Ternyata Tram di Melbourne Bisa Mati Juga!
Hari itu adalah hari terakhir kami di Melbourne sebelum pulang ke Jakarta. Kami memutuskan untuk menikmatinya bersama kakek dan nenek Noah ke tempat yang menurut kami akan disukai Noah, yaitu aquarium. Saat kami berangkat dari rumah, pukul 09.30 pagi, hujan sangat deras. Jarang-jarang hujan deras seperti ini di Melbourne di bulan Januari yang seharusnya panas. Perjalanan yang seharusnya mudah, menjadi cukup ribet karena hujan yang sangat deras membuat air mengalir dimana-mana. Jalan kaki ke halte tram yang hanya memakan waktu tiga menit jadi terasa menantang karena kami harus menghindari aliran air agar sepatu tidak basah. Setelah naik tram, seharusnya kami hanya perlu duduk manis selama sekitar 45 menit dan turun langsung di depan SEA LIFE. Total perjalanan seharusnya hanya sekitar 50 menit saja. Eh tapi kok molor menjadi 1 jam 40 menit. Semuanya karena listrik tram yang tiba-tiba mati. Saya sering sekali muter-muter Melbourne dengan tram tapi baru kali ini mengalami listrik mati. Apakah karena hujan lebat? Setelah sopir mengumumkan tram mati, beberapa penumpang memutuskan turun sementara kami memutuskan untuk menunggu. Sekian menit berlalu, Noah sudah tidak betah. Dia sampai melakukan pool dancing di tiang tram saking bosannya. Hahaha. Setelah sekitar 15 menit berlalu, kakek Noah, Damien memutuskan untuk memesan Uber. Kami pun turun dari tram. Tidak sampai lima menit kami turun, Damien bilang bahwa Uber kami sudah sampai tapi dia ada di sebrang jalan. Aduh bagaimana pula menyebrangnya. Secara di Melbourne nggak bisa menyebrang sembarangan. Hujan pula! Di saat itu, tiba-tiba seorang wanita Asia paruh baya yang bersama kami di tram dan sedang berada di luar juga berkata bahwa tram kembali menyala. Kami pun otomatis tanpa berpikir, langsung masuk kembali ke kereta. Saya lihat jam sudah menunjukan pukul 10.20. Kami jelas akan telat sampai SEA LIFE tapi seharusnya telat sebentar tidak apa-apa. Baru juga berpikir demikian, tiba-tiba tram berhenti kembali. “Mohon maaf tapi tram kembali mati,” kata Pak Sopir. Ya ampun baru juga jalan empat menit. Kami kembali menunggu berharap tram akan segera kembali menyala. Detik demi detik, menit demi menit, sampai 25 menit sudah berlalu dan waktu menunjukkan sekitar pukul 10.50 dan Helen berkata, “Tampaknya kita harus memesan Uber lagi.” Gemes sih, memang karena Uber sebelumnya yang dibatalkan tetap harus dibayar dan sekarang harus bayar Uber lagi. Tapi tram pun tidak ada tanda-tanda akan hidup lagi. Lima menit kemudian kami sudah ada di dalam Uber. Dan baru beberapa menit di dalam Uber, kami melihat listrik menyala kembali karena tram dari arah yang berlawanan sudah kembali berjalan. Hadeeeh! “Tapi kita nggak tahu kan, siapa tahu listriknya akan mati lagi. Jadi sudah benarlah kita pakai Uber,” kata saya berusaha melegakan hati. “Itu benar, sih,” respon Damien sambil tertawa. Untungnya pihak SEA LIFE tidak mempermasalahkan ketika kami baru sampai pukul 11.10 dan mengizinkan kami tetap masuk. Alhamdulillah!
0 komentar