslas Monument dan National Museum, restoran ini ada di deretan kiri. Saya, Feny dan Mira ke sini menjelang sore hari dengan membawa koper seberat sekitar 20 kg. Yap, soalnya dari bandara kami tidak langsung ke hostel melainkan mencari makan dulu.

Ini yang namanya National Museum

Perjuangan pertama dimulai ketika untuk mencapai restoran ini kami harus menaiki tangga. Setelah mengintip tidak terlalu banyak tangga yang harus dinaiki, kami pun memaksa menggotong koper-koper untuk naik ke restoran. Saat sampai restoran, suasananya sangat sepi karena memang mungkin bukan jam makan siang atau pun malam. Kami memilih duduk dekat jendela.

Bosan dengan makanan cita rasa Eropa, saya senang sekali bisa makan di sini. Saya pun memesan nasi goreng ayam dan brokoli. Entah karena sudah lama (yeah rite padahal baru 2 minggu ;p) nggak makan makanan bercita rasa Asia, saya cukup menikmati makanan yang saya pesan di restoran ini. Bumbunya lumayan terasa.

Ini nasi goreng ayam yang saya makan

Selesai makan, saat kami ingin pulang, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Akhirnya kami memutuskan untuk stay di tempat itu lebih lama. Toh, restoran ini sepi juga jadi saya pikir keberadaan kami tidak akan terlalu mengganggu. Apalagi tempat ini memiliki kapasitas kursi yang lumayan banyak.

Namun, saya menjadi resah ketika pelayan di sana mulai memandangi kami dengan tatapan tidak bersahabat. Keresahan itu berubah menjadi gangguan ketika tatapan itu diberikan berkali-kali dan oleh lebih dari satu orang pelayan. Niat yang tadinya cuek saja karena toh kami juga di sana membeli (bukan makan gratis), jadi memupus.

"Kita keluar aja yuk," ajak Feny. Tapi bingung juga mau keluar kemana dengan kondisi hujan. "Gue lebih baik kehujanan daripada dilihatin kayak gini," tutur Feny. Ya Feny nggak salah sih, habis tatapan mereka benar-benar membuat tidak nyaman. Tatapan yang seolah-olah "mengusir" kami dari situ karena makanan kami sudah habis dan kami sudah bayar pula, yang berarti selesai lah bisnis dengan mereka.

Akhirnya kami bertiga keluar dari restoran tersebut. Untungnya di depan pintu keluar tersebut, ada lorong. Alhasil kami diam lah di lorong tersebut dengan koper-koper kami. Tapi masalah pun belum selesai karena udara dingin membuat kondisi tubuh saya tidak nyaman. Saya pun menunggu sambil menggerak-gerakan badan yang tentunya terlihat seperti berjoget. Tidak sadar, ada seorang ibu bule yang lewat situ dan ikutan joget. Hahahaha... 

Untung saja kami menunggu hanya sekitar setengah jam, kalau tidak bisa beku deh, badan ini. Namun miris rasanya mengingat Ibu bule yang merasa kasihan dan terharu melihat kami yang kedinginan sementara orang-orang di restoran tersebut tidak sabar ingin melihat kami pergi di tengah hujan. Ya kali, sesama Asia, ada perasaan sisterhood. Hehehehe...

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie


YouTube: yanilauwoie

Baca Juga:

Share:

2 komentar

  1. Hi Mba,

    Baru ketemu Blog ini dan Seneng bacanya :) Lagi berpikir buat solo euro trip tapi masih takut2 btw kayaknya sesama asia itu malah lebih nge-judge kalo kita pergi ke luar negeri hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Nita...

      Nggak semua orang Asia, sih.. Aku sering juga ketemu orang Asia yang ramah dan baik.. :)

      Kenapa takut? Solo traveling menyenangkan.. Aku sempat solo traveling ke Irlandia selama seminggu. And it was one of my best experiences so far :)

      Delete