Tim Sepak Bola Warisan Keluarga

Suatu siang di bulan Mei, saya dan Trav bergegas naik tram menuju Melbourne Cricket Ground (MCG). Kami ingin nonton pertandingan sepak bola Australia. 

Saya sebenarnya bukan penggemar sepak bola. Apalagi sepak bola Australia yang cara mainnya berbeda dengan sepak bola Indonesia atau Eropa, mana saya ngerti? Hari itu pun tim yang bermain bukan tim favorit Trav. Jadi sebenarnya tidak ada keharusan bagi kami untuk hadir di MCG. 

Namun saya penasaran ingin tahu bagaimana stadion terbesar di Australia dan no. 12 terbesar di dunia ini. Sedangkan Trav, selaku warga Australia yang bangga dengan negaranya selalu ingin menunjukkan sesuatu kepada saya. Alhasil di hari terakhir kunjungan saya di Melbourne, saya dan Trav nonton pertandingan yang tidak kami rencanakan sebelumnya.

Saat di tram, saya sempat memperhatikan 4 orang yang saya duga adalah 1 keluarga. Mereka terdiri dari pasangan muda serta 2 anak mereka yang terdiri dari perempuan (si kakak) dan laki-laki (si adik). Si kakak yang rambut pirangnya dikuncir kuda memakai slayer yang warnanya senada dengan bajunya, kuning kecokelatan. Saya melirik si adik yang juga memakai slayer dan baju yang sama. Kemudian setelah melihat kedua orangtuanya yang juga memakai seragam yang sama, saya yakin mereka pendukung salah satu tim yang akan kami tonton. 

"Mereka pendukung tim Hawtorn. Warnanya bukan kuning cokelat tapi warna seperti kotoran manusia," jawab Trav sambil nyengir ketika saya menanyakan kepadanya kira-kira keluarga ini pendukung tim mana. 

Saya melihat tram dipenuhi warna kuning cokelat dibanding merah yang menjadi simbol tim lawan, yaitu tim Melbourne. "Para pendukung tim Melbourne terkenal lebih suka liburan daripada mendukung tim sepak bolanya," tambah Trav.

Selanjutnya Trav bilang bahwa Hawtorn adalah juara Australian Football League (AFL) tahun lalu. "Tahun 2008, Hawtorn pernah berada di final bareng Geelong. Hawtorn menang dan mempermalukan Geelong. Karena itu aku harap pertandingan ini Melbourne yang menang dan bukan Hawtorn," cerocos Trav.

Hmm.. Saya langsung mengerti kenapa Trav bilang warna Hawtorn seperti kotoran manusia. Rupanya dia bete dengan tim yang pernah mengalahkan tim favoritnya tersebut. Trav pendukung fanatik tim Geelong. "Aku jadi penggemar Geelong selama aku hidup," jelas Trav. Tentu saja yang mengenalkan tim ini kepadanya adalah ayah Trav yang memang berasal dari Geelong (sekitar 1 jam dari Melbourne).


Stadion MCG ini sungguh besar dan bagus


Sesampainya di MCG saya melihat banyak orangtua yang datang bersama anak-anak mereka. Di deretan kursi depan saya sisi kanannya diisi oleh 2 orang bapak-bapak dengan 2 anak laki-laki berusia sekitar 4-5 tahun. Sementara di sisi kirinya, ada seorang Ibu membawa 1 orang anak laki-laki berusia tidak jauh berbeda. Melihat seragam yang dikenakannya mereka adalah pendukung tim Hawtorn yang hari itu memenangkan pertandingan.

Mungkin anak-anak tersebut dan kakak-beradik yang ada di tram akan tumbuh besar seperti Trav yang menyukai tim sepak bola karena warisan orangtuanya. Sama seperti Trav yang mulai mewariskan juga kepada anak laki-lakinya yang berusia 5 tahun untuk suka kepada Geelong. 

Kemarin malam saya mengobrol dengan mereka berdua lewat video call. Trav bercerita bahwa mereka dan ayah Trav baru saja pulang nonton pertandingan sepak bola di mana Geelong bermain. Keduanya sedih karena Geelong kalah lagi dari Hawtorn. Namun dengan mata berbinar-binar mereka menyanyikan lagu anthem tim Geelong kepada saya. Saat itu saya yakin, ikatan yang dihadirkan lewat sepak bola tersebut akan selalu menyatukan mereka sampai kapan pun :)



----------@yanilauwoie----------

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie


YouTube: yanilauwoie

Share:

0 komentar