My Travel Stories

Lots of memories I can't keep, that's why I write.

Powered by Blogger.
  • Home
  • Indonesia
  • Asia
  • Australia
  • Eropa
  • Amerika
  • Travel Tips
  • Itinerary
  • Portfolio
Nyhavn District Water Refle di Kopenhagen, Denmark
Foto: Pixabay

Setelah sukses membuat visa Inggris untuk turis tanpa surat rekomendasi kantor, saya pun melakukan hal yang sama untuk visa Schengen. Sama seperti Inggris, ternyata tidak sulit untuk mendapatkan visa Schengen dengan status sebagai freelancer. Berikut adalah langkah pembuatan dan persyaratan visa Schengen bila memasukkan aplikasi melalui negara Denmark dengan tujuan kunjungan wisata. 

1. Membuat janji temu
Kenapa saya memutuskan untuk membuat visa Schengen melalui negara Denmark? Karena tiket pulang saya dari sana. Ceritanya saat Qatar melakukan global promonya pada awal tahun, saya menemukan tiket super murah ke Eropa dengan rute Jakarta - London dan Copenhagen - Singapura hanya sekitar Rp5,3 juta. Karena kebetulan saya pun belum pernah ke Denmark, ya kenapa nggak? Akhirnya dibelilah tiket tersebut. Karena itulah saya dan kedua teman saya, Asri dan Stacey, yang akan melakukan perjalanan bersama, memutuskan untuk membuat visa Schengen melalui negara Denmark.

Pembuatan visa Schengen Denmark ini dilakukan melalui VFS Global yang terletak di Kuningan City, Jakarta. Untuk bisa memasukkan aplikasi, saya harus membuat janji temu melalui situs mereka, yang bisa diklik di sini. Di situs tersebut ada pilihan tanggal dan jam yang bisa dipilih. 

2. Memasukkan Aplikasi
Selanjutnya saya datang ke VFS sesuai dengan jadwal janji temu yang saya pilih. Tentunya dengan membawa seluruh dokumen yang menjadi persyaratan pembuatan visa Schengen, yaitu:
  • Mengisi formulir aplikasi visa. Formulirnya bisa minta ke VFS atau bisa diunduh di sini. Formulir ini harus ditempeli pas foto terbaru.
  • Paspor asli.
  • Fotokopi paspor baru dan lama, pada bagian data (halaman depan dan belakang), visa yang pernah didapat dari negara-negara sebelumnya, dan stempel/cap imigrasi dari negara-negara yang pernah dikunjungi. 
  • Surat sponsor atau keterangan kerja dari kantor. Nah, karena status saya bukanlah pekerja tetap maka saya menggantinya dengan surat keterangan freelance bermaterai Rp6000 yang saya buat sendiri. Di surat tersebut menyebutkan status saya sebagai freelancer, klien-klien yang memakai jasa saya, kisaran pendapatan yang saya terima setiap bulannya (karena pendapatan saya tidak menentu maka saya memakai kisaran antara sekian hingga sekian), serta pernyataan bahwa saya tidak akan tinggal melebih batas waktu dan tidak akan menyalahgunakan visa saya. Saya sertakan juga invoice dari klien-klien yang sudah menggunakan jasa saya sebagai freelancer. Di sini tertera berapa pendapatan yang saya hasilkan setiap bulannya. Karena salah satu klien saya adalah Colours Magazine (Garuda Indonesia Inflight Magazine), jadi saya menyertakan fotokopi halaman kontributor majalah Colours yang memasang foto saya. 
  • Fotokopi akte kelahiran, KTP, dan Kartu Keluarga yang semuanya sesuai aslinya. Maksudnya dalam bahasa Indonesia, tidak perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Hal ini sesuai saran yang saya dapatkan dari petugas VFS. 
  • Fotokopi akte pernikahan, sesuai aslinya. Kebalikan dengan dokumen di atas, akte pernikahan saya dalam bahasa Inggris dan saya tidak perlu menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.
  • Surat keterangan dari suami yang menyatakan bahwa saya, istrinya akan pergi ke Inggris untuk liburan dengan durasi tertentu (disebutkan dari tanggal berapa hingga berapa). Surat ini kemudian ditandatangani oleh suami di atas materai Rp6000.
  • Bukti keuangan, yaitu mutasi rekening bank selama tiga bulan. 
  • Bukti booking-an hotel di Copenhagen. Saya menggunakan booking.com, untuk memesan penginapan.  
  • Bukti penerbangan Jakarta – London – Copenhagen – Singapore - Jakarta. Selain itu, saya sertakan juga bookingan tiket pesawat London - Copenhagen yang memang diminta oleh pihak VFS. Mereka bilang Denmark mewajibkan semua tiket sesuai destinasi dalam itinerary, meskipun itu penerbangan lokal sekalipun. Nah, karena saya belum punya tiket London - Copenhagen, akhirnya saya booking di agen perjalanan yang merupakan langganan Asri. Hany booking saja dan belum di-issued, hal ini diperkenankan oleh pihak VFS.  
  • Itinerary destinasi wisata selama di Denmark.
  • Asuransi perjalanan (saya menggunakan Allianz worldwide tipe deluxe yang meng-cover sampai dengan 2,8 miliar).
  • Membayar biaya visa, yaitu sebesar Rp1.185.000,- 



Dokumen tersebut di atas adalah yang saya masukkan, meskipun tidak semuanya diminta atau disyaratkan. Contohnya, mereka tidak meminta surat keterangan suami namun saya menyertakan surat tersebut untuk memperkuat bahwa saya memiliki alasan untuk kembali ke Indonesia.

Untuk persyaratan visa turis Schengen yang saya dapat dari VFS Denmark, bisa dilihat difoto di bawah ini. 



3. Pengambilan paspor dan hasil visa.
Saat memasukkan aplikasi diberitahukan bahwa proses pembuatan visa akan memakan waktu maksimal dua minggu. Mengingat aplikasi dimasukkan pada 8 Agustus 2018, jadi saya mengharapkan paling lambat tanggal 22 Agustus 2018 sudah menerima kabar. Namun sampai hari yang ditentukan kami tidak mendapatkan notifikasi apapun, baik email maupun SMS. Setelah dicek di bagian 'tracking' situs mereka, disebutkan bahwa pihak kedutaan sudah memberikan hasilnya (tanpa diketahui apakah disetujui atau ditolak) ke VFS pada 15 Agustus 2018. Lho, kok nggak ada kabar apapun dari VFS ke kami? Keesokan harinya, Stacey langsung menelepon VFS dan mendapat penjelasan bahwa sistem notifikasi mereka sedang eror. 

Sempat bete sih, karena kok, kesannya VFS nggak ada usaha untuk menghubungi kami. Tapi karena hasilnya visa kami bertiga approved, saya coba hilangkan rasa kesal tersebut. Tapi kemudian begitu membaca dengan teliti hasilnya bahwa kami hanya diberikan visa dengan masa berlaku sebulan, single entry, dan dengan masa maksimal selama tinggal tujuh hari, saya kembali kesal. 

Suami sampai heran. Dia bingung kenapa saya kesal karena toh, saya mendapatkan masa tinggal sesuai dengan rencana kunjungan yang saya ajukan saat mengajukan visa, yaitu selama tujuh hari. "Jadi di mana salahnya?" begitu tanya dia. Hahahaha. Nggak ada yang salah, sih. Cuma saya akan lebih senang kalau dikasih visa Schengen multiple entries, masa berlaku paling nggak enam bulan, dan maksimal tinggal selama 30 hari, seperti visa Inggris yang saya dapatkan. Memang manusia selalu saja merasa kurang, ya? Hehehehe.

Tapi saya kembali melapangkan dada dan mengucap Alhamdulillah, paling tidak visa Schengen saya disetujui sehingga perjalanan ke Eropa pada Oktober nanti Insya Allah dilancarkan. Amiiiin. 

Pernah punya pengalaman melamar visa turis Schengen melalui Denmark juga? Atau pernah melamar visa turis Schengen dengan status freelancer juga? Share pengalamannya di kolom komentar, ya... :)



Booking.com ----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h


Blog Sebelumnya:
  • 5 Alasan untuk Menginap di Quest on Bourke Serviced Apartment, Melbourne, Australia
  • Review Travelodge Hotel Sydney, Australia
  • 4 Langkah Mudah Membuat Visa Visitor UK bagi Freelancer
  • Review Hotel: Meriton Suites Sydney Airport, Australia
  • Tempat Membeli Parfum Asli dan Murah di Australia
Foto: booking.com

Saya punya pengalaman sangat positif saat menginap di Quest on Bourke Serviced Apartment, Melbourne, Australia pada awal Juni 2018. Ada banyak kenyamanan yang saya rasakan di penginapan ini sehingga saya akan merekomendasikan tempat ini kepada siapapun yang mencari penginapan di Melbourne. Kenapa saya jatuh hati dengan Quest on Bourke? Berikut adalah beberapa alasannya:

1. Lokasi strategis yang tak tertandingi
Terletak di 155 Bourke Street, Melbourne VIC 3000 Australia, aparthotel berada tepat di jantung kota Melbourne. Pusat perbelanjaan Target hanya terletak satu stop saja bila menggunakan tram gratis yang haltenya terletak tepat di depan hotel. Sedangkan Bourke Street Mall hanya dua stop jauhnya. Mau ke Federation Square (yang merupakan alun-alun kota Melbourne) hanya perlu dua kali naik tram atau bisa jalan kaki hanya 10 menit saja. Di sekitaran Bourke Street atau Swanston Street yang letaknya tidak jauh dari lokasi, berderet restoran, baik itu makanan Barat, Asia maupun fast food seperti KFC, jadi sangat mudah untuk mencari makan siang atau makan malam di sekitar tempat ini.   

2. Unit luar biasa luas
Saat itu, saya tinggal di unit tipe Two Bedroom Apartment. Unit ini terdiri dari dua kamar tidur, dua kamar mandi, ruang tamu, ruang makan, dapur dan ruang mencuci pakaian. Bagi kami yang saat itu hanya bertiga saja, unit yang memiliki luas sekitar 65 meter persegi ini luaaaaar biasa luas. 

3. Fasilitasnya lengkap
Menginap di sini saya merasa tinggal di rumah sendiri. Bukan berarti saya punya apartemen sebagus tempat ini ya, hehehe. Tapi maksud saya adalah fasilitas yang disediakan di sini layaknya untuk tinggal sehari-hari. Mulai dari wi-fi gratis, televisi, AC/heater, meja + kursi, telepon, mesin cuci baju + pengering, hairdryer, mesin cuci piring, kulkas dua pintu berukuran besar, kompor, oven, microwave, pemanggang roti, alat pembuat teh dan kopi, peralatan memasak, seperti panci, penggorengan, dan sodet, hingga peralatan makan seperti piring, mangkuk, gelas, dan sendok-garpu. Di sini tersedia juga pusat kebugaran namun dari semua fasilitas yang tersedia yang paling saya sukai adalah bathtub-nya. Kamar mandi ini juga dilengkapi dengan sabun, sampo dan handuk bersih. 

4. Baru dan modern
Itu kesan yang saya dapatkan dari unit tempat saya menginap, semua perabot rumah tangganya terlihat baru. Cara mereka memilih perabotan, baik jenis dan warnanya maupun penataannya memberikan kesan modern. Hal ini tentu membuat saya merasa nyaman daripada menginap di hotel dengan nuansa tua.  

5. Pelayanan seperti di hotel
Sesuai namanya, serviced apartment, tempat ini memberikan pelayanan layaknya hotel, seperti tersedianya resepsionis dan cleaning service. Mereka juga menerima penitipan koper sebelum waktu check in dan setelah waktu check out. Waktu itu saya sempat menitip koper saya karena pesawat saya terbang sore hari. 





Overall
Menurut saya, tempat ini sangat cocok untuk ditinggali bagi yang mau jalan-jalan di seputaran kota Melbourne dan ideal baik untuk yang jalan-jalan barengan teman atau keluarga. 

Lalu kekurangannya apa? Tidak ada tempat parkir. Letaknya yang di pinggir jalan juga agak menyulitkan untuk menurunkan atau menaikkan orang dalam jumlah besar, seperti misalnya untuk rombongan tur. Meskipun fasilitas untuk drop off ini tersedia sangat dekat dengan hotel. 

Tapi saya tidak ragu untuk menginap di apartemen ini lagi bila memang sesuai budet saya saat itu. Untuk yang mau tahu harganya berapa per malamnya bisa langsung klik booking.com, ya. 

Booking.com

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h


Blog Sebelumnya:
  • Review Travelodge Hotel Sydney, Australia
  • 4 Langkah Mudah Membuat Visa Visitor UK bagi Freelancer
  • Review Hotel: Meriton Suites Sydney Airport, Australia
  • Tempat Membeli Parfum Asli dan Murah di Australia
  • 9 Info Tentang Kartu Ez-Link, Alat Bayar Transportasi di Singapura
Foto: Booking.com

Ini bukan pertama kalinya saya menginap di jaringan hotel Travelodge, sebelumnya saya pernah menginap di Travelodge Hotel Melbourne yang terletak di area Southbank. Secara keseluruhan pengalaman menginap di sana cukup memuaskan meskipun ada beberapa hal yang saya rasa kurang namun perasaan puasnya lebih banyak, karena itulah ketika saya mengunjungi Sydney pada 27 - 29 Mei 2018, Travelodge Hotel Sydney saya jadikan pilihan karena paling tidak saya sudah mendapatkan bayangan hotel seperti apa yang akan saya dapatkan. Lalu seperti apa plus dan minus hotel ini?

Plus:
1. Lokasi strategis
Letaknya yang di area CBD membuat Travelodge Hotel Sydney cukup strategis untuk diinapi. Apalagi yang berniat jalan-jalan di sekitaran kota, menginap di sini membuat saya merasa dekat untuk kemana-mana. Atraksi wisata seperti Sydney Opera House, Harbour Bridge dan Circular Quay hanya berjarak 2 - 3 km dari hotel, sehingga membuat saya tidak harus membuang waktu di jalan saat mengunjungi tempat-tempat wisata tersebut. Hotel ini juga hanya berjarak 0,5 km dari Australian Museum.

Yang juga cukup menyenangkan bagi saya adalah salah satu pemberhentian Sydney and Bondi Hop-on Hop-off Tour yang saya gunakan berada di sebrang Australian Museum, jadi bisa dijangkau cukup dengan jalan kaki 5 menit dari hotel. Selain itu, hotel ini juga hanya berjarak jalan kaki 3 menit dari Vibe Hotel yang merupakan pick up point dari Blue Mountains Deluxe Tour dengan menggunakan jasa Sightseeing Tours Australia.

Hotel ini juga dekat ke berbagai restoran, baik itu restoran Asia maupun restoran Western serta dekat sekali dengan convenience store, Southern Tower. Jadi sangat mudah kalau mau cari makan dan beli camilan. Intinya untuk lokasi, hotel ini benar-benar oke. 

2. Free wi-fi
Tersedia koneksi internet gratis yang bisa digunakan. Sayangnya, koneksi ini dibatasi untuk dua gawai dengan 100MB per 24 jamnya. Namun karena saya juga menghabiskan waktu di hotel hanya untuk tidur saja, jadi pembatasan ini tidak terlalu masalah. 

3. Perlengkapan dan peralatan yang lengkap
Selain kasur, kamar ini menyediakan televisi, AC/pemanas ruangan (ini penting karena saya di sana saat musim dingin), lemari pakaian, meja dan kursi, microwave, kulkas mini, deposit box, setrika beserta papan setrika, pengering rambut, teko listrik untuk masak air, peralatan makan dan sebagainya. Sangat lengkap untuk kebutuhan sehari-hari. 

4. Kamar luas
Saya awalnya memesan kamar tipe Standard Twin Room melalui booking.com namun karena perubahan rencana dengan rekan seperjalanan saya maka saya mengubahnya menjadi Standard Queen Room pada saat saya sudah sampai hotel. Harga dan fasilitas kedua kamar tersebut sama yang membedakan hanyalah kasurnya yang tadinya dua single bed menjadi satu double bed. Untuk saya yang tidur sendiri, ukuran kamar Standard Queen Room sangatlah luas. Lalu kalau dihuni oleh dua orang bagaimana? Tetap cukup luas. 

5. Jendela besar
Kamar terasa terang dan tidak pengap dengan adanya jendela besar yang selain bisa memberikan pencahayaan juga dapat membawa pergantian udara ke dalam kamar. 

6. Memiliki restoran
Hotel ini memiliki restoran yang menyediakan sarapan. Bisa langsung pesan kamar yang sudah menawarkan fasilitas sarapan atau bisa membeli sarapan saat itu juga di lokasi. Karena saat itu sedang bulan puasa, saya memilih kamar yang tanpa sarapan. 

7. Terdapat fasilitas pusat kebugaran
Ini saya lihat di keterangan yang tertulis di booking.com namun saya tidak tahu peralatan olahraga sapa saja yang mereka punya karena saya tidak sempat mencobanya. 




Minus:
1. Tidak memiliki tempat parkir
Karena tidak ada fasilitas parkir maka untuk yang membawa mobil harus parkir di lokasi parkir publik terdekat dengan biaya 25 AUD per hari. Karena saya tidak bawa mobil, jadi hal ini tidak terlalu masalah untuk saya. 

2. Tidak ada kolam renang
Fasilitas pusat kebugaran yang mereka miliki tentu akan sempurna bila dilengkapi kolam renang. 

Overall:
Saya sangat menikmati menginap di sini. Fasilitas yang saya dapatkan sebanding dengan harga yang dibayarkan, yaitu 238,50 AUD untuk 2 malam. 

Booking.com

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h


Blog Sebelumnya:
  • 4 Langkah Mudah Membuat Visa Visitor UK bagi Freelancer
  • Review Hotel: Meriton Suites Sydney Airport, Australia
  • Tempat Membeli Parfum Asli dan Murah di Australia
  • 9 Info Tentang Kartu Ez-Link, Alat Bayar Transportasi di Singapura
  • 10 Alasan Singapura Nyaman untuk Traveler

Newer Posts Older Posts Home

My Travel Book

My Travel Book
Baca yuk, kisah perjalanan saya di 20 negara!

My Travel Videos

Connect with Me

Total Pageviews

Categories

Amerika Serikat Australia Belanda Belgia Ceko Denmark Hong Kong Indonesia Inggris Irlandia Italia Jepang Jerman Korea Selatan Macau Malaysia Prancis Singapura Skotlandia Spanyol Thailand Vietnam

Blog Archive

  • ►  2025 (4)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2024 (12)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2023 (7)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  October (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2021 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (51)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (5)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (10)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ▼  2018 (30)
    • ►  December (8)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ▼  September (3)
      • Persyaratan Visa Turis Schengen (Denmark) untuk Fr...
      • 5 Alasan untuk Menginap di Quest on Bourke Service...
      • Review Travelodge Hotel Sydney, Australia
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (60)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (5)
    • ►  September (8)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (8)
    • ►  April (9)
    • ►  March (2)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2016 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (3)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (4)
    • ►  February (4)
    • ►  January (6)
  • ►  2015 (51)
    • ►  December (7)
    • ►  November (4)
    • ►  October (3)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (3)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2014 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (1)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (6)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (5)
    • ►  April (4)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (6)
  • ►  2013 (13)
    • ►  December (5)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)

Search a Best Deal Hotel

Booking.com

Translate

Booking.com

FOLLOW ME @ INSTAGRAM

Most Read

  • 10 Info Tentang Kartu Myki, Alat Bayar Transportasi di Melbourne, Australia
  • 6 Rekomendasi Oleh-oleh dari Edinburgh, Skotlandia dan Kisaran Harganya
  • 8 Tip Naik Tram di Melbourne, Australia
  • My 2018 Highlights

About Me

Hi, I'm Yani. I have 15 years experience working in the media industry. Despite my ability to write various topics, my biggest passion is to write travel stories. By writing travel stories, I combine my two favourite things; travelling and writing. All the content in this blog are mine otherwise is stated. Feel free to contact me if you have questions or collaboration proposal :)

Contact Me

Name

Email *

Message *

Copyright © 2016 My Travel Stories. Created by OddThemes & VineThemes