Makan Makanan Bekas Babi

"Makan bareng babi, masih oke lah. Tapi kalau makan bekas babi, itu parah," ucap teman trip saya ke Ujung Kulon, Agung sambil tertawa. Saat ini sih, bila mengingat itu kami hanya bisa tertawa. Tapi saat mengalaminya saya sempat bereaksi, "Apa? Masa harus makan bekas babi, sih?"


Saat makan, babi-babi masih berkeliaran di sekitar kami. 
(Foto: Siska Kartika)

Saat itu, saya mengikuti salah satu trip yang diselenggarakan oleh sebuah operator tur. Tujuannya adalah menghabiskan pergantian tahun dari 2010 - 2011 di Taman Nasional Ujung Kulon. Kami menginap di penginapan yang ada di Pulau Peucang. Saat di sini saya merasa sangat menyatu dengan alam. Bukan hanya karena di depan penginapan terdapat pantai dan di belakang penginapan terdapat hutan, tapi juga karena banyaknya binatang yang berkeliaran bebas. Paling tidak saya melihat rusa, monyet dan babi hutan berkeliaran di sini.

Awalnya sih, saya merasa senang. Jarang-jarang melihat binatang-binatang ini beredar di luar kandangnya. Apalagi ketika saya melihat rusa-rusa yang sedang merumput, gemas rasanya ingin memotret pemandangan ini terus menerus. Tapi berbeda urusannya ketika saya melihat babi hutan-babi hutan berwarna hitam mengendus-endus di antara kami. Saya takut! Tapi saya diyakinkan bahwa binatang ini tidak berbahaya. Mereka tidak akan menyerang kami.

Mungkin karena percaya bahwa binatang ini tidak berbahaya, kami semua jadi santai. Saking santainya, petugas operator tur meletakkan makan siang kami di rerumputan tanpa ada yang menjaga. Yap, niatnya ingin makan di atas tikar di tengah rerumputan. But you know what happened next? Beberapa babi hutan langsung mengerumuni makanan tersebut. Bahkan satu babi, berhasil meletakkan moncongnya ke tumpukan telur dadar. Yuuuuh.

Semua peserta tur langsung heboh melihat itu. Beberapa langsung mengusir para babi dari makanan yang seharusnya menjadi makanan kami tersebut. Telur dadar bagian atas langsung dibuang. Petugas operator tur meyakinkan bahwa makanan lainnya aman untuk dikonsumsi (selain telur dadar, ada juga nasi dan mie instan). Saya tertegun memandangi makanan yang telah ditinggalkan oleh para babi. There's no way I am going to eat that food. 

Ini bukan masalah babi itu haram atau tidak haram. Tapi saya tidak akan makan apapun bekas binatang (terserah itu sudah dimakan atau baru diendus, menurut saya itu tetap saja bekas atau sisaan binatang). Bahkan bila yang mengendus itu pun kucing, saya tetap tidak mau memakannya. Untung saja, ada peserta tur lain yang membawa makanan lain dan mau membaginya dengan saya sehingga saya tidak harus makan makanan bekas babi. 

Pffuuuiihhh.        

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie


YouTube: yanilauwoie

     

Share:

0 komentar