My Travel Stories

Lots of memories I can't keep, that's why I write.

Powered by Blogger.
  • Home
  • Indonesia
  • Asia
  • Australia
  • Eropa
  • Amerika
  • Travel Tips
  • Itinerary
  • Portfolio

Sebenarnya sudah lama saya penasaran ingin mencoba jajan di Hopetoun Tea Rooms di Block Arcade, Melbourne, Australia. Awalnya sih, karena tergoda dengan deretan kue cantik yang didisplay di jendela mereka. Makin tergoda karena tiap kali melewati tea house ini, selalu saja ada orang-orang yang mengantri untuk bisa masuk ke sini. Patokan tempat makan enak, biasanya dilihat dari penuhnya tempat tersebut, kan? Wah, jadi makin penasaran.

Akhirnya rasa penasaran itu terpenuhi ketika saya mengunjungi Hopetoun Tea Rooms pada Rabu, 26 April 2017. Saya datang ke sana bersama teman saya dari Jakarta, Nopenk yang sedang liburan di sini. Kami pun masuk dalam antrian untuk mendapatkan tempat duduk. Untungnya pas kami datang, antriannya tidak begitu panjang, hanya ada satu pasangan di depan kami. 

Di garis antrian terdapat buku menu. Saya pun membukanya untuk mendapat gambaran apa saja yang mereka jual sekalian memilih makanan apa yang mau saya pesan. Mereka memiliki menu sarapan, makan siang, dan aneka minuman dengan teh mendominasi. Eh, tapi kok nggak ada kue ya, dalam buku menu ini? Padahal justru saya ke sana karena penasaran ingin mencicipi kue-kue cantiknya. 

"Untuk kue, tidak ada di menu. Bisa langsung melihat kue yang ada di jendela dan memesannya," pelayan Hopetoun Tea Rooms menjawab pertanyaan saya ketika kami sudah mendapatkan tempat duduk. Karena saya pencinta cheesecake, saya pun langsung bertanya kepadanya apakah mereka memiliki cheesecake. "Kami ada dua pilihan cheesecake, White Chocolate Cheesecake dan Baked Berry Cheesecake." Saya putusakan untuk mencoba Baked Berry Cheesecake yang dijual dengan harga 9.50 AUD.

Ketika cheesecake ini datang, saya terkesan dengan tampilan cantiknya. Sepotong cheesecake dengan potongan stroberi, kiwi, dan blueberi di atasnya. Kemudian di sisinya terdapat krim keju dengan potongan stroberi, kiwi, dan jeruk. Sedangkan di sisi lainnya terdapat olesan saus stroberi. Sebagai pelengkap, sajian tersebut ditaburi gula halus. Cantik!

Sebagai penggemar cheesecake, untuk rasanya saya bisa bilang cheesecake ini lolos lidah saya. Dominan rasa gurih dari keju diimbangi oleh asam manis stroberi dan kiwi. Kelembutan kuenya juga pas. Yang sedikit berbeda dari cheesecake-cheesecake yang pernah saya makan adalah base atau dasar dari kuenya. Kalau kebanyakan base cheesecake agak sedikit keras dan garing, base cheesecake ini justru lembut. Jadi gampang terpotong dengan sendok dari atas sampai dasar. Saya sih, suka. Secara keseluruhan cheesecake ini adalah salah satu cheesecake terlezat yang pernah saya makan. 

Baca Juga: Makanan Enak di Melbourne, Australia

Saya juga sempat mencoba kue yang dipesan Nopenk yaitu Peach, Blood Orange & Vanilla Cake. Harganya sama dengan cheesecake yang saya pesan. Saya tidak bisa bicara banyak mengenai cake ini karena hanya mencobanya sedikit. Tapi dari cicipan tersebut saya bisa bilang kue ini juga enak. Flavor yang paling terasa di lidah saya adalah rasa segar. Ini pasti karena gabungan peach dan orange-nya. 

Selain dua kue tersebut, mereka memiliki banyak jenis lainnya. Dari penjelasan seorang pelayan kepada salah satu tamu, saya dapat info bahwa jenis kue-kue yang dibuat setiap harinya berbeda-beda. Jadi kue yang ada di hari ini belum tentu ada di keesokan harinya. Saya cukup beruntung hari itu bisa menemukan cheesecake.

Untuk minuman, saya pesan Mango Tango, teh dengan cita rasa mango, rhunarb & green tea seharga 6.50 AUD. Aroma dari mangonya sih cukup kuat jadi tercium manis dan segar. Tapi untuk rasanya ya menurut saya seperti teh pada umumnya bila belum dikasih gula. Agak pahit. Tapi saya kan bukan ahli teh, ya. Jadi kurang bisa membedakan rasa teh. Hanya bisa membedakan sebatas aromanya saja. Saya sengaja memesan teh karena itu memang spesialisasi mereka. Tapi kalau ditanya apakah saya akan memesan teh lagi saat berkunjung ke sini? Jawabannya adalah tidak :)

Overall, saya suka dengan tea house ini. Meskipun tempatnya kecil namun kue-kuenya enak. Jadi kapan-kapan saya pasti akan datang lagi ke tempat ini.

Hopetoun Tea Rooms
Alamat: 282 Collins Street (Block Arcade), Melbourne, Victoria 3000
Telepon: 0396502777 
Waktu buka: 08.00 - 17.00 (Senin - Sabtu), 09.00 - 17.00 (Minggu)

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Pergi ke Luar Negeri Nggak Punya Tiket Pulang, Siap-siap Tanda Tangan Surat Pernyataan
  • Tomodachi Izakaya & Bar, Restoran Makanan Jepang di Geelong, Victoria, Australia
  • Tempat Belanja Sepatu Musim Dingin Murah Meriah di Victoria, Australia
  • 6 Destinasi Penginapan di Tengah Perkebunan Anggur di Victoria, Australia


Foto ilustrasi: Pixabay

"Mbak, belum punya tiket pulang, ya?" tanya petugas check in Garuda Indonesia di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta kepada saya pada awal April lalu.
"Belum," jawab saya.

Lalu petugas tersebut mulai bertanya apa tujuan saya ke Melbourne dan visa apa yang saya miliki. Saya menjawab semua pertanyaannya, termasuk menjelaskan alasan kenapa saya belum punya tiket pulang. 

"Soalnya banyak yang pergi ke luar negeri dengan tujuan sengaja mencari asylum," tambah sang petugas. Waduh! Saya sih, tidak pernah berpikir untuk mencari suaka ke Australia. Nggak pernah kepikiran juga untuk menjadi imigran gelap. Membayangkan konsekuensinya saja sudah bikin saya ngeri. 

Alasan saya belum punya tiket pulang adalah karena saya belum tahu kapan tepatnya saya akan pulang dari Melbourne dari jangka waktu maksimum 90 hari tinggal yang diberikan berdasarkan ketentuan yang tertera di visa turis saya. I keep my option open. 

Baca Juga: Beli Tiket Pesawat Pakai Kartu Kredit Orang Lain

Sejujurnya saya tidak menyangka akan mendapatkan pertanyaan ini dari petugas Garuda Indonesia. Saya pikir saya akan mendapatkan pertanyaan ini dari petugas imigrasi di Melbourne. Tapi penjelasan sang petugas membuat saya mengerti kenapa dia harus menanyakan ini ke saya. 

Dia berkata bahwa untuk penerbangan ke luar negeri seharusnya penumpang memang memiliki tiket pulang pergi. Karena kalau sampai penumpang dideportasi begitu sampai di negara yang dituju karena tidak punya tiket pulang, pihak maskapai bisa disalahkan dan harus menanggung transportasi pulang sang penumpang. 

"Mbak bisa tetap pergi tapi harus menandatangi surat pernyataan," ujar sang petugas. Inti dari surat pernyataan tersebut adalah bahwa benar saya hanya punya tiket pergi saja dan bersedia membeli tiket pulang sendiri seandainya saya dipulangkan oleh pihak imigrasi Australia.  

Wah, saya langsung was-was mendengarnya. Bukan takut karena harus tanda tangan suratnya. Tapi takut kalau sampai harus dideportasi dari Australia. Saya sudah bolak-balik Australia sejak tahun 2014 dan selalu punya tiket pulang pergi ketika bepergian ke sana. Baru kali ini saya tidak punya tiket pulang. Saya pun cemas. Kan nggak lucu kalau saya dideportasi. Bisa rusak catatan bersih saya.

Baca Juga: Telanjang dong, di Bandara!

Akhirnya saya memutuskan untuk membeli tiket pulang. Saya pun bertanya kepada petugas counter pembelian tiket Garuda Indonesia yang tidak jauh dari counter check in. Setelah tanya-tanya ternyata harga tiketnya mahal banget. Di kisaran 6 sampai 7 juta untuk tiket Melbourne - Jakarta untuk periode penerbangan akhir Juni - awal Juli 2017. What?

Saya pun batal membeli tiket Garuda Indonesia dan memilih menandatangi surat pernyataan yang memang sudah ada template-nya. Sang petugas juga meminta saya mengisi alamat yang jadi tujuan saya di Australia dan memotret passport saya. Mungkin karena melihat wajah saya yang panik, dia berkata seperti ini, "Ini bukan apa-apa kok, Mbak. Cuma prosedur saja agar kami tidak disalahkan kalau sampai Mbak dipulangkan."

Saya hanya tersenyum melihat usaha petugas tersebut menenangkan saya. Tapi dia tidak tahu yang saya khawatirkan bukan perkara surat yang saya tanda tangani tersebut, justru kalimat "kalau mbak dipulangkan" itu yang membuat saya deg-degan.

Untungnya, saya punya teman, Stacey yang selalu bisa diandalkan. Saya pun menelepon dia dan memintanya mencarikan tiket termurah. Stacey langsung membuka laptopnya dari rumahnya dan mencarikan saya tiket saat itu juga. Ketika saya sedang mengantri di pemeriksaan menuju ruang tunggu pesawat, dia berkali-kali menelpon saya memberi tahu harga-harga tiket dari beberapa maskapai untuk beberapa tanggal.

Baca Juga: Diendus Anjing di Bandara Perth, Australia

Saat akhirnya saya mencapai ruang tunggu Stacey sudah berhasil membeli tiket AirAsia untuk saya dari Traveloka. Tapi saya tidak bisa langsung tenang karena e-ticket-nya belum juga dikirimkan oleh Traveloka. "Maksimum satu jam," kata Stacey. Aduh, kalau sampai menunggu satu jam, saya sudah masuk pesawat. Saya inginnya sudah menerima e-ticket tersebut dan mengunduhnya sebelum saya terbang. Jadi saya bisa tenang ketika mendarat di Melbourne.

Menit demi menit kami menunggu. Kok email nggak masuk juga. Sampai akhirnya petugas memberi tahu sudah waktunya untuk boarding, telepon genggam saya bergetar. E-ticket saya masuk ke email. Alhamdulillaaaaaah. Rasa panik hilang. Saya pun tenang. Terima kasih Stacey :)

Sampai di imigrasi Melbourne mereka tidak menanyakan tiket pulang saya. Sama seperti sebelum-sebelumnya masuk Australia (selain Melbourne, saya pernah mendarat di Sydney dan Perth), saya tidak pernah ditanyakan tiket pulang. Tapi saya sama sekali tidak menyesal sudah membeli tiket pulang di menit-menit terakhir menuju penerbangan.

Bahkan saya berterima kasih telah diingatkan oleh pihak Garuda Indonesia akan hal ini. Karena kita tidak pernah tahu kan, kalau tiba-tiba ada random check. 'Diinterogasi' pihak Garuda Indonesia saja sudah bikin saya deg-degan. Apalagi kalau sampai kejadian diinterogasi pihak imigrasi Melbourne. Ih membayangkannya saja sudah seram.

Ini mungkin akan menjadi pengalaman pertama dan terakhir saya untuk membeli tiket satu arah ketika jalan-jalan ke luar negeri. Nggak lagi-lagi, deh. Deg-degannya itu lho, nggak tahan. Berasa kayak ikutan Amazing Race. Hahahaha... 

Ada yang pernah punya pengalaman beli tiket satu arah juga? Share dong... :)

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Tomodachi Izakaya & Bar, Restoran Makanan Jepang di Geelong, Victoria, Australia
  • Tempat Belanja Sepatu Musim Dingin Murah Meriah di Victoria, Australia
  • 6 Destinasi Penginapan di Tengah Perkebunan Anggur di Victoria, Australia
  • Suka Makanan Pedas? Wajib Datang ke Warung MJS Setiabudi Jakarta
Mencari restoran makanan Asia di Melbourne dan daerah Victoria, Australia lainnya bukan perkara sulit. Kita akan dengan sangat mudah menemukan restoran makanan Thailand, Korea, Vietnam, atau Jepang. Coba saja jalan-jalan ke pusat kota Melbourne. Di sekitaran Swanston Street atau China Town berderet restoran-restoran Asia.

Bukan hanya di kota besar seperti Melbourne saja, di kota pinggiran Victoria juga banyak restoran-restoran yang menawarkan makanan Asia, termasuk di Geelong, suburb yang berjarak sekitar 1 jam dari Melbourne. Meskipun pilihan restorannya tidak sebanyak di Melbourne tapi tidak akan membuat kita kesulitan menemukan restoran makanan Asia di Geelong.


Salah satu restoran yang saya datangi saat akhir pekan kemarin adalah Tomodachi Izakaya & Bar. Restoran mungil ini terletak di pusat kota Geelong. Sebenarnya sudah dari beberapa bulan lalu penasaran ingin mencoba makanan di sini tapi baru terwujud Sabtu lalu. 

Homey. Itu kesan pertama saya begitu masuk tempat ini. Dekorasi dinding, bar, dan meja yang memakai elemen kayu memberikan kesan hangat pada tempat ini. Selain itu, jejeran botol minuman yang ada di barnya memberikan nuansa hiasan tersendiri.

Saya tidak tahu apakah restoran ini termasuk favorit atau tidak. Karena saat saya datang ke sana sudah lewat jam makan siang, sekitar pukul 14.20. Tidak heran bila restoran ini terlihat sepi. Selain meja saya, hanya ada satu meja lagi yang terisi. 

Untuk menu, seperti kebanyakan restoran makanan Jepang lainnya mereka memiliki menu ramen, bento, donburi, dan makanan-makanan kecil seperti edamame, takoyaki, dan tempura. Sedangkan minumannya, selain menyediakan soft drink dan juice, mereka juga menjual sake.

Baca Juga: Makanan Enak di Melbourne, Australia

Siang itu saya memilih menu Teriyaki Beef Bento. Dalam sekotak bento terdapat nasi, daging sapi dengan bumbu teriyaki, salad, dua buah vegetables spring roll kecil, dua potong kecil melon oranye, dan acar. Harganya 13 AUD. 

Lalu bagaimana rasanya? Kekenyalan dagingnya sangat pas. Tidak keras dan tidak terlalu lembut. Ukuran dagingnya juga cukup besar-besar. Tidak hanya seperti irisan-irisan tipis. Bumbu teriyakinya juga cukup berasa. Berbeda dengan restoran Jepang yang ada di Indonesia yang biasanya menyajikan nasi lengket (sticky rice). Nasi di restoran ini adalah nasi normal bagi orang Indonesia. Tapi kalau dibandingkan dengan nasi-nasi buyar yang banyak disajikan di restoran-restoran sini, nasi di Tomodachi cukup menyatu. Overall, porsinya sangat pas untuk saya. Tidak kebanyakan. Biasanya porsi makanan di restoran-restoran di Australia besar-besar. Saya sering tidak habis kalau makan sendirian. 

Selain itu, saya juga mencoba Karaage Chicken. Potongan paha ayam yang digoreng dengan balutan tepung. Kemudian dikasih saus asam manis dan mayonnaise. Sudah kebayang kan, rasanya asam, manis, dan gurih. Makanan ini disajikan dengan salad. Porsinya cukup untuk membuat kenyang meskipun tanpa nasi. Harganya 14 AUD.

Saya juga memesan edamame. Namun tidak terlalu banyak yang bisa diceritakan tentang edamame berharga 6 AUD ini. Karena rasanya ya sama saja seperti kebanyakan edamame yang saya makan di Jakarta. Dibumbuinya juga sama dengan garam. Jadi ada nuansa asin. 

Yang saya tidak coba adalah ramen. Tapi menurut Trav yang mencoba, ramennya sangat enak. Kuahnya sangat berasa. Dia bilang bahkan lebih enak daripada kuah pho di Meekong (restoran makanan Vietnam di Melbourne yang sangat kami sukai. Nanti saya tulis tentang Meekong terpisah). Meskipun menurut saya tidak bisa dibandingkan antara kuah pho dan kuah ramen karena jenis makanannya saja beda, tapi dari sini bisa saya simpulkan bahwa ramennya cukup enak. 

Tapi kalau saya boleh mengambil kesimpulan makanan apa yang paling enak dari yang saya coba di Tomodachi Izakaya & Bar, saya akan jawab vegetables spring roll. Iya padahal ini cuma menu pelengkap di bento saya. Kecil pula ukurannya. Tapi si kecil ini rasanya sungguhlah enak. After taste-nya yang gurih bikin nagih. Enaaaak!

Tomodachi Izakaya & Bar
Alamat: 85A Little Malop St, Geelong, Victoria, 3220
Nomor telepon: 0432.733.092/5200.9360
Jam buka: makan siang: 11.30 - 15.00 (Senin - Minggu), makan malam: 17.00 - 21.30 (Senin - Kamis, dan Minggu), 17.00 - 22.00 (Jumat - Sabtu) 

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Tempat Belanja Sepatu Musim Dingin Murah Meriah di Victoria, Australia
  • 6 Destinasi Penginapan di Tengah Perkebunan Anggur di Victoria, Australia
  • Suka Makanan Pedas? Wajib Datang ke Warung MJS Setiabudi Jakarta
  • Hotel dengan Lokasi Strategis di Melbourne: Travelodge
Kemarin saya jalan-jalan di Westfield Shopping Centre yang ada di pusat kota Geelong, Victoria, Australia. Layaknya shopping centre yang cukup besar, Westfield memiliki banyak toko. Mulai dari toko pakaian, perhiasan, makanan, provider telepon, salon, sampai department store ada di sini.

Nah, salah satu department store yang saya masuki adalah Big W. Dari hasil keliling-keliling Big W, saya melihat bahwa koleksi musim dingin sudah mulai memenuhi toko. Maklum saja, soalnya sekarang sudah musim gugur/autumn, yang berarti musim dingin/winter akan hadir sebentar lagi. Musim gugur juga membuat udara di Victoria agak dingin dibandingkan musim semi/spring. Jadi nggak heran bila orang sudah mulai mengkoleksi pakaian musim dingin sejak musim gugur.



Salah satu koleksi musim dingin yang kemarin menarik perhatian saya adalah sepatu musim dingin dengan model boots yang lucu-lucu. Mulai dari ankle boots hingga boots dengan bahan fleece terpajang di rak-rak sepatu Big W. 

Harganya pun tidak membuat saya tercengang. Fleece boots dengan warna-warna manis seperti pink dan biru, harganya hanya 12 AUD. Sedangkan ankle boots dengan bahan beludru dipatok dengan harga 15 AUD, dan boots dengan tinggi sebetis yang terbuat dari bahan kulit sintetis harganya 25 AUD. 

Saya tidak tahu bagaimana kualitas sepatu-sepatu tersebut karena saya tidak membelinya. Namun kalau dilihat dari tampilannya, sepatu musim dingin yang murah meriah ini terlihat cantik-cantik dan keren-keren. Kalau sudah benar-benar masuk winter, saya tertarik untuk membeli salah satunya. 

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • 6 Destinasi Penginapan di Tengah Perkebunan Anggur di Victoria, Australia
  • Suka Makanan Pedas? Wajib Datang ke Warung MJS Setiabudi Jakarta
  • Hotel dengan Lokasi Strategis di Melbourne: Travelodge
  • Tinggal di Australia: Tidak Ada Penjualnya, Beli Telur Bayarnya ke Kotak


Salah satu destinasi wisata di Victoria, Australia yang saya suka adalah winery (tempat memproduksi wine atau anggur). Soalnya pemandangan perkebunan anggur di Victoria cantik-cantik dan bikin mata adem. Sudah beberapa kali saya mengunjungi winery. Saya pernah mengunjungi Rochford Winery dan Domaine Chandon Winery yang ada di Yarra Valley, Brown Brothers Winery yang ada di Milawa serta beberapa winery lainnya.

 Domaine Chandon Winery

Yang paling berkesan untuk saya adalah saat saya berkunjung ke Brown Brothers Winery. Selain suka dengan pemandangannya, saya suka dengan kesabaran penjualnya melayani saya yang 'buta' tentang wine. Wine tasting pertama saya di tempat yang sudah memproduksi wine lebih dari 125 tahun ini membuat saya membeli satu botol wine yang menurut saya adalah wine terenak yang pernah saya coba. Tapi mungkin ini tidak bisa dijadikan patokan karena saya bukan peminum wine, jadi saya tidak punya banyak perbandingan rasa. (Untuk pengalaman wine tasting saya di Brown Brothers bisa dibaca di sini)   

Saat berkunjung ke winery, saya biasanya hanya berkunjung saja. Mencoba wine-nya, kalau enak dibeli, kalau tidak menemukan yang sesuai lidah cukup foto-foto pemandangan cantiknya. Saya belum pernah mencoba untuk menginap di kawasan winery. Padahal tidak sedikit winery yang memiliki tempat penginapan. Kayaknya seru juga, sih, saat bangun pagi melihat pemandangan kebun anggur yang hijau.  

Mungkin ketika berkunjung ke perkebunan anggur berikutnya, saya akan mencoba salah satu destinasi penginapan di tengah kebun anggur yang direkomendasikan oleh Visit Victoria berikut ini. Penginapan-penginapan ini terletak di kawasan Mornington Peninsula (no.1 - 5) dan Yarra Valley (no.6). Australia memiliki lebih dari 60 kawasan winery dan negara bagian Victoria adalah kawasan penghasil anggur terbesar.

Foto: Dok. Jackalope Hotel

1. Jackalope Hotel. Hanya dibutuhkan waktu sekitar satu jam dari kota Melbourne untuk bisa sampai di sini. Properti dengan 46 kamar yang terletak di tengah kebun anggur ini mulai menerima reservasi pada bulan April 2017. Kamar-kamar tamu yang tersedia dihias dengan furnitur bergaya modern yang dirancang oleh desainer asal Melbourne, Zuster. Hotel ini dilengkapi fasilitas kolam renang tanpa batas (infiniti) yang menghadap ke perkebunan anggur pribadi hotel ini. Paviliun di tepi kolam dapat dimanfaatkan untuk lokasi spa atau private dining. Selain memiliki restoran Doot Doot Doot, ada juga gudang anggur yang bernama Rare Hare. Gudang ini menampilkan koleksi anggur pribadi yang diproduksi di area Jackalope Hotel.

Foto: Dok. Port Phillip Estate

2. Port Phillip Estate. Properti ini menawarkan enam akomodasi mewah dengan desain kontemporer yang dilengkapi oleh teras pribadi dengan pemandangan kebun anggur yang spektakuler. Para tamu Port Phillip Estate maupun tamu penginapan dapat mencicipi sajian kuliner dari chef Stuart Deller serta koleksi anggur Kooyong dan Port Phillip Esate di dining room.

Foto: Dok. Lindenderry

3. Lindenderry. Terletak di tengah-tengah kebun dengan luas 30 acre, Lindenderry di Red Hill menawarkan 40 akomodasi bergaya rustic. Tiap kamar dihiasi dengan pemandangan kebun yang luas. Selain dapat menikmati hidangan di restoran yang disediakan di properti Lindenderry, pengunjung juga dapat menikmati pengalaman piknik di tengah-tengah kebun anggur yang tentunya memberikan kesan romantis.

 Foto: Dok. Lakeside Villas

4. Lakeside Villas. Penginapan yang terletak di Crittenden Estate ini memiliki panorama danau dan kebun anggur yang tidak hanya megah namun juga akan memanjakan mata. Santapan kuliner serta anggur terbaik pilihan disajikan di restoran Stillwater dan pengalaman mencicipi anggur tersedia di Crittenden Wine Center yang terletak di area properti Crittenden Estate.

Foto: Dok. Polperro Villas

5. Polperro Villas. Terdapat empat studio apartemen indah yang dilengkapi dengan pemandangan kebun anggur Red Hill. Tiap vila dilengkapi dengan interior rancangan desainer, perapian, spa, dan dek pribadi.

Foto: Dok. Balgownie Estate

6. Balgownie Estate. Di sini ada 69 kamar yang dilengkapi dengan restoran, gudang anggur, spa, lapangan tenis dan kolam renang yang dapat ditemukan di area properti Balgownie – dikelilingi dengan pemandangan Yarra Valley dan kebun anggur yang luas. Properti ini menawarkan beragam jenis anggur yang meliputi Chardonnay, Pinot Gris, Pinot Noir dan sparkling.
 
Itu info penginapan seru di tengah perkebunan anggur yang saya dapat. Kalau nanti saya sudah menginap di salah satunya, saya akan bagi pengalaman saya, ya. 

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Suka Makanan Pedas? Wajib Datang ke Warung MJS Setiabudi Jakarta
  • Hotel dengan Lokasi Strategis di Melbourne: Travelodge
  • Tinggal di Australia: Tidak Ada Penjualnya, Beli Telur Bayarnya ke Kotak
  • Tempat Makan Tiram Segar dan Murah di Melbourne, Australia


Saya adalah pencinta makanan pedas. Bagi saya, rasa pedas adalah 'penyelamat' dari rasa makanan yang kurang pas di lidah. Apalagi, kalau pedasnya bukan sembarang pedas melainkan pedas yang lezat, wah, itu akan menjadi makanan terlezat di dunia versi saya. Karena itu, saya senang banget makan di Warung MJS, Setiabudi, Jakarta. Pasalnya restauran ini memiliki menu-menu makanan pedas yang sangat pas dengan lidah saya. 

Duduk di taman dan ruang wayang bikin mata adem

Warung MJS ini dulu namanya adalah Mbah Jingkrak Setiabudi. Dulu, di depan restoran ini ada patung nenek-nenek sedang berjingkrak. Tapi karena nama restorannya berganti, sang nenek pun tidak ada lagi. Ikon tersebut digantikan dengan patung Punakawan (Semar, Gareng, Petruk, Bagong) yang letaknya berada di dalam restoran. "Sejak lepas dari franchise Mbah Jingkrak, kami ganti nama menjadi Warung MJS. Maskotnya sekarang bukan si Mbah lagi melainkan Punakawan," jelas manager Warung MJS, Danis.

Bagi saya sih, mau namanya apapun tidak masalah selama makanannya enak. Sebagai penggemar, saya merasa tidak ada perbedaan rasa ketika restoran ini bernama Mbah Jingkrak dengan yang sekarang bernama Warung MJS. Makanannya tetap enak. Makanan pedas yang enak inilah yang membuat saya sering datang ke tempat ini. Apalagi letaknya juga hanya tinggal jalan kaki 1 menit dari kosan saya dulu. Nggak heran kalau setiap minggu saya selalu makan di restoran yang memiliki spesialisasi makanan Jawa ini. 

Tiap kali makan di sini pilihan menu saya nggak jauh-jauh dari Ayam Rambut Setan, Kikil Mercon, Oseng Paria, Oseng Daun Pepaya, dan Tempe Mendoan. Meskipun kadang saya mencoba menu lain, tapi menu tersebut adalah menu wajib makan di Warung MJS. Makanan-makanan tersebut rasanya enak banget. Ayam Rambut Setan dan Kikil Merconnya bukan cuma pedas tapi juga sangat berasa campuran bumbu lainnya. 

Sedangkan Oseng Paria dan Oseng Daun Pepayanya juga bikin nagih. Pasalnya sang koki pintar membuat kedua sayuran yang memiliki rasa asal pahit menjadi tidak pahit dan enak untuk dinikmati. Kedua sayuran ini juga dicampur dengan teri medan. Jadi ada cita rasa sedikit asin gurih.

 Favorit saya: Ayam Rambut Setan, Oseng Paria, dan Tempe Mendoan

Tempe mendoannya juga jagoan. Setahu saya, orang yang memang gemar makan tempe mendoan ataupun yang biasa saja sama tempe mendoan (seperti saya) mengakui bahwa tempe mendoan di sini enak. Porsinya juga cukup besar. Satu tempe mendoan bisa dibagi untuk berdua. 

Selain itu, ada satu lagi menu yang saya sarankan untuk pencinta sambal, yaitu Sambal Iblis. Sambal ini terdiri dari tempe tumbuk yang diaduk dengan cabai. Waduh, rasa pedasnya nampol tapi bikin nggak bisa berhenti. Siap-siap saja bibir jadi jontor. Hahahaha.  

Selain makanannya, suasanya Warung MJS juga enak untuk nongkrong lama-lama karena suasananya nyaman. Mereka memiliki tiga area, yaitu area indoor (VIP) yang ada pendingin ruangannya, area semi indoor (ada dua ruangan, yaitu ruangan topi dan wayang) serta area outdoor (taman) yang letaknya di belakang. Mau duduk di manapun, boleh saja. Nggak ada perbedaan harga atau minimal order untuk bisa duduk di ruangan-ruangan ini. 

Masing-masing ruangan tersebut, sangat instagrammable. Warung MJS mendekor tiap ruangannya dengan merchandise-merchandise atau souvenir-souvenir unik. Ada souvenir yang sangat internasional, ada juga yang sangat lokal. Tinggal pilih saja mana yang bagus untuk diposting di Instagram.

Untuk tujuan foto, banyak yang senang dengan lokasi di taman karena berada di pinggir kolam renang dan banyak pepohonan yang membuatnya kelihatan asri. Cantik deh, untuk difoto saat hari masih terang. Tapi karena saya sudah melewati masa foto-foto, jadi tiap ke sini pasti tujuannya karena ingin makan. Saya paling senang duduk di ruangan indoor, soalnya dingin. Hehehe.

Ah, menulis ini bikin saya kangen makan di Warung MJS. Padahal sebelum berangkat ke Australia awal April ini, saya sengaja makan di Warung MJS lebih sering dari biasanya karena saya tahu makan di sini akan menjadi salah satu yang paling saya rindukan dari Indonesia.

Yang ingin mencoba tantangan makan pedas, datang saja ke sini:
Alamat Warung MJS: Jalan Setiabudi Tengah no.11, Jakarta Selatan 12910 
Nomor telepon: +62 21 5252 605
Website: http://www.mbahjingkrak-setiabudi.com/

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Hotel dengan Lokasi Strategis di Melbourne: Travelodge
  • Tinggal di Australia: Tidak Ada Penjualnya, Beli Telur Bayarnya ke Kotak
  • Tempat Makan Tiram Segar dan Murah di Melbourne, Australia
  • 7 Tip Berburu Tiket Pesawat Murah di Travel Fair
Mencari hotel di pusat kota Melbourne bukanlah perkara sulit. Di ibukota Victoria, Australia ini banyak sekali penginapan. Mulai dari hotel kelas backpacker hingga hotel mewah, ada di sini. Tinggal pilih sesuai kebutuhan. Kalau yang dicari adalah lokasi yang strategis, Hotel Travelodge yang baru-baru ini saya inapi bisa jadi pilihan. Tapi hotel ini juga punya kekurangan. Berikut adalah plus minus dari Hotel Travelodge, Southbank, Melbourne.



Plus:
  • Lokasi strategis. Untuk urusan lokasi, hotel ini juara banget! Terletak di pinggir sungai Yarra, Southbank membuat saya mudah kemana-mana. Hanya jalan kaki 5 menit melewati Evan Walker Bridge saya sudah sampai di Flinder Street. Mau belanja atau cari makanan juga gampang karena hotel ini berada pas di samping Southgate, shopping centre yang memiliki banyak sekali pilihan restaurant. 
  • Free wi-fi. Selama saya menginap di sana, koneksi wi-fi-nya sangat lancar. Meskipun kecepatan internetnya hanya 512 kpbs tapi saya merasa cukup untuk tetap bisa berkomunikasi melalui messenger apps, update media sosial, atau streaming YouTube dari telepin genggam. Travelodge menyediakan kecepatan yang lebih dari 512 kpbs namun tentu saja harus bayar.
  • Jendela besar. Kamar yang saya tempati, 1004 mendapatkan sinar matahari yang banyak karena memiliki jendela yang besar. Untuk pemandangan di luar jendela, saya nggak bisa bilang itu bagus atau tidak. Kalau yang suka dengan pemandangan gedung pencakar langit, menginap di kamar ini cocoklah.
  • Kitchen set + utensil. Di depan kamar mandi, terdapat kitchen set kecil berserta berbegai perlengkapannya. Mulai dari oven, teko untuk memasak air, piring, sendok, garpu, dan gelas sudah disediakan lengkap. Termasuk juga spons untuk membersihkan piring-piring tersebut. Saya sih, tidak sempat untuk menggunakan peralatan ini karena selalu makan di luar. Tapi tekonya sempat saya pakai untuk memasak air. Meskipun minum tap water sebenarnya aman. 
  • Tersedia televisi, kulkas dan setrika. Berbeda dengan televisi dan kulkas, setrika adalah benda yang termasuk jarang disediakan hotel di setiap kamar.  Tapi di sini terdapat setrika beserta papan setrikanya. Jadi kalau baju yang diletakkan dalam koper atau ransel kusut, bisa disetrika dulu. 
  • Ada meja dan kursi. Selain untuk meletakkan barang, meja ini bisa digunakan untuk bekerja. Kenapa bekerja? Soalnya kursinya bukan untuk malas-malasan semacam sofa. Tapi kursi plastik tegak yang keras. Ya lumayan sih, untuk duduk dan mengetik sambil melihat pemandangan gedung-gedung tinggi. 
Minus:
  • Penghangat ruangan berisik. Karena udara Melbourne yang sejuk dan cenderung dingin di malam hari, saya menyalakan penghangat ruangan. Tapi yang menyebalkannya adalah penghangat ruangan ini akan mengeluarkan bunyi di  waktu-waktu tertentu. Ya macam AC-lah yang suka bersuara tiap beberapa saat. Tapi suara si penghangat ruangan ini berisik banget dan bikin saya terbangun beberapa kali. Akhirnya di malam berikutnya, saya tidak lagi memakai penghangat ruangan. Jadi penghangat ruangannya dinyalakan sebelum saya tidur, ketika kamarnya sudah hangat, saya matikan sebelum tidur. Ternyata nggak dingin-dingin amat meskipun tanpa penghangat ruangan.
  • Tidak ada kolam renang. Sebagai 'anak ikan', tentu saya akan senang bila menginap di hotel yang memiliki fasilitas kolam renang. 
  • Parkir bayar. Hotel ini tidak memiliki tempat parkir sendiri. Mereka bekerjasama dengan Wilson Parking yang berada tidak jauh dari hotel. Meskipun tiap tamu yang menginap di sini mendapatkan tarif parkir dengan harga diskon (12 AUD per hari), tetap saja harus mengeluarkan uang lagi untuk parkir.  
  • Tidak dapat sikat dan pasta gigi. Mereka menyediakan sabun cair, shampoo, dan body lotion dalam kemasan-kemasan kecil. Jadi aneh rasanya bila semua itu tersedia tapi sikat dan pasta giginya nggak ada.

Overall:
Minus yang paling mengganggu untuk saya adalah penhangat ruangan. Kalau saja penghangat ruangan nggak berisik, menginap di sini sangat menyenangkan. Harganya yang 125 AUD per malam juga menurut saya sangat sesuai.




----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Tinggal di Australia: Tidak Ada Penjualnya, Beli Telur Bayarnya ke Kotak
  • Tempat Makan Tiram Segar dan Murah di Melbourne, Australia
  • 7 Tip Berburu Tiket Pesawat Murah di Travel Fair
  • Lomba Foto Berhadiah Jalan-jalan Gratis ke Labuan Bajo
Hari ini saya diajak Pa untuk membeli telur ayam ke peternakan. Saya sebenarnya bingung sih, kenapa harus membeli telur jauh-jauh ke peternakan dan bukan ke supermarket saja. "Soalnya telur di sini lebih fresh," Pa menjelaskan. Kebingungan saya terjawab. Namun apa yang terjadi di tempat pembelian telur, membuat saya mengalami kebingungan yang lain.



Setelah sekitar 15 menit berkendara dari Highton, laju mobil yang dikendarai Pa melambat. Mobil benar-benar berhenti ketika kami berada di depan sebuah kios kecil yang terbuat dari kayu. Di belakang kios tersebut terdapat sebuah rumah besar dengan lahan pekarangan yang luar biasa luas.

Pa meminta saya untuk menunggu di mobil saja ketika dia mau membeli telur. Awalnya saya menurut saja. Tapi ketika saya melihat Pa hanya seorang diri di depan kios tersebut, saya langsung merasa ada yang aneh dengan kios tersebut. Saya pun turun dari mobil dan mendekat ke kios. Pa sedang membuka kotak yang berisi telur-telur yang sudah tertata rapi dalam kotak telur. 

Di dalam kios tersebut hanya ada dua kotak hitam besar yang berisi telur-telur. Kemudian di dinding tengah terdapat daftar harga yang ditulis di papan tulis kecil. Daftar harganya ada beberapa tergantung besar kecilnya telur yang dipilih. Di dinding kiri dan kanannya terdapat foto-foto yang berisi gambar telur, ayam, dan anjing yang terlihat sedang menjaga ayam-ayam.



Lalu di mana penjualnya? Sama sekali tidak ada. Tidak ada seorangpun yang menjaga kios tersebut. Jadi setelah memilih telur mana yang diinginkannya, Pa pun memasukkan uang kertas senilai 5 AUD dan dua uang koin masing-masing senilai 1 AUD ke dalam kotak hitam kecil yang ada di dekat kotak hitam telur. Saya sudah sering melihat konsep self-service di Australia (bisa di baca di tautan berikut). Tapi self-service jual beli telur ayam ini benar-benar membuat saya tercengang. 

Penjual menjual telur-telur ini dengan konsep dasar kepercayaan. Bagaimana bila pembeli tidak jujur memasukkan uang dengan jumlah yang seharusnya ke dalam kotak uang? Lebih parah dari itu, bagaimana bila ada pencuri yang membawa kabur semua telur dalam kios itu? Saya benar-benar tidak habis pikir. 



Saat kami kembali ke dalam mobil, seorang pria keluar dari arah pekarangan rumah dengan mengendarai quad bike. Dia kemudian meletakkan beberapa kotak telur ke dalam kotak hitam. Kemudian dia kembali ke quad bike-nya. Tepat bersamaan dengan mobil lain yang berhenti di dekat kios. Seorang ibu keluar dari mobil tersebut, mengambil telur dan memasukkan uang ke dalam kotak uang. 

Ketika si Ibu membeli telur, pria dengan quad bike tersebut sama sekali tidak mendekat ke kios. Ia tetap berada di atas quad bike-nya. Ia benar-benar percaya bahwa siapapun yang membeli telur-telurnya akan membayar sesuai harga yang seharusnya. Melihat itu saya benar-benar tidak bisa berkata-kata. Entah orang Australia memang jujur-jujur atau sang penjual menjual dagangannya dengan konsep ikhlas. Luar biasa!

Bagi yang penasaran atau ingin merasakan telur peternakan yang rasanya memang enak, coba saja datang ke Rocklea Free Range Farm yang beralamat di 159 Friend In Hand Rd, Stonehaven, Victoria 3218. Bisa juga lihat Facebooknya di sini.

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Tempat Makan Tiram Segar dan Murah di Melbourne, Australia
  • 7 Tip Berburu Tiket Pesawat Murah di Travel Fair
  • Lomba Foto Berhadiah Jalan-jalan Gratis ke Labuan Bajo
  • Lebih Seru Jalan-jalan Sendiri atau Ikutan Tur?
Newer Posts Older Posts Home

My Travel Book

My Travel Book
Baca yuk, kisah perjalanan saya di 20 negara!

My Travel Videos

Connect with Me

Total Pageviews

Categories

Amerika Serikat Australia Belanda Belgia Ceko Denmark Hong Kong Indonesia Inggris Irlandia Italia Jepang Jerman Korea Selatan Macau Malaysia Prancis Singapura Skotlandia Spanyol Thailand Vietnam

Blog Archive

  • ►  2025 (4)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2024 (12)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2023 (7)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  October (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2021 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (51)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (5)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (10)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2018 (30)
    • ►  December (8)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ▼  2017 (60)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (5)
    • ►  September (8)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (8)
    • ▼  April (9)
      • Hopetoun Tea Rooms, Tempat Minum Teh dan Makan Kue...
      • Pergi ke Luar Negeri Nggak Punya Tiket Pulang, Sia...
      • Tomodachi Izakaya & Bar, Restoran Makanan Jepang d...
      • Tempat Belanja Sepatu Musim Dingin Murah Meriah di...
      • 6 Destinasi Penginapan di Tengah Perkebunan Anggur...
      • Suka Makanan Pedas? Wajib Datang ke Warung MJS Set...
      • Hotel dengan Lokasi Strategis di Melbourne: Travel...
      • Tinggal di Australia: Tidak Ada Penjualnya, Beli T...
      • Tempat Makan Tiram Segar dan Murah di Melbourne, A...
    • ►  March (2)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2016 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (3)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (4)
    • ►  February (4)
    • ►  January (6)
  • ►  2015 (51)
    • ►  December (7)
    • ►  November (4)
    • ►  October (3)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (3)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2014 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (1)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (6)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (5)
    • ►  April (4)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (6)
  • ►  2013 (13)
    • ►  December (5)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)

Search a Best Deal Hotel

Booking.com

Translate

Booking.com

FOLLOW ME @ INSTAGRAM

Most Read

  • 10 Info Tentang Kartu Myki, Alat Bayar Transportasi di Melbourne, Australia
  • 6 Rekomendasi Oleh-oleh dari Edinburgh, Skotlandia dan Kisaran Harganya
  • 8 Tip Naik Tram di Melbourne, Australia
  • My 2018 Highlights

About Me

Hi, I'm Yani. I have 15 years experience working in the media industry. Despite my ability to write various topics, my biggest passion is to write travel stories. By writing travel stories, I combine my two favourite things; travelling and writing. All the content in this blog are mine otherwise is stated. Feel free to contact me if you have questions or collaboration proposal :)

Contact Me

Name

Email *

Message *

Copyright © 2016 My Travel Stories. Created by OddThemes & VineThemes