Tinggal di Australia Saat Pandemi Corona, Begini Rasanya!




Setahun lebih kita mengalami pandemi COVID-19 dan sudah lebih dari setahun pula saya menjalaninya di luar Indonesia, tepatnya di Australia. 

Ketika mendarat di Australia pada Maret 2020 saya menduga kami hanya akan menghabiskan waktu selama sekitar 2 bulan saja di sini, sambil menghabiskan waktu cuti melahirkan saya. Tapi siapa sangka pandemi membuat dunia jungkir balik, membuat perencanaan saya dan Shannon ikut berantakan. 

Namun sejujurnya, berada di Australia selama pandemi bukanlah sesuatu yang buruk karena Australia bisa mengelola pandemi dengan cukup baik dan merupakan salah satu negara teraman untuk ditinggali dalam situasi krisis ini.

Tentu saja ada momen-momen dimana Victoria (negara bagian tempat saya tinggal) mengalami situasi yang cukup buruk. Tepatnya ketika ada ratusan orang terpapar COVID-19 setiap harinya sehingga lockdown keras benar-benar diberlakukan. 

Perbatasan Victoria dengan negara bagian lain ditutup. Kita pun tidak boleh keluar rumah sama sekali kecuali untuk hal yang benar-benar penting, seperti bekerja (kalau memang tidak bisa dilakukan dari rumah), ke rumah sakit, olahraga dan belanja kebutuhan pokok dengan jarak maksimal 5 kilometer dari rumah.

Protokol kesehatan juga diberlakukan. Kita wajib memakai masker di semua tempat umum, tidak boleh berkumpul di tempat umum lebih dari 2 orang dan itu pun harus tetap jaga jarak, tidak boleh saling bertamu, kafe hanya boleh untuk takeaway dan berbagai macam peraturan lainnya yang harus diikuti demi memutus rantai penyebaran virus. 

Berbagai peraturan tersebut diikuti dengan pengawasan yang ketat dan tegas dari petugas keamanan. Polisi ada di mana-mana. Mereka melakukan cek secara random di berbagai tempat dan tak segan-segan memberikan hukuman bagi para pelanggarnya. Dendanya nggak main-main lho, bisa sampai ribuan dollar.

Saya masih ingat pada bulan Juli tahun lalu saat media di sini ramai memberitakan tentang sekelompok orang pelanggar aturan yang secara total harus membayar sekitar AUD26.000. Kisah berawal ketika ada dua orang paramedis sedang makan di KFC dan melihat ada dua orang lain yang memesan makanan sebanyak 20 porsi. kedua paramedis tersebut curiga bahwa kedua orang tersebut sedang mengadakan pesta dan segera melaporkan kecurigaan mereka ke polisi dengan menyebutkan plat nomor mobil mereka. 

Polisi yang dapat melacak alamat rumah melalui plat mobil bertindak sangat cepat dengan mendatangi rumah sang pembeli KFC. Ternyata kecurigaan kedua paramedis tersebut terbukti. Polisi menangkap basah sang pembeli KFC sedang mengadakan perayaan pesta ulang tahun. Alhasil 16 orang yang terlibat harus bayar denda masing-masing sebesar AUD1.652. Itu berarti untuk 16 orang, total denda yang dibayarkan hampir 300 juta rupiah!

Ya memang secepat itu para petugas bergerak dan setegas itu peraturan dilaksanakan!

Kecepatan para petugas dalam melakukan pelacakan juga terlihat setiap kali ada outbreak. Pergerakan orang yang dinyatakan positif COVID-19 akan ditelusuri selama 14 hari ke belakang. Kemana mereka pergi, bertemu siapa, dan melakukan apa. Dari sana, setiap orang yang terkait dengan orang tersebut langsung diminta tes. Orang-orang yang mengunjungi tempat yang dikunjungi orang yang positif COVID-19 pada waktu bersamaan pun diminta tes, baik ada atau tidak ada gejala. 

Biasanya pengumuman ini masyarakat ketahui dari media massa, baik media massa online, radio maupun teve. Disebutkan tempat-tempat yang terjadi outbreak dan yang terkait dengan tempat tersebut diwajibkan melakukan tes gratis. Selain mengharapkan orang-orang yang kemungkinan terkait dengan outbreak untuk lapor diri, pemerintah juga akan menghubungi langsung orang-orang yang diduga terkait. 

Darimana pemerintah dapat data orang-orang yang diduga terkait outbreak? Dari mana-mana. Salah satunya adalah data yang didapatkan saat kita check-in di tempat-tempat umum. Misalnya, ketika kita berkunjung ke kafe atau restoran, kita akan diminta mengisi data kehadiran, baik secara manual atau melalui aplikasi online. 

Contohnya saat saya mau makan makanan padang di rumah makan Salero Kito Melbourne, mereka meminta saya untuk check-in sebelum saya bisa memesan. Begitu juga saat saya berkunjung ke kafe atau restoran lainnya. Tujuannya bila ada outbreak yang terkait tempat tersebut, pemerintah bisa dengan segera menghubungi saya untuk melakukan tes.  

Kemampuan pelacakan yang terorganisir dan cepat ini sangat ampuh untuk menekan laju penyebaran virus.   

Dan begitu laju penyebaran virus bisa teratasi, lockdown pun pelan-pelan diangkat. Dan lockdown akan diberlakukan kembali saat terjadi outbreak baru, untuk kemudian diangkat lagi begitu kasus menurun. Ritme tersebut terus diulang selama setahun terakhir ini dan keketatan peraturan atau kebijakan lockdown tergantung dari seberapa besar outbreak yang terjadi. 

Setahu saya, buka tutup lockdown ini bukan hanya terjadi di Victoria saja, negara bagian-negara bagian lain pun memberlakukan hal yang sama. 

Peraturan yang jelas dari pemerintah, aparat hukum yang tegas dan masyarakat yang disiplin membuat kita bisa bersama-sama mengendalikan penyebaran virus ini. Sampai ketika akhirnya saya menulis ini, situasi di Victoria bisa dibilang aman terkendali tanpa ada penyebaran virus dari komunitas/masyarakat lokal. Meskipun saya tahu, kondisi ini bisa berubah dan lockdown bisa kembali diterapkan.

Namun untuk saat ini, saya bisa bilang saya merasa luar biasa beruntung karena masih bisa hidup normal di tengah situasi dunia yang tidak jelas ini. Tentu saya masih sangat berhati-hati dalam beraktivitas namun paling tidak tingkat kecemasan saya makin ke sini makin menurun. Saya tenang ketika bertemu teman dan kerabat. Saya tenang ketika berbelanja di supermarket. Saya tenang ketika membeli makanan di restauran, baik untuk takeaway atau santap di tempat.

Dan di atas segalanya, saya merasa sangat beruntung karena bisa membesarkan Noah di situasi yang tidak mengkhawatirkan. Noah bisa bebas main ke pantai, masuk ke hutan atau bermain perosotan dan ayunan di taman tanpa saya perlu merasa takut dia akan terpapar virus. Dan untuk itu, tidak henti-hentinya saya mengucap syukur!   

Saya hanya berharap orang-orang tersayang saya dan kamu yang membaca ini di manapun berada bisa terus sehat dan menemukan perasaan tenang dan damai yang sama di tengah situasi yang tidak menentu ini. 

Dan untuk kampung halaman saya, Indonesia, rindu saya sungguh tidak terkata. Tidak sabar menunggu semuanya membaik dan kita bisa kembali bersama :)

----------@yanilauwoie----------

Share:

0 komentar