My Travel Stories

Lots of memories I can't keep, that's why I write.

Powered by Blogger.
  • Home
  • Indonesia
  • Asia
  • Australia
  • Eropa
  • Amerika
  • Travel Tips
  • Itinerary
  • Portfolio

Hari itu pada bulan Juni 2017, saya secara resmi siaran untuk pertama kalinya di Radio Kita Melbourne, sebuah program radio berbahasa Indonesia yang disiarkan di 3ZZZ, sebuah radio komunitas terbesar di Australia yang menyiarkan program dari 63 negara. Di tengah siaran, tiba-tiba telepon di studio berbunyi.

“Yani, saya Sjahisti. Suara kamu bagus banget,” begitu sapa suara di ujung telepon. Awalnya saya mengira ibu Sjah adalah salah seorang pendengar Radio Kita namun ketika partner siaran saya yang sekaligus adalah Convenor Radio Kita, Mas Petrus menjelaskan siapa beliau, saya akhirnya tahu bahwa ibu Sjah lebih dari sekadar seseorang yang saat itu mendengarkan siaran saya. 


Keluarga Radio Kita Melbourne

Memiliki pengalaman puluhan tahun di bidang penyiaran, baik di Indonesia maupun Australia, ibu Sjah kaya akan ilmu penyiaran. Karena itu ada perasaan membuncah di dada saya mendengarkan pujian itu keluar dari seorang sehebat dia. Saya yang saat itu merupakan pendatang baru di Melbourne, langsung merasa menemukan rumah baru. Menemukan kehangatan Indonesia di cuaca dingin Melbourne. Sejak saat itu, Radio Kita menjadi my new happy place.

Saya yakin setiap sukarelawan yang ada di Radio Kita (Nina, Morgan, Feli, Anet, Mbak Okti, Mas Iman, Mbak Julia, Rulla, Diena, dan yang lainnya) memiliki alasan masing-masing kenapa kami mau bekerja tanpa dibayar. Namun saya percaya semua alasan yang berbeda disatukan oleh perasaan yang sama, yaitu kami menemukan “rumah Indonesia” kami di sana. Rumah yang akan selalu mengingatkan asal-usul kami. Rumah yang memiliki budaya yang kaya yang akan terus melekat pada diri kami sebagai individu kemanapun kaki melangkah. Saya pribadi merasa luar biasa bangga bisa mengenalkan sedikit budaya ini melalui program Radio yang mengudara di Australia.


Mbak Maria (memakai baju biru)

Di luar komunitas Radio Kita, saya menemukan banyak sekali orang Indonesia di Melbourne yang bukan hanya bangga dengan ke-Indonesia-annya tapi juga mau melakukan usaha lebih untuk mengenalkan budaya Indonesia ke khalayak umum di Melbourne. Salah satunya adalah Mbak Maria Leeds “Sang Penari”. 

Beliau adalah penari Indonesia ternama di Melbourne. Sepak terjangnya sebagai penari tak perlu diragukan lagi. Saya mengenalnya ketika dia datang ke Radio Kita untuk mempromosikan acara Celebration of Indonesia di mana dia bertindak sebagai koreografer. Dari pertemuan tersebut, saya bisa melihat bahwa dia memang tidak lagi tinggal di Indonesia namun Indonesia tidak pernah bisa dipisahkan darinya.   


OZIP Crew

Selain Mbak Maria, saya juga beruntung bisa berkenalan dengan orang-orang di balik majalah OZIP, majalah komunitas Indonesia di Australia. Bu Lydia, Mbak Kat, Taiyo, Seeta, Evelynd, Vonny, dan nama-nama lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, yang membuka mata saya bahwa banyak orang Indonesia hebat di Melbourne yang mau mencurahkan pikiran dan tenaganya untuk menghadirkan pemberitaan-pemberitaan positif tentang Indonesia. 

Rasa bangga saya akan Indonesia makin terasa ketika saya bertemu dengan orang-orang non-Indonesia yang memiliki kecintaan luar biasa besar terhadap Indonesia. Saya pertama menyadari ini ketika saya rutin menghadiri language exchange yang diselenggarakan oleh AIYA (Australia – Indonesia Youth Association) chapter Victoria. 

Teman-teman AIYA Victoria

Acara yang rutin digelar setiap Rabu malam tersebut selain dipenuhi oleh orang Indonesia (Stephen, Momo, Bayu, Zacky, Farah, Dede, dll) dibanjiri juga oleh para non-Indonesia yang memiliki ketertarikan terhadap budaya, terutama bahasa Indonesia. Di antaranya adalah Estelle, Liam, dan Dylan yang merupakan orang Australia dan Sam yang asli Amerika Serikat. Lalu ada juga Warsono yang berasal dari Tiongkok namun semangat sekali belajar bahasa Indonesia. 

Melalui AIYA Victoria juga saya beberapa kali ikut terlibat sebagai sukarelawan di festival-festival bahasa Indonesia yang digelar oleh sekolah-sekolah di Victoria. Salah satunya adalah festival bahasa Indonesia yang digelar di Bendigo. Saya ke sini bersama sukarelawan lainnya, yaitu Lukman dan Ivan yang sama-sama orang Indonesia, Emily dari Malaysia, dan Luke orang Australia namun memiliki ibu orang Indonesia. 

Para sukarelawan festival bahasa Indonesia di Bendigo

Kami hadir di festival tersebut untuk membantu VILTA (Victorian Indonesian Language Teachers Association) yang hari itu diwakili oleh Erin dan Rachel. Melihat para anak sekolah yang bukan orang Indonesia ini berkumpul serta berusaha berbicara dan bahkan nge-rap dalam bahasa Indonesia sukses mengaduk perasaan saya. Lucu sekaligus membanggakan!

Orang-orang yang berdedikasi terhadap bahasa Indonesia juga saya temukan melalui NAILA (National Australia Indonesia Language Awards), sebuah kompetisi berbahasa Indonesia tingkat nasional di Australia. 2017 adalah tahun ketiga kompetisi ini dilangsungkan. Saya bergabung di sini sebagai Senior Communication and Media Officer.  

Saya harus angkat topi untuk teman-teman di NAILA karena bisa menyelenggarakan kompetisi tingkat nasional yang diikuti lebih dari 100 peserta tapi para panitianya tidak pernah bertemu muka. Para panitia yang tersebar di Indonesia dan Australia dan terdiri dari orang Indonesia dan Australia ini mengatur semuanya hanya melalui email, whatsapp, skype, dan platform digital lainnya. 

Orang-orang di balik NAILA 2017

Tapi toh, acara ini sukses mengumpulkan para penutur bahasa Indonesia dengan tingkatan mulai dari anak-anak sampai para profesional. Menonton video-video para orang asing ngomong dalam bahasa Indonesia dengan sangat fasih lagi-lagi menyentuh hati saya. Bangga rasanya bahasa Indonesia dicintai oleh banyak orang. 

Kalau bukan karena Nicholas (Presiden AIYA National) yang sudah menyarankan saya untuk ikutan NAILA, mungkin saya tidak akan mengenal orang-orang keren seperti Maddie, Asa, Eleanor, Elizabeth yang sudah terlibat di NAILA lebih dulu daripada saya. 

Saya percaya di luar nama-nama yang sudah saya sebutkan di atas, pasti masih banyak orang Indonesia maupun non-Indonesia yang cinta akan budaya Indonesia dan mau melakukan berbagai upaya untuk membuat budaya Indonesia dikenal lebih luas lagi. Untuk kalian semua, terima kasih :)

Saya tahu pengalaman setiap orang pasti berbeda-beda. Namun berbicara dari pengalaman saya sendiri saya merasa bangga dengan semua teman yang saya temui di Melbourne yang begitu mencintai dan bangga dengan budaya Indonesia. Masing-masing dari kalian telah menyentuh saya dengan cara yang berbeda. Namun yang paling utama adalah kalian membuat saya bangga untuk menyebut diri saya orang Indonesia :)

Terima kasih telah membuat tahun 2017 saya berwarna. Selamat tahun baru dan mari warnai 2018 dengan lebih banyak cinta untuk Indonesia!


----------@yanilauwoie----------


Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h


Blog Sebelumnya:
  • Tip Mendapatkan Kamar Hotel dengan Harga Murah
  • Cara Mudah dan Murah Pergi ke Surfers Paradise dari Brisbane dan Bandara Gold Coast, Australia
  • Peppers Soul Surfers Paradise, Aparthotel dengan Pemandangan Spektakuler di Gold Coast, Australia
  • Ibis Brisbane, Hotel Bagus dan Terjangkau di Pusat Kota Brisbane, Australia
  • Tip Hemat Jalan-jalan di Hobart, Tasmania, Australia


Ingin mendapatkan kamar hotel dengan harga murah? Coba beberapa tip berikut ini, deh. Saya sendiri pernah mencobanya, lho! 

1. Selalu bandingkan harga. Saya selalu membuka beberapa situs pemesanan akomodasi seperti Booking.com, Agoda, AirAsiaGo, dan Traveloka untuk membandingkan harga kamar dari hotel  yang sama dengan spesifikasi yang sama, dan tanggal yang sama, untuk mendapatkan harga yang paling murah. Selain itu, saya juga membandingkan dengan harga di situs resmi hotel yang bersangkutan. Percayalah meskipun tidak signifikan namun selalu ada perbedaan di antara semua situs tersebut.  

2. Langganan newsletter. Sebagai pelanggan newsletter beberapa situs pemesanan akomodasi, saya selalu mendapatkan email secara reguler tentang akomodasi-akomodasi yang sedang promo turun harga. Selain itu, situs-situs pemesanan akomodasi juga sering menggelar promo, baik itu promo dari mereka sendiri maupun yang bekerjasama dengan pihak ketiga. Saya pernah membatalkan pemesanan di Booking.com (karena saya pilih kamar free cancelation), begitu saya tahu Traveloka sedang ada promo. Alhasil saya bisa mendapatkan harga yang lebih murah untuk kamar yang sama persis.

3. Menjadi anggota dan setia pada situs pemesanan akomodasi tertentu. Kata 'setia' di sini bukan berarti hanya memesan pada satu situs saja dan tidak memesan pada situs lainnya, karena hal tersebut sulit dilakukan. Terlebih lagi untuk seorang budget traveler seperti saya yang terus membandingkan harga antara yang satu dengan yang lain. 'Setia' di sini maksudnya adalah sering melakukan pemesanan pada satu situs tertentu karena itu akan membawa keuntungan. Contohnya saya dengan Booking.com. Karena sering melakukan pemesanan lewat Booking.com, keanggotan saya sudah mencapai kategori "Genius" yang memberikan saya beberapa keuntungan. Misalnya mendapat diskon 10%, free wi-fi, chek out lebih lambat, dan beberapa keuntungan lainnya, tergantung yang diberikan oleh Booking.com dan hotel yang bekerjasama. Awalnya saya sempat meragukan diskon 10% ini dan untuk membuktikannya, saya coba pesan kamar dari akun saya dan teman saya mencoba dengan akunnya. Ternyata untuk kamar dan tanggal yang sama persis, harga yang tersedia untuk saya lebih murah 10% dibandingkan teman saya yang keanggotaannya di Booking.com belum mencapai kategori "Genius".

4. Pilih kamar tanpa free cancelation. Kalau memang sudah yakin dengan perjalanan yang akan dilakukan dan merasa mantap dengan kamar yang akan dipesan, sebaiknya pilih kamar yang tanpa free cancelation atau pembatalan gratis. Dari hasil observasi saya di beberapa situs pemesanan akomodasi, dengan tipe atau spesifikasi kamar yang sama persis, kamar tanpa free cancelation alias yang harus langsung dibayar saat melakukan pemesanan memiliki harga yang lebih murah dibandingkan kamar dengan free cancelation. Perbedaan harganya bisa mencapai 20%, lho!

5. Manfaatkan fasilitas kartu kredit. Sebelum memesan kamar hotel, cari tahu terlebih dahulu apakah kartu kredit yang kita punya sedang ada kerjasama dengan hotel atau situs pemesanan akomodasi. Kartu kredit yang saya gunakan termasuk yang lumayan sering menggelar promosi ini, jadi lumayan bisa menghemat. 

6. Cek kartu pembayaran. Ada hotel-hotel tertentu yang mengenakan biaya pembayaran bila kita melakukan pembayaran menggunakan kartu-kartu tertentu. Cek perihal ini sebelum melakukan pemesanan dan hindari melakukan pembayaran dengan kartu yang dimaksud. 

7. Pesan dari aplikasi. Pernah membaca tulisan yang kurang lebih isinya menyatakan "dapatkan harga lebih murah bila pesan di aplikasi"? Itu beneran, lho. Hotel atau situs pemesanan akomodasi sering memberikan promo bila kita memesan melalui aplikasi mereka. Meskipun ini terkadang hanya berlaku untuk kamar dan hotel tertentu saja. 

8. Nego langsung dengan akomodasi yang bersangkutan. Ketika memesan kamar dengan jumlah yang banyak atau ingin menambah orang tanpa harus kena biaya tambahan lagi, tidak ada salahnya kita menghubungi langsung akomodasi yang bersangkutan untuk mendapatkan harga istimewa. Contohnya ketika saya ingin menyewa sebuah villa di Bandung, saya menghubungi langsung vila tersebut untuk mendapatkan harga istimewa dengan jumlah orang yang lebih banyak dari ketentuan yang tertera di situs mereka, dan saya berhasil, tuh. 

Punya tip lain untuk dapat kamar hotel harga murah? Share di kolom komentar, ya... :)

Booking.com ----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h


Blog Sebelumnya:
  • Peppers Soul Surfers Paradise, Aparthotel dengan Pemandangan Spektakuler di Gold Coast, Australia
  • Ibis Brisbane, Hotel Bagus dan Terjangkau di Pusat Kota Brisbane, Australia
  • Tip Hemat Jalan-jalan di Hobart, Tasmania, Australia
  • Tur Gratis Melbourne Town Hall: The Beatles dan Memeluk Perbedaan
Gold Coast train yang saya naiki

Ketika pergi ke Surfers Paradise, Gold Coast dari Brisbane pada bulan Agustus 2017, saya dan kedua teman saya menggunakan sarana transportasi umum. Ternyata bukan hanya murah, tapi juga sangat mudah pergi ke Surfers Paradise dari Brisbane dengan transportasi umum. Berikut rute dari Brisbane ke Surfers Paradise.

Rute kendaraan umum dari Brisbane ke Surfers Paradise
  • Naik Gold Coast train dari Roma Station di Roma Street yang ada di pusat kota Brisbane.
  • Turun di Nerang Station. Perjalanan dari Roma Station ke Nerang Station sekitar 1 jam.
  • Keluar dari stasiun kereta Nerang dan menuju ke halte bus (yang lokasinya ada tepat di pintu keluar stasiun).
  • Di halte bus, cari stop A. Naik bus nomor 740 yang menuju Surfers Paradise.
  • Turun di halte Surfers Paradise Cypress Avenue. Perjalanan dari stasiun Nerang ke Surfers Paradise Cypress Avenue sekitar 20 menit. 
  • Dari Surfers Paradise Cypress Avenue, jalan kaki sekitar 5 menit sudah sampai ke pantai Surfers Paradise. 
  • Total perjalanan memakan waktu sekitar 1,5 jam.

Lalu berapa ongkos kendaraan umum dari Brisbane ke Surfers Paradise? Saat itu saya menggunakan Go Card (baca info tentang Go Card di sini) dan membayar tiket seharga 8.26 AUD. Harga ini sudah mencakup ongkos tiket kereta dan bus. 

Saya tahu bus tidak dikenakan tarif lagi dari sopir bus 740 yang saya naiki. Kurang lebih seperti ini percakapan kami.
"Apakah kamu baru turun dari kereta?" tanya sang sopir kepada saya.
"Iya," jawab saya.
"Mana tiketnya?"
"Saya pakai Go Card."
"Ya sudah tap on lagi saja. Ini perjalanan lanjutan"

Begitu saya tap on Go Card saya, di mesin tertulis "continued", dan nilai uang di Go Card saya tidak terpotong lagi. Wah, senangnya :)

Pulang dari Surfers Paradise saya tidak lagi kembali ke Brisbane melainkan ke bandara Gold Coast. Berikut adalah rute kendaraan umum dari Surfers Paradise ke bandara Gold Coast.
  • Naik tram dari Cavill Avenue menuju Broadbeach South (pemberhentian terakhir)
  • Dari Broadbeach South naik bus no. 777 dengan jurusan bandara Gold Coast. Letak halte busnya ada di jalur sebelah pemberhentian tram.
  • Total perjalanan sekitar 40 menit.

Untuk rute perjalanan dari bandara Gold Coast ke Surfers Paradise, bisa melakukan rute kebalikan di atas.

Ongkos kendaraan umum dari Surfers Paradise ke bandara Gold Coast juga tidak mahal. Total untuk 3 penumpang adalah 17.10 AUD. Saya dan teman-teman saya membeli tiket di mesin tiket yang ada di Cavill Avenue. Kami tidak lagi memakai Go Card, soalnya kartu ini kami tukarkan untuk mendapatkan kembali deposit sebesar 10 AUD. Go Card tidak bisa ditukarkan di bandara Gold Coast karena di sana tidak ada tempat penukaran Go Card. 

Harga tersebut sudah mencakup untuk ongkos tram dan bus. Jadi beli tiketnya cukup sekali saja. Ketika kami naik bus 777, kami hanya perlu menunjukkan tiket tersebut. Di tiket tertulis "transfer until 16.10", sementara kami membeli tiket pada pukul 14.10. Dengan kata lain tiket ini berlaku untuk 2 jam. Saya mengasumsikan kita bisa pindah moda transportasi umum (yang memang sesuai zona, karena pembelian tiket berdasarkan zona) selama 2 jam tanpa harus membayar lagi.  

Dengan ongkos yang cukup terjangkau, kereta, bus, dan tram yang saya naiki sangat nyaman. Jadi jangan ragu untuk naik kendaraan umum untuk menuju Surfers Paradise. Nyaman, mudah, dan murah. 

Booking.com

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Peppers Soul Surfers Paradise, Aparthotel dengan Pemandangan Spektakuler di Gold Coast, Australia
  • Ibis Brisbane, Hotel Bagus dan Terjangkau di Pusat Kota Brisbane, Australia
  • Tip Hemat Jalan-jalan di Hobart, Tasmania, Australia
  • Tur Gratis Melbourne Town Hall: The Beatles dan Memeluk Perbedaan
  • 3 Tempat Wisata Wajib Kunjung di Lembang








Sebagai seorang budget traveler sebisa mungkin saya selalu melakukan penghematan di setiap perjalanan saya. Tapi ada kalanya saya membuat pengecualian demi sesuatu yang menurut saya layak untuk dijadikan bagian dalam suatu perjalanan. 

Salah satu contohnya adalah ketika saya dan kedua teman saya memutuskan untuk menginap di Aparthotel Peppers Soul Surfers Paradise, Gold Coast, Australia pada bulan Agustus 2017. Hotel tersebut memiliki harga yang luar biasa mahal menurut ukuran kantong saya. 

Saat itu harga kamar dengan spesifikasi yang kami inginkan harganya mencapai kisaran 2,6 juta rupiah per malamnya, itu juga setelah mendapatkan promo. Meskipun dibagi bertiga, harga ini tetap saja di luar anggaran saya sebagai seorang budget traveler. Tapi demi mendapatkan pemandangan Gold Coast yang spektakuler, saya merasa harus menginap di hotel ini.   

Dan pilihan tersebut tidaklah salah. Akomodasi ini adalah akomodasi terbaik yang pernah saya inapi di perjalanan yang saya biayai sendiri. Berikut adalah alasannya:
  • Pemandangan luar biasa. Dari lantai 33 yang kami inapi, pemandangannya spektakuler. Kombinasi antara hamparan langit dan laut biru, pasir putih, dan gedung-gedung pencakar langit. Menikmati semua ini dari balkon yang luas rasanya terbayar alasan kenapa kami memilih tempat ini.  
  • Lokasi strategis. Ada 3 alasan kenapa saya bilang lokasi Peppers Soul strategis. Terletak tepat di depan pantai, super dekat ke area perbelanjaan dan restoran, serta dekat ke halte tram dan bus. Hanya perlu jalan kaki sekitar 5 menit ke halte tram dan sekitar 8 menit ke halte bus. 
  • Lebih dari sekadar kamar. Sesuai namanya aparthotel, kamar yang kami dapatkan lebih dari sekadar kamar hotel. Kami mendapatkan 1 unit apartemen yang terdiri dari kamar tidur, kamar mandi, dapur, ruang televisi beserta sofa, dan balkon. Dengan kata lain, kami mendapatkan tempat bermalam yang luar biasa luas. (Tonton video di bawah untuk dapat gambaran seluas apa apartemen ini) 
  • Perkakas super lengkap. Kompor, 2 televisi, mesin cuci piring, mesin cuci + pengering, kulkas 2 pintu, oven, microwave, coffe maker, toaster, alat masak dan makan disediakan di sini. Kami sempat memasak dan mencuci pakaian. Semua peralatannya mudah digunakan karena ada buku panduannya.   
  • Sirkulasi udara bagus. Dengan jendela dan pintu kaca besar di kamar tidur serta ruang televisi yang keduanya mengarah kepada balkon, sirkulasi udaranya lancar sehingga membuat ruangan selalu terasa segar. 
  • Ada bath tub di kamar mandinya. Selain memiliki shower, kamar mandinya juga menyediakan fasilitas bath tub. Apakah saya mencobanya? Pastinya, dong! Berendam di air hangat berbusa di dalam kamar mandi yang didesain modern membuat pengalaman mandi saya menjadi jauh lebih menyenangkan.  
  • Free wi-fi. Bukan hanya gratis, koneksinya juga cukup bagus.  
  • Terdapat gym, kolam renang, spa, steam, dan sauna. Sebagai anak ikan saya senang sekali karena hotel ini memiliki bukan hanya 1 tapi 2 kolam renang. Kolam renang outdoor dengan pemandangan langsung ke pantai dan kolam renang indoor yang memiliki air hangat. Karena saat ke sana sedang winter maka saya mencoba kolam renang indoor-nya serta saunanya. Saya berenang di pagi hari saat tidak ada siapa-siapa, rasanya seperti sedang berenang di kolam renang pribadi.   



Selain yang sudah saya sebutkan di atas, mereka memiliki beberapa fasilitas lainnya, seperti restoran, bar, BBQ facilities, garden rooftop, dan yang lainnya.

Overall, apa yang diberikan oleh Peppers Soul sebanding dengan uang yang dikeluarkan. Saya tidak kecewa menginap di sini. Saya bahkan tidak ingat apa yang tidak saya sukai dari aparthotel ini. Kalau saya berkesempatan kembali lagi ke Surfers Paradise dan punya uang yang cukup, pasti saya mau menginap lagi di sini. 

Booking.com
----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Ibis Brisbane, Hotel Bagus dan Terjangkau di Pusat Kota Brisbane, Australia
  • Tip Hemat Jalan-jalan di Hobart, Tasmania, Australia
  • Tur Gratis Melbourne Town Hall: The Beatles dan Memeluk Perbedaan
  • 3 Tempat Wisata Wajib Kunjung di Lembang
  • Itinerary Trip Hobart, Tasmania, Australia



Salah satu yang saya sukai dengan traveling bersama teman adalah adanya beberapa pos pengeluaran yang bisa dibagi sehingga bisa lebih dijangkau. Contohnya adalah pengeluaran untuk biaya akomodasi.

Bila jalan-jalan sendiri, sangat sulit untuk mendapatkan kamar pribadi dengan harga terjangkau. Saya seringnya 'terdampar' di kamar dormitory saat traveling sendirian. Padahal kalau jalan-jalannya lebih dari satu orang, misalkan 2 - 3 orang, bisa mendapatkan kamar pribadi yang bila pembayarannya dibagi bersama, biaya per orangnya tidak akan jauh berbeda dengan biaya menginap di kamar dormitory.

Saya punya beberapa contoh untuk kasus seperti ini tapi yang belum lama ini saya alami adalah ketika menginap di Hotel Ibis Brisbane yang beralamat di 27-35 Turbot St, Brisbane City QLD 4000, Australia. Saya menginap di sini pada bulan Agustus 2017 bersama kedua teman saya. Harga per malamnya hanya 99 AUD untuk 3 orang tanpa sarapan, padahal kalau saya pesannya melalui situs ini bisa dapat sarapan hanya dengan harga 1 AUD. Lumayan banget.

Tapi tanpa sarapan pun, harga yang luar biasa bagus untuk hotel sekelas Ibis bila dibandingkan dengan hostel kamar dormitory yang harganya sudah mencapai 30-an AUD per orang per malam dengan kamar berisi 4 orang. 


Dengan harga 99 AUD per malam, ada banyak hal yang saya sukai dari Hotel Ibis Brisbane. 
  • Letaknya di pusat kota. Hotel ini lokasinya sangat strategis untuk pelancong seperti saya. Hanya 10 menit jalan kaki dari Roma Street Station - stasiun tempat saya turun dari kereta yang saya naiki dari bandara dan menuju Gold Coast. Hotel ini juga dekat ke berbagai atraksi wisata, seperti Brisbane City Hall, Brisbane Museum, dan Queen Street Mall. Hanya perlu jalan kaki sekitar 5 - 10 menit saja. Yang bikin saya senang juga, dari sini hanya perlu jalan kaki 5 - 7 menit untuk sampai ke North Quay, dermaga untuk naik kapal wisata gratisan CityHopper.
  • Kamarnya luas. Saya memesan kamar standar twin. Ukuran kamarnya cukup luas untuk kami bertiga. Nggak perlu 'tabrakan' satu sama lain. 
  • Kamar mandi luas dengan bath tub. Selain kamar tidurnya, kamar mandinya juga cukup luas. Namun yang bikin saya senang adalah tersedianya bath tub di kamar mandi ini. Lumayan untuk berendam dengan air hangat setelah seharian jalan-jalan.
  • Fasilitas cukup lengkap. Mulai dari televisi, kulkas kecil, meja, kursi, lemari dengan hanger, setrika dan mejanya, dan hair dryer. 
  • Resepsionis 24 jam. Jadi kapanpun check in atau check out nggak masalah.  
  • Tersedia Wi-Fi. Hari gini siapa yang nggak butuh koneksi internet, kan?
Lalu apa yang saya tidak sukai dari hotel ini?
  • Tidak ada kolam renang. Tapi mengingat saya jalan-jalan ke Brisbane saat winter, jadi saya tidak terlalu butuh fasilitas yang satu ini
Overall, saya senang menginap di sini. Kalau memang ada kesempatan balik lagi ke Brisbane, saya mau menginap lagi di Hotel Ibis Brisbane. 

AccorHotels, Promotion, Promo, June, Super Sale, Flash Sale, 30% off, free breakfast, Summer, 2017,
----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h


Blog Sebelumnya:
  • Tip Hemat Jalan-jalan di Hobart, Tasmania, Australia
  • Tur Gratis Melbourne Town Hall: The Beatles dan Memeluk Perbedaan
  • 3 Tempat Wisata Wajib Kunjung di Lembang
  • Itinerary Trip Hobart, Tasmania, Australia
  • Itinerary Trip Brisbane, Australia
Constitution Doc

Ingin hemat saat jalan-jalan di Hobart, Tasmania, Australia? Coba deh, praktikkan beberapa tip hemat jalan-jalan di Hobart berikut ini. Saya sendiri mencoba hampir semua poin di bawah ini saat jalan-jalan ke Hobart pada bulan Agustus 2017.

1. Menginap di pusat kota Hobart. Ini adalah salah satu syarat utama untuk menghemat di Hobart, Tasmania. Pasalnya dengan menginap di pusat kota, kita bisa menghemat pengeluaran transportasi karena bisa jalan-jalan ke beberapa atraksi wisata yang tersebar di pusat kota. Waktu itu saya menginap di hostel yang terletak di Collins Street. Dari sini, saya bisa jalan kaki ke berbagai atraksi wisata gratis di pusat kota Hobart.

2. Kunjungi tempat-tempat wisata gratis. Ada banyak tempat wisata gratis di Hobart. Mulai dari Constitution Doc, Franklin Wharf, Brooke Street Pier, Victoria Doc, yang menawarkan pemandangan Sungai Derwent dan kapal-kapal pesiar, Royal Tasmanian Botanical Gardens, Tasmanian Museum & Art Gallery, hingga Battery Point yang bersejarah. Semuanya bisa dikunjungi gratis dan terjangkau dengan berjalan kaki dari pusat kota.

Baca blog saya Itinerary Trip Hobart, Tasmania, Australia untuk tahu tempat wisata lainnya di Hobart dengan mengklik tautan berikut ini.

3. Bawa botol air. Penuhi botol air sebelum berangkat dari penginapan dan isi botol air di keran-keran air yang tersebut di pusat kota. Nggak perlu khawatir airnya akan bikin sakit perut karena belum dimasak, karena di Australia cukup aman untuk meminum air secara langsung dari keran air. Cara ini lumayan menghemat daripada beli air dalam kemasan botol yang harganya sekitar 3AUD.

4. Pesan tap water saat makan di restoran. Karena cukup aman minum langsung dari keran air, jadi nggak masalah bila kita meminum tap water yang sumber airnya dari keran. Nggak perlu malu juga karena restoran-restoran di Hobart dan kota-kota lain di Australia sudah sangat terbiasa menyediakan tap water, bahkan untuk di restoran mewah sekalipun. 




5. Manfaatkan free wi-fi. Di beberapa titik pusat kota Hobart tersedia koneksi wi-fi gratis. Wi-fi ini bisa digunakan selama 30 menit per hari, per lokasi, dan per gadget. Kalau dari pengamatan saya, titik-titik free wi-fi ini berada di jaringan telepon umum yang tersebar di kota Hobart. Saya tidak menggunakan fasilitas ini karena saya memiliki nomor Australia. Tapi saya sempat mencobanya untuk sekadar mengetes koneksinya. Koneksinya bisa dibilang lumayan cepat tapi sayangnya area yang dijangkaunya tidak terlalu jauh dari telepon umum tersebut. Jadi kalau memang mau internetan gratis, ya harus berdiri dekat kotak telepon umum, yang letaknya biasanya di pinggir jalan.   

6. Bawa kantong plastik/tas. Sebagai upaya mengurangi sampah plastik, supermarket Woolworths di Hobart tidak lagi menyediakan kantong plastik gratisan bagi para pembelinya. Jadi bagi para pembeli yang membutuhkan kantong plastik untuk barang belanjaannya, mereka harus membayar seharga sekian cent (saya lupa tepatnya, tapi nggak sampai 1AUD). Kabarnya, peraturan ini juga akan diterapkan di jaringan supermarket Woolworths dan Coles yang ada di negara-negara bagian Australia lainnya mulai tahun depan.  

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h


Blog Sebelumnya:
  • Tur Gratis Melbourne Town Hall: The Beatles dan Memeluk Perbedaan
  • 3 Tempat Wisata Wajib Kunjung di Lembang
  • Itinerary Trip Hobart, Tasmania, Australia
  • Itinerary Trip Brisbane, Australia
  • Tempat Belanja Oleh-oleh di Hobart, Tasmania


Setelah sebelumnya hanya bisa mengagumi Melbourne Town Hall dari luar saja, akhirnya saya berkesempatan untuk melihat seperti apa bagian dalam bangunan yang terletak di sudut antara Swanston dan Collins Street, Melbourne ini melalui Melbourne Town Hall free tour pada suatu hari di bulan Agustus. 

Melbourne Town Hall sudah digunakan sejak tahun 1870. Selain digunakan untuk berbagai acara pemerintahan, tempat ini juga disewakan untuk kepentingan konser, pameran dan pernikahan. 

Melbourne Town Hall juga terbuka untuk umum yang ingin mengetahui lebih jauh tentang bangunan yang didesain oleh arsitek Joseph Reed ini. Namun tentu saja kita tidak bisa masuk kapanpun semau kita. Mereka mengaturnya melalui sebuah tur gratis berdurasi sekitar 1 jam. 

Untuk bisa mengikuti tur gratis Melbourne Town Hall, saya harus daftar terlebih dahulu melalui situs ini. Sekitar dua jam dari pendaftaran, saya mendapat konfirmasi free tour untuk waktu yang saya pilih, yaitu keesokan hari dari hari pendaftaran saya. 

Di hari yang ditentukan, saya dan kedua teman saya, Selvy dan Stacey yang juga ikutan free tour, sampai di Melbourne Town Hall 15 menit sebelum free tour dimulai - seperti peraturan yang tertulis. Tepat pukul 13.00, seorang pemandu bernama Ken mengumpulkan kami semua untuk memulai tur.


Ken yang sudah berusia lanjut ini memulai tur dengan menerangkan asal muasal kota Melbourne dan dibangunnya Melbourne Town Hall. "Pembangunan gedung ini dilakukan saat kami menemukan tambang emas. Jadi karena punya banyak uang, kami membangun banyak gedung untuk pamer," katanya sambil bercanda. 


Sebagai seorang pemandu, Ken sosok yang menyenangkan. Selain informatif dengan bahasa Inggris yang mudah dimengerti, cara dia menyampaikan informasinya juga sering diselingi dengan canda. Ken juga mengerti dengan kebutuhan para pengunjung untuk melakukan foto-foto. Tapi tentunya hanya di area-area yang diperbolehkan foto.



Saya dengan piano yang dimainkan Paul McCartney

Salah satu area yang diperbolehkan untuk foto adalah ruangan yang terdapat sebuah piano istimewa yang pernah dimainkan oleh salah satu personil The Beatles. "The Beatles populer nggak di Indonesia?" tanya Ken kepada saya. Setelah mendengar jawaban saya bahwa The Beatles sangat populer di Indonesia, Ken langsung mempersilakan saya untuk mengambil foto dengan piano yang dimainkan oleh Paul McCartney ketika The Beatles tur ke Melbourne pada tahun 1964. Bayangkan sudah berapa tua tuh, umur sang piano.  

Ken kemudian membawa kami ke balkon tempat The Beatles berdiri dan menyapa para penggemarnya. Ken menunjukkan foto banjirnya para penggemar yang saat itu ingin melihat para personil The Beatles di Melbourne Town Hall. 



The Beatles di balkon Melbourne Town Hall
Foto: Herald Sun Image Library

Saya memang bukan penggemar no.1 The Beatles, tapi saya penggemar musik yang tahu banyak lagu The Beatles. Jadi saat saya melihat foto yang ditunjukkan Ken dan berada di tempat The Beatles pernah berdiri dan menghebohkan satu kota Melbourne, saya merasa sangat beruntung bisa berada di tempat yang sangat bersejarah. 


Selain itu, banyak sekali yang diperlihatkan oleh Ken. Dia membimbing semua peserta tur dari satu ruangan ke ruangan lainnya, dari satu benda bersejarah ke benda bersejarah lainnya. Menceritakan dari satu hal ke hal lainnya. 


Selain kisah The Beatles, ada kisah lain yang diceritakan oleh Ken yang membuat saya makin jatuh hati dengan Melbourne. Saat itu, Ken menceritakan sejarah para wali kota Melbourne. Salah satunya adalah John So yang memerintah pada periode 2001 - 2007. 


John So adalah wali kota pertama yang terpilih langsung oleh masyarakat. Sebelumnya para wali kota dipilih oleh para anggota dewan. Dia juga merupakan wali kota pertama yang berdarah Tiongkok. Secara hukum dia warga negara Australia tapi secara asal-usul dia adalah orang Hong Kong. 


Mengetahui hal tersebut, hati saya terasa hangat. Rasanya seperti mendapat penjelasan akan banyak hal yang saya lihat di Melbourne selama ini. Ini dia kenapa Melbourne sangat berwarna, baik dari orang-orangnya maupun budayanya, karena kota ini menyambut dan memeluk perbedaan. Hal yang sungguh luar biasa indah!


Secara keseluruhan, tur ini adalah tur yang luar biasa menyenangkan. Bagi siapapun yang ingin mengetahui sedikit sejarah Melbourne sekaligus berkunjung ke salah satu tempat ikonis di ibukota negara bagian Victoria ini, Melbourne Town Hall free tour harus banget diikuti.


----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h


Blog Sebelumnya:
  • 3 Tempat Wisata Wajib Kunjung di Lembang
  • Itinerary Trip Hobart, Tasmania, Australia
  • Itinerary Trip Brisbane, Australia
  • Tempat Belanja Oleh-oleh di Hobart, Tasmania
  • Sensasi Merasakan Hujan Salju di Mount Wellington, Tasmania






Berwisata ke Lembang, Jawa Barat nggak akan membuat kita bosan. Pasalnya ada banyak sekali tempat wisata di Lembang. Mulai dari wisata kuliner, budaya, sampai wisata alam tersedia di sini. Nah, dari banyaknya tempat wisata di Lembang, kalau Anda mencari yang bisa menyegarkan mata, tiga tempat wisata berikut wajib didatangi. 

Maribaya Natural Hot Spring Resort



Tempat wisata yang berlokasi di Jl. Raya Maribaya No.105/212, Langensari, Lembang ini punya banyak hal untuk ditawarkan. Mulai dari kolam-kolam air panas, air terjun, kebun binatang mini, sampai taman bermain anak-anak. Semuanya tentu dikemas dengan nuansa alam yang sangat memanjakan mata. Yang paling saya sukai dari tempat ini tentu saja air terjunnya. Dari dua air terjun, ada satu air terjun yang menyediakan lokasi untuk foto dari atas pohon. Naik ke sini bikin lutut saya gemetaran tapi hasil fotonya sangat memuaskan.  

Dusun Bambu Family Leisure Park



Bila di Maribaya Natural Hot Spring Resort air terjun adalah pesona utamanya, di tempat wisata ini danau yang dikelilingi pondok-pondok bambu adalah daya tariknya. Di waktu-waktu tertentu kita bisa menikmati alunan musik Sunda dan Pop dari para pemusik yang bermain di sekitar danau. Selain itu, di tempat yang beralamat di Jalan Kolonel Masturi KM. 11, Cisarua, Lembang, Kertawangi, Cisarua ini juga terdapat arena bermain anak dan resto Lutung Kasarung yang mempunyai tempat makan unik dengan desain sangkar burung. 

Floating Market



Ingin naik perahu di tengah danau sambil belanja aneka jajanan? Coba deh, datang ke tempat wisata yang berlokasi di Jalan Grand Hotel No.33E, Lembang ini. Jajanannya tentu aneka rupa. Saya suka dengan seblak dan lumpia basah yang dijual di sini. Rasanya enak! Namun selain jajanan, tempat ini juga menawarkan pemandangan danau dan gunung yang menyejukkan mata. Selain itu ada pula Rainbow Garden dan pondok Kyotoku yang bernuansa Jepang.

Tulisan saya ini pertama kali ditayangkan di situs WomanTalk. 

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h


Blog Sebelumnya:
  • Itinerary Trip Hobart, Tasmania, Australia
  • Itinerary Trip Brisbane, Australia
  • Tempat Belanja Oleh-oleh di Hobart, Tasmania
  • Sensasi Merasakan Hujan Salju di Mount Wellington, Tasmania
  • Tempat Belanja Oleh-oleh Murah di Surders Paradise, Gold Coast, Australia

Newer Posts Older Posts Home

My Travel Book

My Travel Book
Baca yuk, kisah perjalanan saya di 20 negara!

My Travel Videos

Connect with Me

Total Pageviews

Categories

Amerika Serikat Australia Belanda Belgia Ceko Denmark Hong Kong Indonesia Inggris Irlandia Italia Jepang Jerman Korea Selatan Macau Malaysia Prancis Singapura Skotlandia Spanyol Thailand Vietnam

Blog Archive

  • ►  2025 (4)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2024 (12)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2023 (7)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  October (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2021 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (51)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (5)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (10)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2018 (30)
    • ►  December (8)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ▼  2017 (60)
    • ▼  December (6)
      • After Living in Melbourne for Months, I am Proud t...
      • Tip Mendapatkan Kamar Hotel dengan Harga Murah
      • Cara Mudah dan Murah Pergi ke Surfers Paradise dar...
      • Peppers Soul Surfers Paradise, Aparthotel dengan P...
      • Ibis Brisbane, Hotel Bagus dan Terjangkau di Pusat...
      • Tip Hemat Jalan-jalan di Hobart, Tasmania, Australia
    • ►  November (4)
      • Tur Gratis Melbourne Town Hall: The Beatles dan Me...
      • 3 Tempat Wisata Wajib Kunjung di Lembang
    • ►  October (5)
    • ►  September (8)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (8)
    • ►  April (9)
    • ►  March (2)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2016 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (3)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (4)
    • ►  February (4)
    • ►  January (6)
  • ►  2015 (51)
    • ►  December (7)
    • ►  November (4)
    • ►  October (3)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (3)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2014 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (1)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (6)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (5)
    • ►  April (4)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (6)
  • ►  2013 (13)
    • ►  December (5)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)

Search a Best Deal Hotel

Booking.com

Translate

Booking.com

FOLLOW ME @ INSTAGRAM

Most Read

  • 10 Info Tentang Kartu Myki, Alat Bayar Transportasi di Melbourne, Australia
  • 6 Rekomendasi Oleh-oleh dari Edinburgh, Skotlandia dan Kisaran Harganya
  • 8 Tip Naik Tram di Melbourne, Australia
  • My 2018 Highlights

About Me

Hi, I'm Yani. I have 15 years experience working in the media industry. Despite my ability to write various topics, my biggest passion is to write travel stories. By writing travel stories, I combine my two favourite things; travelling and writing. All the content in this blog are mine otherwise is stated. Feel free to contact me if you have questions or collaboration proposal :)

Contact Me

Name

Email *

Message *

Copyright © 2016 My Travel Stories. Created by OddThemes & VineThemes