Telanjang dong, di Bandara!

Saat saya business trip ke Kuala Lumpur, Malaysia pada 30 - 31 Mei 2014 lalu, saya sempat tertahan di gate imigrasi. Penyebabnya adalah sidik jari yang sempat tidak terbaca oleh mesin scanner imigrasi. Setelah beberapa kali mencoba dan membuat Ibu petugas imigrasi manyun ke saya, akhirnya sidik jari saya terbaca juga. Pffuuuiiihh...

Namun, hal ini mengembalikan ingatan saya ke beberapa peristiwa yang saya alami di bandara. Selain kasus sidik jari tidak terbaca tersebut, saya juga pernah mengalami kasus passport tidak terbaca mesin scanner di imigrasi Vietnam pada tahun 2012 lalu. Sempat khawatir tidak akan dikasih izin masuk. Namun wanita yang bertugas saat itu mencatat semua data yang dibutuhkan dari passport saya kemudian memberikan saya izin masuk. 

Lalu, saya juga tidak lupa kejadian ketika saya berada di bandara Charles de Gaulle, Paris, Prancis pada September 2013 lalu. Saat itu, saya lupa menghabiskan air dari botol minuman yang ada di dalam tas saya. Alhasil, tas saya dibongkar petugas dan ketika mereka menemukan botol berisi air tersebut saya diminta menghabiskan isinya. Ketika saya mencoba menawar untuk membuang saja isinya, ibu petugas tersebut memberikan pandangan galak dan tetap meminta saya meminumnya. Mungkin dia mau memastikan bahwa itu benar air putih dan bukan racun ;p Meskipun kembung, akhirnya saya tenggak habis juga itu air dalam botol. Hahahaha... 

Bongkar-bongkaran tas juga saya alami di bandara Ruzyne, Praha, Ceko pada September 2013. Di sana, mereka meminta saya mengeluarkan semua botol kecil berisi cairan seperti cologne, minyak kayu putih dan hand sanitizer. Botol-botol kecil yang saya letakkan berserakan begitu saja dalam tas, diminta untuk disatukan dalam satu plastik. Wah, saya yang tidak membawa persediaan plastik jelas bingung. Namun baiknya, mereka memberikan satu plastik bening (seperti yang biasa digunakan untuk membuat es batu) kepada saya. Hmm.. mungkin mereka sering mengalami masalah seperti ini, karena itu persediaan plastik beningnya cukup banyak.  

Namun, peristiwa di bandara yang paling bikin saya geli sekaligus was-was adalah ketika saya ada di bandara Fiumicino, Roma, Italia pada September 2013 lalu. Saat itu, saya memakai outfit sleeves top, celana jeans dan jersey jacket. Ketika mau melewati pintu pemeriksaan, petugas meminta saya melepas jersey jacket saya. Saya pun dengan pede melewati gerbang pemeriksaan. 
Tapiiii... sensor magnetik mereka langsung berbunyi nyaring. Saya pun harus mengulangnya lagi. Kali ini, saya melepas ikat pinggang saya. Tapi si mesin masih bunyi juga. Kemudian saya mengulang kembali melewati mesin tersebut, kali ini dengan telanjang kaki. Tapi sialnya, si mesin kembali berbunyi nyaring. 

Saya panik! Apa lagi yang harus saya lepas? Yang tertinggal di badan hanya sleeves top dan celana jeans. Ya masa harus dilepas juga. Telanjang dong, saya di bandara? Si petugas sendiri tampak stres melihat saya. Tidak tahu lagi apa yang harus mereka minta lepaskan dari tubuh saya. Sementara antrian di belakang saya juga panjang. 

Akhirnya mereka mengambil keputusan untuk meloloskan saya. Dengan sigap saya langsung menyingkir dari hadapan petugas. Takut mereka berubah pikiran. Sambil heboh memasang kembali atribut yang saya lepaskan, dalam hati saya mengucap syukur tidak harus telanjang di bandara. Hahahahaha...

Hmm, tapi apa ya, yang bikin alat sensor itu tetap berbunyi nyaring?   

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie


YouTube: yanilauwoie

Baca Juga:


Share:

2 komentar