My Travel Stories

Lots of memories I can't keep, that's why I write.

Powered by Blogger.
  • Home
  • Indonesia
  • Asia
  • Australia
  • Eropa
  • Amerika
  • Travel Tips
  • Itinerary
  • Portfolio

Saya memang hanya 3 hari, 3-5 Mei 2015 di Sydney, Australia. Tapi bukan berarti bisa berfoya-foya. Tetap wajib hemat, dong! Berikut adalah hal-hal yang bisa dilakukan untuk menekan pengeluaran saat traveling di Sydney.

1. Cari penginapan di city centre. Tujuannya selain bisa kemana-mana dengan mudah, kita juga bisa menekan biaya dengan berjalan kaki menuju tempat-tempat menarik. Saat di Sydney kemarin, saya menginap di Sydney Central Inn yang ada di 428 Pitt Street. Dari sini, hanya dalam waktu 10-15 menit berjalan kaki sudah bisa sampai ke Darling Harbour, Town Hall, Queen Victoria Building, dan sekitarnya.

2. Naik free city shuttle bus. Ada beberapa Sydney free city shuttle bus yang bisa dinaiki oleh siapa saja. Yang sempat saya coba adalah Sydney CBD shuttle nomor 555. Bus ini melewati area sekitaran city centre. Saya sempat naik bus ini saat ingin mengunjungi Sydney Opera House, Sydney Harbour Bridge dan Royal Botanic Garden. (Update 26 November 2016: Menurut info yang saya terima dari seorang teman, Sydney CBD shuttle nomor 555 sudah tidak ada lagi. Kalau ada yang tahu apakah ada free shuttle lainnya sebagai pengganti 555, kabari saya ya...)

3. Kunjungi tempat-tempat wisata gratis. Sydney Opera House, Sydney Harbour Bridge dan Royal Botanic Gardens yang lokasinya saling berdekatan bisa kita kunjungi gratis. Kecuali kalau kita mau menonton pertunjukan di Sydney Opera House atau bridge climbing di Sydney Harbour Bridge, tentu harus bayar tiket. Jalan-jalan di sekitaran Darling Harbour atau mengunjungi Queen Victoria Building juga bisa menjadi alternatif free things to do in Sydney.

Baca Juga: Tip Hemat Jalan-jalan di Perth, Australia


Sydney Opera House, tempat wajib foto di Sydney ;p

4. Bawa botol air. Di Sydney, aman untuk minum dari tap water alias dari keran air tanpa harus dimasak terlebih dahulu. Fasilitas tap water juga ada di beberapa tempat publik seperti bandara dan sekitaran Darling Harbour. Jadi kita tinggal isi botol air kita dari tap water ini. Selama di sana, biasanya saya akan mengisi botol air saya di penginapan sebelum saya bepergian. Lumayan mengirit daripada beli air 600 ml yang harganya sekitar 2 AUD.

5. Beli tiket wisata online. Harga tiket wisata akan lebih murah beli secara online daripada beli langsung di lokasi. Apalagi kalau belinya dalam bentuk paket, akan dapat lebih murah lagi. Waktu itu saya membeli paket yang terdiri dari tiket Madame Tussauds Sydney, Sealife Aquarium, Sydney Tower Eye dan Wildlife Sydney Zoo, secara online di official website Madame Tussauds Sydney, hanya seharga 63 AUD. Sebagai gambaran, kalau beli tiket langsung di lokasi Madame Tussauds, harganya 40 AUD/orang dewasa.

Baca Juga: Tip Hemat Jalan-jalan di Melbourne

6. Gunakan kupon diskon. Ketika sampai di bandara, saya mengambil The Official Sydney Guide yang memang disediakan gratis untuk wisatawan. Nah, di dalam buku ini banyak sekali potongan kupon diskon. Baik diskon untuk tempat wisata, makan atau belanja. Tapi sayangnya, saya tidak sempat untuk mencoba kupon diskon ini.
----------@yanilauwoie----------

Booking.com


Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Baca Juga:
  • 1 Jam Transit di Bandara Sydney? Nggak Cukup!
  • Australia? Indonesia Banget!
  • Tempat Belanja Oleh-oleh di Melbourne, Australia
  • Melbourne, The Artsy City
Blog Sebelumnya:
  • I Come from Indonesia
  • Wine Tasting di Australia
  • Tempat Melihat Koala di Australia
  • Australia Trip: My First Trivia
An Indonesian Girl in Sydney

Beberapa hari sebelum saya menginjakkan kaki di Australia pada Mei 2015, eksekusi mati terhadap duo Bali Nine dilakukan. Jujur ini sempat membuat saya khawatir untuk melanjutkan perjalanan ke Australia. Apakah aman bagi saya untuk tetap ke sana pasca hukuman mati yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap dua pengedar narkoba yang merupakan warga negara Australia tersebut?

Saya sempat kepikiran mungkin akan lebih aman bila saya mengaku orang India atau Malaysia atau negara Asia lainnya. Tujuannya apalagi kalau bukan untuk menghindari kemungkinan sentimen dari orang Australia kepada orang Indonesia seperti saya. 

Tapi kok ya, bibir saya refleks menjawab bahwa saya orang Indonesia ketika ditanya oleh orang yang duduk di sebelah saya saat di shuttle bus dari bandara menuju penginapan di daerah Sydney city centre. Tapi karena dia juga pendatang yang ke Australia untuk urusan kantor, jadi tentu tidak ada masalah. Masalah juga tidak terjadi saat saya mengaku jujur asal saya dengan resepsionis penginapan yang ternyata orang Thailand dan 2 teman sekamar saya yang berasal dari Inggris.

Namun saya sempat was-was saat saya ditanya oleh seorang bapak bule ketika saya sedang berjalan-jalan di sekitaran Darling Harbour, Sydney. Si bapak bertanya dari mana asal saya. Mendapat pertanyaan itu saya langsung memperhitungkan situasi. Apakah saya bisa cukup cepat berlari menghindari pukulan payungnya seandainya si bapak mengamuk. Belum tahu keputusan apa yang akan saya ambil, akhirnya saya bertanya balik kepada dia mengenai asal dia.

"Saya berasal dari sini," si bapak menjawab tersenyum. Dia pun memperkenalkan namanya Bob. Lalu dia bercerita bahwa sebenarnya dia berasal dari Yugoslavia. "Yugoslavia sekarang sudah tidak ada. Kalau kamu tahu negara Serbia. Nah, dulu saya berasal dari situ. Tapi saya sudah tinggal di Australia selama sekitar 46 tahun," cerocosnya. Bob ini pun sudah menjadi warga negara Australia.

Saya berharap dengan percakapan tersebut, dia akan lupa menanyakan kembali asal saya. Tapi rupanya tidak. Kurang lebih seperti ini percakapan kami.

"Jadi asal kamu dari mana?" 
Saya tersenyum dan meminta dia untuk menebak. 
"Dari Thailand, ya?" 
Saya hampir mengiyakan tebakannya. Tapi kok, hati saya menolak dan akhirnya menjawab, "bukan."
"Jangan bilang dari Indonesia."
Saya sempat berpikir apa maksudnya dengan kata-kata "jangan bilang" dalam kalimat tersebut? Apakah dia sentimen dengan Indonesia? Sempat khawatir, tapi akhirnya bibir saya berkata, "Iya betul saya dari Indonesia."

Sesaat saya menunggu reaksi dia. Memperhatikan apakah payung panjang yang dibawanya akan melayang ke diri saya. Tapi ternyata tidak ada perubahan mimik marah di wajah Bob. Dia malah bilang bahwa saya tidak seperti orang Indonesia. "Orang Indonesia banyak yang seperti orang Cina. Tapi kamu tidak kelihatan seperti orang Cina. Jadi wajah asli Indonesia itu seperti kamu, ya?" tanyanya polos. 

Pembicaraan seputar wajah ini kemudian beralih ke hal yang sangat saya hindari. "Apa reaksi orang Australia lainnya saat mereka tahu kamu dari Indonesia? Apakah mereka marah soal eksekusi Bali Nine?" tanya Bob lugas. Dueeeeng!

Saya memandanginya sesaat dan sambil tersenyum berkata kurang lebih seperti ini, "Waktu kamu tanya asal saya dari mana, saya sempat ragu mau jawab jujur atau nggak. Karena saya khawatir reaksi kamu berkaitan dengan eksekusi itu."

Tanpa saya duga, jawaban Bob sungguh bijak. "Kamu nggak perlu khawatir, itu kan, bukan salah kamu. Saya paham bahwa hal ini adalah masalah yang pelik. Kalau pemerintah kamu membebaskan warga kami dari hukuman mati, negara-negara lain yang warganya sudah lebih dulu dihukum mati pasti akan protes. Ini memang masalah yang pelik," ucapnya. Mendengar ucapannya, saya langsung lega. Mendapat keyakinan bahwa payung yang dipegang Bob tidak akan melayang ke wajah saya. Hahahaha...

Sejak percakapan dengan Bob tersebut, tiap kali ada orang yang bertanya kepada saya, "where are you come from?" dengan pede saya selalu menjawab, "I come from Indonesia!" 

Selama dua minggu saya di Australia (Sydney dan Melbourne), tidak ada sentimen apapun yang terjadi kepada saya. Paranoid itu hanya ada di dalam kepala saya karena semuanya terbukti baik-baik saja. Alhamdulillah!

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h


Blog Sebelumnya:
  • Wine Tasting di Australia
  • Tempat Melihat Koala di Australia
  • Australia Trip: My First Trivia
  • Beli Tiket Pesawat Pakai Kartu Kredit Orang Lain.


Saya tidak suka wine. Rasanya yang getir dan pahit tidak pernah pas di lidah saya. Tapi itu berubah ketika saya mengunjungi salah satu winery (tempat yang memproduksi wine) di daerah Victoria, Australia pada weekend kemarin.

Menurut Australia.com, ada lebih dari 60 area winery di Australia. Saya mengunjungi salah satu winery yang ada di area Milawa, Victoria. Nama tempatnya Brown Brothers winery. Sekitar 2,5 jam berkendara mobil dari Melbourne City Centre untuk sampai ke tempat ini.



Yang saya suka dari tempat ini selain tempatnya yang artsy, para petugasnya ramah dan siap melayani pembeli. Salah satu petugas yang melayani saya di sana sangat lah sabar. Tidak membuat saya merasa bodoh karena tidak paham apapun tentang wine. 

Saya hanya bilang ke dia bahwa saya ingin mencoba wine yang rasanya manis. Dia pun memberikan beberapa pilihan yang menurutnya cukup manis untuk lidah saya. Setelah mencicipi 5 jenis yang berbeda, saya suka dengan 2 jenis wine yang rasanya paling pas dengan lidah saya. Tapi saya memutuskan membawa pulang wine yang pertama saya cicipi karena selain manis terasa segar. Nama winenya adalah Late Harvested Orange Muscat & Flora 2013. Mungkin aroma orange blossom-nya yang membuat wine ini terasa segar. 



Sebagai orang yang tidak paham wine, saya sempat takut melihat harganya. Tapi ketakutan saya tidak terbukti. Untuk 1 botol wine berukuran 750 ml (sebagai orang yang hampir tidak pernah minum wine, ukuran ini besar sekali untuk saya) harganya hanya 16.20 AUD. Bahkan pria yang melayani saya tersebut memberi saya harga member sebesar 14.58 AUD. Yang perlu saya lakukan adalah memberikan nama, email, no.handphone dan kode pos, maka saya sudah terdaftar sebagai member. Gratis! Sebagai bonus, saya dapat majalah terbitan mereka. 



Jadi bisa dibilang pengalaman wine tasting saya untuk pertama kalinya ini lumayan menyenangkan. Bukan cuma bisa melihat-lihat winery yang sudah berjalan 125 tahun tapi akhirnya saya bisa menemukan wine yang terasa enak di lidah saya :)



----------@yanilauwoie----------

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie


YouTube: yanilauwoie


Blog Sebelumnya:
  • Tempat Melihat Koala di Australia
  • Australia Trip: My First Trivia
  • Beli Tiket Pesawat Pakai Kartu Kredit Orang Lain.
  • Paralayang di Puncak Bareng Bucek Depp

Australia punya banyak binatang khas. Tapi yang paling terkenal tentu saja kanguru dan koala. Di antara dua binatang itu, I have a thing of koala. I think koala is a very cute animal.

Dua kali ke Australia, saya sudah 3 kali melihat koala. Yang pertama, di sekitaran Great Ocean Road, Victoria. Ada 3 koala sedang bertengger di 2 pohon ekaliptus yang berbeda. Yap, saya melihat koala di habitatnya langsung. Meskipun koala itu berada di jarak yang cukup jauh dari saya (karena pohonnya cukup tinggi) tetap aja saya girang bisa melihat koala di tempat asalnya.

Pengalaman melihat koala yang kedua saat saya mengunjungi Wildlife Sydney Zoo, di Darling Harbour, Sydney. Letak koalanya tentu lebih dekat daripada yang pertama. Tapi pengalamannya kurang seru karena saya harus melihat koala dari balik kaca. Ditambah lagi saat itu 2 koala yang saya lihat sedang asyik tidur.

Nah pengalaman yang ketiga, yang baru terjadi siang tadi lah yang paling seru. Soalnya saya bisa dekat banget sama koala. Ini kejadiannya di Healesville Sanctuary.

Healesville Sanctuary berjarak sekitar 1 jam perjalanan dengan mobil dari kota Melbourne. Tiket masuk ke tempat ini untuk orang dewasa sebesar 30.80 AUD. Tempat ini sebenarnya seperti kebun binatang. Tapi semuanya dibuat menyerupai habitat si binatang. Jadi saya berasa seperti ada di alam bebas yang sudah diatur rapi. 

Saat di tempat tiket masuk, ibu penjual tiketnya bertanya apakah saya mau beli tiket untuk lebih dekat dengan binatang yang ada? Saya langsung jawab mau dan binatang yang saya pilih adalah koala. Untuk ini saya harus membeli tiket tambahan sebesar 12 AUD. Ibu tersebut langsung menunjukkan di mana tempat saya harus menunggu dan jam berapa up close & personal with koala ini bisa dilakukan.


Saya dan Dindi

Di meeting point, saya bertemu dengan seorang ranger yang mengantarkan saya kepada sang koala. "His name is Dindi. He's a 3 year old boy," terang Ranger bernama Darren ini sambil mengantar saya ke tempat Dindi berada. Tepat di depan Dindi bertengger, Darren menerangkan dos & don'ts-nya. 

Dia menegaskan bahwa saya tidak boleh menyentuh koala, tidak boleh menyentuh daun ekaliptus yang jadi makanan koala dan dia menyarankan saya mencopot sunglasses saya karena Dindi bisa melihat bayangan dirinya di sunglasses tersebut dan dia bisa mengambil sunglasses tersebut dari saya. Darren juga mengingatkan untuk stay on track karena di situ juga ada Echidna (babi berduri).

Setelah menjelaskan itu, Darren yang didampingi ranger lain bernama Lulu, mengantar saya mendekati Dindi. Ya Tuhan, ini adalah jarak paling dekat antara saya dengan koala. Saking dekatnya saya sebenarnya bisa menyentuhnya. Tapi saya tidak mau melakukan itu karena saya menghormati peraturan yang Darren jelaskan.

Sambil memotret dan mengambil video dari Dindi, saya bertanya lebih banyak tentang Dindi. Ternyata Dindi lahir di sanctuary tersebut pada bulan Februari 2012. Darren bilang biasanya koala tidur 18 - 20 jam sehari. Jadi bisa melihatnya bangun dan sedang makan seperti yang saya lihat siang itu adalah hal yang istimewa. I am so lucky. Lebih beruntung lagi karena di waktu itu hanya ada saya yang melihat koala. Jadi saya puas menghabiskan 15 menit bersama Dindi yang memiliki berat sekitar 9,6 kg tersebut.

Tapi jujur aja meskipun koala itu terlihat luar biasa lucu, saya sempat deg-degan melihat cakarnya yang panjang. Nggak kebayang kalau cakar itu nempel di muka saya. Karena itu awalnya saya sempat deg-degan saat mau lebih dekat ke Dindi. Tapi saat Darren meyakinkan bahwa saya akan baik-baik saja, tanpa ragu saya menempel sedekat mungkin dengan Dindi. 

Setelah pengalaman bersama Dindi tersebut, sejauh ini saya bisa bilang bahwa tempat terbaik untuk melihat koala adalah di Healesville Sanctuary. I am so happy :)



----------@yanilauwoie-----------

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie

Blog Sebelumnya:
  • Australia Trip: My First Trivia
  • Beli Tiket Pesawat Pakai Kartu Kredit Orang Lain.
  • Paralayang di Puncak Bareng Bucek Depp
  • Australia? Indonesia Banget!
"We are going to do trivia tomorrow," kata Trav kepada saya beberapa hari lalu. Pria Australia ini menjelaskan ini semacam game yang diadakan di sebuah pub dengan tujuan bersosialisasi. Meskipun belum paham akan seperti apa permainannya, saya menerima ajakan Trav karena penasaran seperti apa trivia yang dimaksudnya. Ternyata setelah memainkannya, I must say I really like this trivia game.

Trivia ini diadakan di pub bernama The Royston di River Street, Richmond, Melbourne. Jadi konsepnya adalah kita membentuk tim atau kelompok yang terdiri dari beberapa orang. Kemudian kelompok-kelompok tersebut akan diberikan 30 pertanyaan yang dibagi ke dalam 2 sesi. Kelompok yang mendapat nilai paling tinggi akan mendapatkan free drinks and food dari The Royston.

Saya sungguh kagum dengan keseriusan The Royston dalam menyiapkan trivia ini. Mereka tidak semata-mata memberikan pertanyaan, lalu dijawab di secarik kertas. Tapi pertanyaan-pertanyaan ini dikemas menarik. Misalnya ada pertanyaan tebak lagu. Untuk pertanyaan ini ada video seseorang yang menyanyikan lagu tersebut secara seriosa. Padahal lagu aslinya bukan seriosa. Ada juga tebak nama geng di dalam film. Petunjuknya hanya dengan melihat gambar-gambar geng tersebut yang ditayangkan di layar teve. 

Pertanyaan-pertanyaannya pun sangat random mulai dari geografi, entertainment, science, tokoh dunia dan pengetahuan umum lainnya. Saking randomnya bahkan ada pertanyaan, siapa sahabat kermit the frog dan berapa harga properti termurah di monopoli versi UK. Hahahaha.. Salut deh, sama tim kreatifnya.


Kelompok saya: Melbourne Import. Sayang kami nggak menang ;p

Trivia yang berlangsung selama 2,5 jam ini adalah acara rutin yang dilakukan The Royston setiap hari Rabu. Saya melihat ini salah satu strategi yang cukup bagus untuk menarik pelanggan. Bukan cuma itu, ini juga strategi yang bagus untuk pemasukan mereka. Bayangkan ada kumpulan orang yang akan terus memesan makanan dan minuman selama trivia berlangsung.

Saya juga harus setuju dengan Trav bahwa ini merupakan acara yang tepat untuk bersosialisasi. Karena ini pertama kalinya saya bertemu dengan teman-temannya Trav. Trivia menjadi ice breaking yang baik sekali untuk saya bisa mengobrol dengan mereka lebih jauh. 

Mungkin akan menarik juga bila trivia semacam ini diadakan di pub atau cafe di Jakarta. Eh apa sudah ada ya? Maklum saya bukan anak gaul Jakarta ;p

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie


YouTube: yanilauwoie


Blog Sebelumnya:
  • Beli Tiket Pesawat Pakai Kartu Kredit Orang Lain.
  • Paralayang di Puncak Bareng Bucek Depp
  • Australia? Indonesia Banget!
  • Jongkok di Toilet Duduk Bukan Cuma di Indonesia
Sebenarnya boleh nggak sih, membeli tiket pesawat secara online dengan menggunakan kartu kredit orang lain? Jawabannya boleh! Tapi tetap ada peraturan yang harus diikuti.

Foto Ilustrasi: Pixabay

Sekitar pukul 5 pagi, teman saya Mira ditelepon oleh teman saya yang lain, Mia. Saat itu Mia sedang ada di bandara Lombok untuk terbang menuju Jakarta. Namun dia sempat terhambat oleh petugas yang mempertanyakan status tiket pesawat-nya yang dibeli dengan kartu kredit Mira. Mia yang kebingungan pun menelpon Mira dan membiarkan Mira menjelaskan kepada petugas maskapai Lion Air. Setelah Mira menjelaskan (termasuk memberikan detail kartu kredit yang diminta petugas), Mia pun diperbolehkan terbang.

Kejadian Mia tersebut membuat saya malas untuk meminjam kartu kredit orang lain untuk beli tiket pesawat. Tapi saat limit kartu kredit saya tidak mencukupi, mau tidak mau saya harus meminjam kartu kredit orang lain. Seingat saya, sudah tiga kali saya meminjam kartu kredit orang lain untuk membeli tiket pesawat yang harganya lumayan mahal. 

Yang pertama adalah saat perjalanan ke Eropa menggunakan Qatar Airways pada tahun 2013. Saat itu saya dan Mira meminjam kartu kredit teman kami, Henny untuk bertransaksi lewat official website Qatar Airways. Setelah membeli tiket pesawat secara online, Mira dan Henny harus datang ke kantor Qatar di Menara BCA, Grand Indonesia, Jakarta untuk membuat surat verifikasi penggunaan kartu kredit atas nama Henny. Yap, Henny harus datang langsung dan menandatangi surat di depan petugas. Surat tersebut kemudian kami bawa untuk ditunjukkan saat check in di bandara.

Pembelian tiket pesawat dengan menggunakan kartu kredit orang lain saya lakukan juga saat membeli tiket pesawat ke Australia PP pada tahun 2014 lalu. Saya meminjam kartu kredit Pemred saya, Mbak Didin untuk membeli tiket di official website Qantas Airways. Saat itu, saya sama sekali tidak ingat untuk melakukan verifikasi kartu kredit. Namun untungnya saya tidak mengalami masalah baik saat pergi maupun pulangnya.

Peminjaman kartu kredit yang ketiga adalah untuk perjalanan saya yang akan terjadi besok. Saya meminjam kartu kredit rekan kerja saya, Mbak Ida untuk membeli tiket pesawat tujuan Australia PP di official website Singapore Airlines. Untuk memastikan tidak akan ada masalah saat di bandara, saya menelepon call centre Singapore Airlines yang ada di Jakarta. Namun setelah menelepon berkali-kali di 2 hari berturut-turut dan tidak ada jawaban maka saya memutuskan untuk datang langsung ke kantor Singapore Airlines Jakarta yang ada di Lantai 8, Menara Kadin, Rasuna Said, Jakarta pada Selasa, 28 April 2015.    

Di sana petugas meminta kode booking tiket saya untuk melakukan pengecekan. Setelah dicek, dia bilang tiket saya sudah diverifikasi by system. Jadi saya tidak perlu melakukan verifikasi kartu kredit dengan mendatangkan pemilik kartu kredit secara langsung. Ini menimbulkan pertanyaan di benak saya, apakah berarti semua pembelian tiket pesawat di website Singapore Airlines dengan kartu kredit orang lain akan otomatis terverifikasi by system? 

Begini kurang lebih jawaban petugas: "Verifikasi itu terjadi secara random. Ada yang terverifikasi by system. Tapi ada juga verifikasi secara manual. itu berarti pemilik kartu kredit harus datang ke sini untuk membuat surat verifikasi."

Nah, jadi amannya, tiap kali membeli tiket pesawat pakai kartu kredit orang lain, lebih baik konfirmasi ke maskapai yang bersangkutan apakah perlu melakukan verifikasi atau tidak. Daripada sudah sampai bandara, terus nggak boleh terbang, repot, deh.

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie


YouTube: yanilauwoie

Baca Juga:
  • 1 Jam Transit di Bandara Sydney? Nggak Cukup! 
  • EuroTrip: “Dirampok” Ryanair di Barcelona 
  • Dicurigai Membawa Peledak
Blog Sebelumnya:
  • Paralayang di Puncak Bareng Bucek Depp
  • Australia? Indonesia Banget!
  • Jongkok di Toilet Duduk Bukan Cuma di Indonesia
  • Makan Makanan Bekas Babi
Newer Posts Older Posts Home

My Travel Book

My Travel Book
Baca yuk, kisah perjalanan saya di 20 negara!

My Travel Videos

Connect with Me

Total Pageviews

Categories

Amerika Serikat Australia Belanda Belgia Ceko Denmark Hong Kong Indonesia Inggris Irlandia Italia Jepang Jerman Korea Selatan Macau Malaysia Prancis Singapura Skotlandia Spanyol Thailand Vietnam

Blog Archive

  • ►  2025 (4)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2024 (12)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2023 (7)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  October (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2021 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (51)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (5)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (10)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2018 (30)
    • ►  December (8)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (60)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (5)
    • ►  September (8)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (8)
    • ►  April (9)
    • ►  March (2)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2016 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (3)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (4)
    • ►  February (4)
    • ►  January (6)
  • ▼  2015 (51)
    • ►  December (7)
    • ►  November (4)
    • ►  October (3)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  June (4)
    • ▼  May (6)
      • Tip Hemat Jalan-jalan di Sydney, Australia
      • I Am From Indonesia
      • Wine Tasting di Australia
      • Tempat Melihat Koala di Australia
      • Australia Trip: My First Trivia
      • Beli Tiket Pesawat Pakai Kartu Kredit Orang Lain
    • ►  April (3)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2014 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (1)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (6)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (5)
    • ►  April (4)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (6)
  • ►  2013 (13)
    • ►  December (5)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)

Search a Best Deal Hotel

Booking.com

Translate

Booking.com

FOLLOW ME @ INSTAGRAM

Most Read

  • 10 Info Tentang Kartu Myki, Alat Bayar Transportasi di Melbourne, Australia
  • 6 Rekomendasi Oleh-oleh dari Edinburgh, Skotlandia dan Kisaran Harganya
  • 8 Tip Naik Tram di Melbourne, Australia
  • My 2018 Highlights

About Me

Hi, I'm Yani. I have 15 years experience working in the media industry. Despite my ability to write various topics, my biggest passion is to write travel stories. By writing travel stories, I combine my two favourite things; travelling and writing. All the content in this blog are mine otherwise is stated. Feel free to contact me if you have questions or collaboration proposal :)

Contact Me

Name

Email *

Message *

Copyright © 2016 My Travel Stories. Created by OddThemes & VineThemes