Deg-degan Ditawarin Ganja di New York!


"Do you want to get high? Smoking weed," kata sebuah suara. Saya otomatis menengok ke arah suara dan melihat seorang pria tinggi dan bertubuh gelap memegang plastik bening yang di dalamnya berisi beberapa lintingan yang terlihat seperti rokok. Saya langsung tahu apa itu dan ketakutan luar biasa. Nyaris hampir berlari meninggalkan orang tersebut.

Gila banget! Tuh, orang nawarin ganja. Ya kali, gue mau ketangkap dan di penjara di negeri orang. Itu yang ada di kepala saya terhadap kejadian tersebut. Eh, tapi nggak jauh dari situ, ya kok ada beberapa orang lainnya menawarkan hal yang sama. Menawarkan dengan santainya, tanpa beban kepada orang yang sedang lalu lalang di area Time Square. 

Melihatnya, saya mulai merasa aneh. Ini memang area dimana kegiatan ilegal dibenarkan atau bagaimana, sih?

Di tengah kebingungan, saya terus menyusuri area Time Square sampai akhirnya sama melihat jeng jeng jeng... sebuah toko dengan nama Weed World. Saya langsung mengenali bahwa itu toko ganja. Kaki saya maju mundur, penasaran antara ingin masuk namun juga takut. Akhirnya saya urungkan untuk masuk karena nyali ciut melihat penjaga yang berdiri di depan pintu. Ngeri ditanya macam-macam atau dipaksa beli. 

Bila ada sebuah toko menjual ganja di area publik seperti Time Square, logikanya ganja nggak dilarang, dong! 

Yap benar, menurut data yang saya temukan, New York menjadi negara bagian Amerika Serikat yang ke-15 yang melegalkan pemakaian ganja bagi orang dewasa (21 tahun ke atas) untuk kebutuhan personal sejak Maret 2021. Sebelumnya, sejak tahun 2014 ganja hanya legal digunakan untuk kebutuhan medis.  

Apa artinya untuk kebutuhan personal? Artinya selama cukup umur, orang tersebut boleh merokok ganja, memakan makanan yang mengandung ganja, atau menggunakan produk yang mengandung ganja untuk kebutuhan pribadinya dengan batas-batas tertentu yang telah ditentukan oleh kota New York. 

Batasan-batasan tersebut diantaranya, hanya boleh memiliki maksimal 3 ons ganja dan maksimal 24 gram konsentrasi ganja. Tidak diperbolehkan untuk merorok ganja sambil berkendara motor, bahkan ketika motor tersebut di parkir. 

Suasana di dalam CBD Kratom

Keesokan harinya, saya melihat lagi toko ganja yang berbeda. Nama tokonya dalah CBD Kratom (Cannabis Dispensary). Karena hari itu saya bersama dua orang teman, yaitu Mbak Dea dan Ette, akhirnya saya berani untuk masuk ke toko ganja tersebut. 

Sesampainya di dalam toko yang sangat bersih dan rapi, saya dibuat terbengong-bengong dengan banyaknya variasi ganja yang dijual. Toko tersebut bukan hanya menjual ganja untuk merokok saja tapi juga berbagai produk berbahan ganja.

Misalnya, cokelat yang level ganjanya berbeda-beda, ada level ringan, menengah dan berat. Ada pula permen karet, pain cream, bath soaks, dan berbagai produk lainnya. Semuanya tertara rapi dalam lemari kaca yang terkunci. 

Beli satu cokelat dengan niat akan dimakan bertiga

Karena penasaran, kami bertiga pun membeli satu cokelat batangan seharga USD16,33 dengan level ringan yang memiliki kandungan ganja sebanyak 40mg meskipun sang penjual menyarankan untuk mencoba yang level berat dengan kandungan 160mg. Ya kali, langsung nyoba yang level berat. Ini aja belinya sambil deg-degan. 

Saat membayar saya bertanya sama pria Afrika-Amerika tersebut, apa efek yang akan kami rasakan. "Apakah saya akan mengantuk?" tanya saja. "Tidak. Kamu akan merasa tenang dan bahagia," jawabnya dengan pembawaan yang sangat tenang dan nyantai, membuat saya curiga dia sudah mengonsumsi ganja pagi-pagi. Hahaha..

Lalu bagaimana rasa cokelat ganja? Saya tidak tahu! Karena sampai saya meninggalkan New York pertengahan September lalu, saya tidak sempat mencoba si cokelat dan cokelat tersebut berada sama Mbak Dea dan Ette karena mereka pulang belakangan. 

Sehari sebelum mereka pulang, saya wanti-wanti sama Mbak Dea untuk memakan cokelat tersebut atau membuangnya sebelum terbang. Karena nggak lucu, kalau ditangkap di bandara Indonesia cuma karena alasan penasaran ingin mencoba cokelat ganja. 

Sampai saya mengetik ini, saya tidak tahu apakah Mbak Dea dan Ette akhirnya memakan atau membuang itu cokelat. Saya curiga mereka juga sama seperti saya, penasaran tapi juga ketakutan untuk mencoba cokelat tersebut. Hahaha..

Ada yang pernah meencoba cokelat ganja? Coba share bagaimana sih, rasannya? 


Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie

Blog Sebelumnya:

Share:

0 komentar