Kenapa Travel Blogger Dipercaya?

"Sekarang kalau liputan presscon, yang datang bukan cuma wartawan aja, banyak juga blogger," ucap koordinator liputan GADIS, Egi pada saya di suatu siang. Saya setuju dengan Egi. Saya pernah hadir di presscon launching travel directory, Postcard & Tag, saat itu travel blogger yang hadir tidak sedikit jumlahnya. Lalu apa yang membuat para brand saat ini mempercayai mereka?


Kartupos, salah satu travel blog yang saya suka. Foto: Dok. Kartupos.co.id

Hasil survey yang dilakukan oleh agoda.com kepada 5.500 responden dari seluruh dunia pada bulan April dan Mei 2015 menyatakan bahwa sumber panduan wisata terbaik adalah: 
  1. Forum online: 34%
  2. Blog dan situs perjalanan independen (pribadi): 28%
  3. Masukan dari penduduk setempat: 13%
  4. Buku panduan wisata cetak: 12%
  5. Aplikasi Perjalanan (apps): 9%
  6. Lain-lain: 4%

Saya tidak heran bila blog masuk ke dalam hasil survey tersebut, bahkan menempati posisi no.2, karena saya sendiri termasuk orang yang mendapatkan banyak manfaat dari travel blog-travel blog yang ditulis secara independen ini. 

Ini alasan saya kenapa menggunakan travel blog sebagai bahan referensi:

1. Mudah dan cepat. Saya tidak mungkin mendapatkan katalog wisata demi mendapatkan rekomendasi tempat wisata yang harus dikunjungi di suatu daerah tiap kali saya mau bepergian. Tentu lebih mudah dan cepat bagi saya untuk blog walking ke beberapa travel blog untuk mendapatkan rekomendasi tempat menarik.

2. Lebih personal. Apa yang ditulis di blog pribadi umumnya sangat apa adanya, sehingga saya bisa mendapat pengalaman personal dari penulisnya. Ini bisa membantu penilaian saya untuk mengunjungi suatu tempat atau tidak.

3. Lebih detail. Kelebihan blog pribadi adalah tidak adanya batasan kata atau halaman seperti tulisan di media massa, sehingga penulisnya bisa menuliskan pengalamannya lebih detail. Kedetailan ini lah yang membuat saya menyukai membaca travel blog. 

4. Rekomendasi tempat unik. Tempat ekstrem, terpencil, atau yang aneh-aneh lainnya ada semua di berbagai travel blog. Bahkan kadang, suatu tempat tenar terlebih dahulu di kalangan travel blogger, baru akan diulas di media massa.

5. Mendapat pelajaran. Saat saya mau apply visa schengen melalui Kedutaan Jerman di Jakarta pada tahun 2013 lalu, saya banyak membaca pengalaman orang-orang lewat blognya. Dari situ saya banyak belajar apa yang harus saya siapkan dan apa yang tidak boleh saya lakukan agar visa saya di-granted.

Lalu untuk menjawab pertanyaan di atas kenapa para brand mempercayai para tavel blogger? Mungkin simpelnya seperti ini, selama masih banyak orang seperti saya yang menyukai travel blog sebagai panduan dalam berwisata, maka brand melihat ini sebagai peluang untuk membantunya mempromosikan produknya lewat tulisan para travel blogger.

Iya nggak, sih?


----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h


Blog Sebelumnya:

Share:

0 komentar