My Travel Stories

Lots of memories I can't keep, that's why I write.

Powered by Blogger.
  • Home
  • Indonesia
  • Asia
  • Australia
  • Eropa
  • Amerika
  • Travel Tips
  • Itinerary
  • Portfolio
Tulisan saya tentang Great Ocean Road di Victoria, Australia tayang di majalah Mandiri Prioritas edisi Agustus 2019.
Booking.com
----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h


Blog Sebelumnya:
  • 8 Tip Jalan-jalan ke Jepang
  • Ketemu Komodo Mini di Pulau Macan
  • 8 Alasan Kenapa Saya Suka Banget Pulau Macan
  • Destinasi Menyelam di Indonesia, Tayang di Majalah BCA Prioritas Edisi Juli - September 2019
  • Review Hotel Mystays Shinsaibashi di Osaka, Jepang





Dari hasil jalan-jalan ke Jepang pada April 2019, ada beberapa tip yang saya yakin dapat mempemudah perjalanan kita di Jepang, yaitu:

1. Tentukan rute perjalanan sebelum membeli JR Pass
Benarkah pengeluaran transportasi selama di Jepang akan lebih hemat dengan menggunakan JR Pass? Jawabannya tergantung dari rute perjalanan. Contohnya, kalau cuma dipakai perjalanan dari Tokyo ke Osaka one way misalnya, tentu saja akan rugi menggunakan JR Pass. Untuk JR Pass yang berlaku seminggu paling tidak harus menggunakan Tokyo - Osaka/Kyoto PP dan perjalanan di dalam kota juga agar kembali modal atau bahkan untung. Jadi sebelum membeli JR Pass, tentukan rute terlebih dahulu dan bandingkan ongkosnya bila membeli tiket satuan dengan JR Pass. 

2. Pilih penginapan yang dekat dengan stasiun
Untuk menghemat biaya, waktu dan tenaga, menginaplah di penginapan yang dekat dengan stasiun sehingga kemana-mana akan lebih mudah. Tapi lagi-lagi pastikan dahulu stasiun yang diinapi memiliki kereta/bus dengan destinasi yang dituju. Misalnya kita mau bepergian dengan menggunakan JR Line ya pastikan penginapan yang dipilih yang dekat dengan stasiun JR Line (karena tidak semua stasiun memiliki jalur kereta atau bus JR)

3. Datang ke tempat wisata sepagi mungkin
Saya berkunjung ke Jepang saat peak season, yaitu musim semi 2019, jadi kemanapun tempat wisata yang saya kunjungi selalu dipenuhi orang. Kalau sudah begini, agak susah untuk berburu foto yang bagus karena semua penuh wajah manusia, baik itu di Tokyo, Osaka maupun Kyoto. Bayangkan saja, saya sampai di Fushimi Inari Taisha sebelum jam 8 pagi tapi manusianya sudah banyak banget. Butuh menunggu beberapa waktu untuk bisa mengambil foto-foto yang saya inginkan tanpa memperlihatkan terlalu banyak manusia.   


4. Beli tiket wisata online
Selain bisa menghemat waktu, membeli tiket secara online bisa mencegah kita dari kehabisan tiket atau kecapekan karena antrian tiket masuk yang mengular. Contohnya saat saya mengunjungi Teamlab Borderless di Tokyo yang antriannya luar biasa. Sudah membeli tiket online saja dan datang sebelum jam buka mereka, saya masih harus antri sekitar 15 menitan. Kebayang nggak kalau belum beli tiket? Tentu antriannya bisa lebih lama dari itu.


5. Eksplorasi sesuai minat
Apapun ada di Jepang, baik itu wisata alam, wisata budaya, wisata belanja, wisata kuliner dan lain sebagainya. Kalau memang tidak punya waktu banyak untuk menjelajahi Jepang, saya sarankan fokuslah pada minat dan mulai atur itinerary sesuai minat. Karena saya ingin sekali melihat bunga sakura maka ketika di Jepang salah satu fokus utama saya adalah berburu bunga tersebut. 

6. Selalu tepat waktu
Lupakan jam karet! Semuanya di Jepang serba tepat waktu buka tutup tempat wisata tepat waktu, jadwal transportasi tepat waktu dan orang-orangya tepat waktu. Jadi daripada ketinggalan kereta, lebih baik datang beberapa saat sebelum jadwal keberangkatannya. Untuk mendapatkan gambaran sebagaimana tepat waktunya orang Jepang, bisa dibaca di blogsaya pada tautan yang ini. 


7. Tertib antri
Selain tepat waktu, hal lain yang saya perhatikan saat liburan ke Jepang adalah betapa tertibnya orang-orang mengantri. Saat menunggu kereta, bus atau membeli makanan di restoran atau kafe, semua orang tertib mengantri berdasarkan jalur yang sudah disediakan. Jadi masuk kereta pun berasa nyaman karena tidak ada istilahnya dorong-dorongan. 

8. Kantongi sampah sendiri
Saat jalan-jalan di Jepang, bisa dibilang saya nyaris tidak menemukan sampah di jalanan atau di tempat-tempat publik. Karena itu, alangkah baiknya kita mengantongi sampah kita sendiri dan membuangnya saat bertemu tong sampah. 


Itu tip jalan-jalan ke Jepang versi saya. Tentunya beda orang, beda pengalaman. Ada yang mau berbagi tip juga berdasarkan pengalaman jalan-jalan ke Jepang?



----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h


Blog Sebelumnya:
  • Ketemu Komodo Mini di Pulau Macan
  • 8 Alasan Kenapa Saya Suka Banget Pulau Macan
  • Destinasi Menyelam di Indonesia, Tayang di Majalah BCA Prioritas Edisi Juli - September 2019
  • Review Hotel Mystays Shinsaibashi di Osaka, Jepang
  • Tempat Membeli Oleh-oleh Murah di Jepang dan Kisaran Harganya

Sampai saya mengetik ini, saya belum berkeinginan untuk mengunjungi Pulau Komodo. Bukan karena tidak tertarik dengan keindahannya (karena pulau tersebut luar biasa Indah) tapi karena saya takut ketemu komodo. Seriusan deh, membayangkan binatang mematikan itu bisa memburu baik di darat maupun laut bikin nyali saya ciut. Eh, tapi kok ya, saya malah ketemu dengan adiknya komodo di Pulau Macan, Kepulauan Seribu, Jakarta. 

Waktu itu saya baru saja keluar dari kamar mandi namun langkah kaki saya menuju kamar tidur langsung terhenti ketika saya melihat kadal yang sangat besar tepat di sisi kiri pintu kamar mandi. Ya ampuuuun kaki saya langsung bergetar melihatnya. Kalau tidak ingat pembicaraan dengan sesama tamu resort semalam yang mengatakan di sini ada biawak besar, mungkin saya sudah pingsan (atau paling tidak pipis di celana) karena mengira sang kadal adalah komodo. 

Tanpa mampu menggerakkan kaki sama sekali saya memanggil biru dengan suara bergetar. Dia segera datang karena khawatir terjadi sesuatu dengan saya. Begitu tahu apa yang terjadi, Biru langsung menggandeng saya berjalan ke arahnya. "Dia tidak berbahaya. Tidak akan menyerang," katanya. Ya saya sih, tahu fakta itu tapi melihat binatang yang beratnya mungkin lebih dari setengah berat tubuh saya ini, tetap saja bikin saya takut bukan main. 

Berada dekat Biru membuat saya merasa sedikit tenang dan saya pun bisa mengamati apa yang dilakukan si komodo mini ini. Rupanya dia sedang mencari makan. Dia berkali-kali menjulurkan lidahnya ke arah tanah, mungkin memakan serangga. Sambil terus memperhatikannya, saya kepikiran bagaimana kalau ini adalah komodo, saya yakin saya tidak akan berani berada sedekat ini dan bahkan mengambil foto.

Lalu bagaimana ceritanya biawak sebesar ini bisa beredar di penginapan? Karena resort di Pulau Macan ini mengusung konsep eco village, jadi memang tamu diharapkan bisa menyatu dengan alam. Hal ini bisa dilihat dari pondokan-pondokan yang terbuka langsung menghadap alam dan binatang-binatang yang dibiarkan hidup bebas, termasuk sang biawak tersebut. Untuk info lengkapnya mengenai resort ini bisa melihat blog saya di tautan ini.       

Well, mungkin ini latihan sebelum akhirnya saya melihat komodo suatu hari nanti (kalau rasa berani saya sudah muncul). 

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h


Blog Sebelumnya:
  • 8 Alasan Kenapa Saya Suka Banget Pulau Macan
  • Destinasi Menyelam di Indonesia, Tayang di Majalah BCA Prioritas Edisi Juli - September 2019
  • Review Hotel Mystays Shinsaibashi di Osaka, Jepang
  • Tempat Membeli Oleh-oleh Murah di Jepang dan Kisaran Harganya
  • Arashiyama Bamboo Forest, Kyoto: Lah, Gini Doang?


Saya memang belum pernah mengunjungi semua pulau di Kepulauan 1.000 tapi kalau boleh menentukan favorit dari beberapa pulau yang sudah saya kunjungi, saya pilih Pulau Macan. Ada beberapa alasan yang bikin saya jatuh hati dengan pulau yang berlokasi sekitar 1,5 - 2 jam dengan kapal cepat dari Pantai Marina, Ancol, Jakarta. Berikut ini di antaranya. 

1. Serasa punya laut sendiri
Ngomongin Pulau Macan pasti nggak bisa lepas dari eco village & resort yang ada di sini. Kenapa? Karena pulau yang sangat kecil ini isinya memang cuma eco village & resort yang terdiri dari beberapa pondok. Berbeda dengan Pulau Tidung atau Pulau Pramuka yang dipenuhi oleh rumah penduduk.

Pondok-pondok di Pulau Macan ini rata-rata berada tepat di sisi air dan inilah yang membuat menginap di sini menjadi istimewa. Bayangkan saja, saya bisa memandang laut lepas dari tempat tidur saya. Bukan memandang dari jendela lho, tapi benar-benar pandangan terbuka karena pondok ini tidak ada jendela dan pintunya. 

Melihat dan mendengar suara laut sebelum tidur dan sesaat saya membuka mata, rasanya benar-benar tidak terlukiskan dengan kata-kata. Priceless!



2. Bisa nyemplung ke laut langsung dari kamar
Pondok yang saya tempati memiliki beranda yang dilengkapi dengan tangga yang nyambung ke laut. Jadi kapanpun saya ingin main air, saya tinggal turun tangga dan berendam tepat depan pondok dengan kedalaman air yang tidak terlalu dalam.

3. Bisa melihat sunset dan sunrise dari tempat yang sama
Saya menginap di pondok tipe Coral Hut. Kamar ini sebenarnya bisa ditempati oleh empat orang karena ada satu kasur double dan dua kasur single di sini tapi saya hanya menempatinya berdua dengan Biru saja.



Bukan cuma kamarnya yang luas yang saya sukai dari pondok ini namun juga keistimewaan untuk melihat sunset dan sunrise dari satu spot yang sama. Saya cuma perlu duduk di beranda, menengok ke arah kiri saat sunset dan ke arah kanan untuk sunrise. Perfect! 

4. Laut biru dan pasir putih
Membayangkan bermain di pasir putih atau laut yang memiliki gradasi air dari biru tosca ke biru pekat? Di sinilah tempatnya. Saya bahkan bisa cuma duduk-duduk di communal areanya dan cuma memandangi pemandangan yang luar biasa ini. Cakep banget!


Terus luar biasanya lagi, dari depan Pulau Macan kita bisa jalan kaki ke pulau di depannya, yaitu Pulau Macan Kecil atau Pulau Macan Gundul. Kebayang kan sensasinya bisa jalan kaki di tengah laut saking dangkalnya perairan di sekitar situ. Ya tapi sebaiknya tidak dilakukan pada sore hari karena saat itu air sudah mulai pasang.  

5. Bebas melakukan aktivitas air sepuasnya
Pembayaran yang saya lakukan sudah meliputi transportasi kapal cepat, sewa pondok, makan, dan aktivitas air, seperti snorkeling dan canoeing. Ini bisa saya lakukan sepuasnya selama saya menginap di sana. 

6. Makanannya enak
Makanan yang disajikan memang makanan rumahan tapi rasanya cukup enak, apalagi sambalnya yang luar biasa bikin segar. Hahaha. Variasi makanannya pun cukup lengkap, mulai dari nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran, kerupuk dan buah-buahan. Tersedia juga makanan ala barat yang sederhana seperti roti dan sup. 

7. Tidak digigiti nyamuk
Sebelum berangkat ke sana, saya sudah khawatir akan digigiti nyamuk saat tidur. Karena itu saya pun sudah persiapan membawa lotion anti nyamuk. Namun nyatanya saya sama sekali tidak digigiti nyamuk. 

8. Udara sejuk 
Selain nyamuk, ada lagi kekhawatiran saya lainnya, yaitu takut tidak bisa tidur karena kepanasan. Nyatanya itu sama sekali tidak terbukti. Mereka memang menyediakan kipas angin tapi udaranya sendiri cukup sejuk sehingga saya harus selimutan. Tidur pun terasa nyaman. 



Itu delapan hal yang bikin saya jatuh hati dengan Pulau Macan. Lalu adakah yang saya tidak suka dari perjalanan saya ke Pulau Macan pada Juni 2019 lalu? Satu-satunya yang bikin saya tidak nyaman adalah perjalanan dengan kapal cepat yang cukup bikin jantung naik turun karena kapal seperti terhempas ke sana kemari oleh gelombang. 

Untuk yang ingin tahu lebih jauh tentang pulau ini bisa langsung meluncur ke website mereka di sini ya.


----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h



Blog Sebelumnya:
  • Destinasi Menyelam di Indonesia, Tayang di Majalah BCA Prioritas Edisi Juli - September 2019
  • Review Hotel Mystays Shinsaibashi di Osaka, Jepang
  • Tempat Membeli Oleh-oleh Murah di Jepang dan Kisaran Harganya
  • Arashiyama Bamboo Forest, Kyoto: Lah, Gini Doang?
  • 7 Alasan untuk Menginap di CMM Crystate Kyoto (Aparthotel yang Dekat Stasiun Kyoto, Jepang)
Newer Posts Older Posts Home

My Travel Book

My Travel Book
Baca yuk, kisah perjalanan saya di 20 negara!

My Travel Videos

Connect with Me

Total Pageviews

Categories

Amerika Serikat Australia Belanda Belgia Ceko Denmark Hong Kong Indonesia Inggris Irlandia Italia Jepang Jerman Korea Selatan Macau Malaysia Prancis Singapura Skotlandia Spanyol Thailand Vietnam

Blog Archive

  • ►  2025 (4)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2024 (12)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2023 (7)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  October (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2021 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  January (2)
  • ▼  2019 (51)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ▼  August (4)
      • Great Ocean Road, Australia Tayang di Majalah Mand...
      • 8 Tip Jalan-jalan ke Jepang
      • Ketemu Komodo Mini di Pulau Macan
      • 8 Alasan Kenapa Saya Suka Banget Pulau Macan
    • ►  July (3)
    • ►  June (5)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (10)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2018 (30)
    • ►  December (8)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (60)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (5)
    • ►  September (8)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (8)
    • ►  April (9)
    • ►  March (2)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2016 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (3)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (4)
    • ►  February (4)
    • ►  January (6)
  • ►  2015 (51)
    • ►  December (7)
    • ►  November (4)
    • ►  October (3)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (3)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2014 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (1)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (6)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (5)
    • ►  April (4)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (6)
  • ►  2013 (13)
    • ►  December (5)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)

Search a Best Deal Hotel

Booking.com

Translate

Booking.com

FOLLOW ME @ INSTAGRAM

Most Read

  • 10 Info Tentang Kartu Myki, Alat Bayar Transportasi di Melbourne, Australia
  • 6 Rekomendasi Oleh-oleh dari Edinburgh, Skotlandia dan Kisaran Harganya
  • 8 Tip Naik Tram di Melbourne, Australia
  • My 2018 Highlights

About Me

Hi, I'm Yani. I have 15 years experience working in the media industry. Despite my ability to write various topics, my biggest passion is to write travel stories. By writing travel stories, I combine my two favourite things; travelling and writing. All the content in this blog are mine otherwise is stated. Feel free to contact me if you have questions or collaboration proposal :)

Contact Me

Name

Email *

Message *

Copyright © 2016 My Travel Stories. Created by OddThemes & VineThemes