My Travel Stories

Lots of memories I can't keep, that's why I write.

Powered by Blogger.
  • Home
  • Indonesia
  • Asia
  • Australia
  • Eropa
  • Amerika
  • Travel Tips
  • Itinerary
  • Portfolio
Saya mengunjungi Inggris untuk pertama kalinya

Sejauh ini, tahun 2018 merupakan tahun tersibuk saya dalam menjelajahi negara-negara di luar Indonesia, baik itu untuk urusan kerjaan, personal maupun liburan. Berikut adalah highlights-nya:

1. Liburan bersama orangtua ke Singapura
Sebenarnya sudah lama saya memimpikan membawa orangtua saya liburan ke luar negeri. Entah kenapa, setiap kali saya menginjakkan kaki di luar Indonesia, saya selalu kepikiran mereka, terutama kepikiran mama yang belum pernah ke luar Indonesia sekalipun. Masa hanya saya saja yang jalan-jalan terus ke luar negeri? Ujung-ujungnya saya sering merasa bersalah. 

Namun Alhamdulillah, pada awal tahun 2018 saya bisa mengajak kedua orangtua saya liburan ke Singapura. Negara ini merupakan pilihan yang tepat untuk orangtua saya karena berbagai alasan, di antaranya keamanan, keteraturan, kenyamanan dan banyak lagi lainnya. Bisa menunjukkan kepada mama ada peradaban lain di luar Indonesia membuat perasaan saya membuncah. Tak bisa dijelaskan dengan kata-kata ketika melihat mata mama berbinar-binar saat ia melihat banyak hal baru di Singapura. Saya bahagia :)

2. Menikah di Australia
Kalau ditanya apa peristiwa terbesar yang saya alami di tahun 2018, dengan lantang saya akan menjawab, "Menikah di Australia" pada bulan Juni. Bukan hanya terbesar, peristiwa ini juga tidak terduga datangnya. Pasalnya saya menikah dengan dia sekitar dua bulan setelah pertemuan pertama kami. Jangankan orang di sekitar kami, saya saja sampai sekarang masih tidak menyangka bahwa kami bisa seyakin itu ketika memutuskan menikah dalam durasi perkenalan yang begitu singkat. Tapi begitulah adanya. You know when you know!

Walaupun ada syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk bisa menikah di Australia, terutama untuk urusan surat-surat, saya merasa semuanya bisa dilalui dengan sangat mudah. Seperti yang mama saya bilang, kalau memang sudah jodoh, semuanya akan dimudahkan. Seolah alam membantu untuk pernikahan ini. 

Bahkan dalam menentukan tempat pernikahan pun seolah sudah diatur oleh Tuhan. Dia ada di Australia untuk ulangtahun pernikahan orangtuanya dan saya ada di Australia untuk urusan kerjaan. Lalu kami berdua memutuskan untuk memperpanjang masa tinggal kami di Australia untuk melakukan pernikahan. Sesimpel itu pertimbangannya. Simpel namun sangat membahagiakan. Keputusan terbaik yang pernah saya buat dalam hidup saya :)

3. Mengunjungi lima negara baru
Setelah sekitar lima tahun berlalu, akhirnya saya kembali mengunjungi Eropa pada bulan Oktober. Saya melakukan perjalanan ini bersama dua teman baik saya, Asri dan Stacey. Perjalanan ini bisa terjadi karena kami tergoda Qatar Airways Global Sale. Bayangkan saja untuk tiket Jakarta - London dan Copenhagen - Singapura, kami hanya perlu membayar 5,3 juta. Lalu kami pun membeli tiket Singapura - Jakarta sekitar 1 juta rupiah. Jadi total hanya sekitar 6,3 juta rupiah untuk tiket PP Eropa. Murah banget, kan? 

Dalam waktu sekitar tiga minggu, saya mengunjungi Inggris, Skotlandia, Belgia, Belanda dan Denmark. Banyak sekali hal yang terjadi selama perjalanan ini, mulai dari bertemu Ratu Denmark sampai 'terkecoh' oleh maskapai RyanAir. Satu per satu ceritanya sudah saya tulis di blog ini namun tentunya masih banyak lagi yang akan keluar. 

4. Kunjungan ulang ke dua negara
Selain mengunjungi lima negara baru, saya juga melakukan kunjungan ulang ke dua negara, yaitu Singapura dan Australia. Saya mengunjungi masing-masing negara tersebut sebanyak dua kali pada tahun ini. Bahkan saat saya menulis blog ini, saya melakukannya dari Australia, tepatnya dari sebuah kafe kecil bernama Willows Tea House di Split Point, Aireys Inlet, Great Ocean Road, Victoria yang berjarak sekitar dua jam dari Melbourne.


Willows Tea House

Merenungi apa saja yang sudah terjadi selama satu tahun terakhir dan sambil menikmati Mango Smoothies, saya sampai pada satu kesimpulan: "Saya sangat beruntung karena Tuhan benar-benar sayang sama saya :)"

Selamat tahun baru! Semoga semua mimpi akan tercapai pada tahun 2019, termasuk mimpi untuk menjelajah lebih banyak negara di dunia ini :) 


Booking.com----------@yanilauwoie----------



Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Keluar Inggris dan Masuk Prancis dalam Satu Antrian Imigrasi yang Sama
  • Hati-hati Menggunakan Maskapai Ryanair
  • Review Abercorn House, Penginapan Murah di London
  • Apa yang Ditanyakan Petugas Imigrasi Inggris? Ini Pengalaman Saya
  • 14 Tempat Wisata Gratis yang Instagrammable di London, Inggris (Bagian 2)
Saya setelah melewati imigrasi Prancis

Untuk pertama kalinya saya keluar dari satu negara dan masuk ke negara lainnya dalam satu antrian imigrasi yang sama. Ini terjadi saat saya mau ke luar dari negara Inggris untuk masuk ke negara-negara Schengen. Karena ini pengalaman perdana, saya merasa perlu mengabadikannya dalam bentuk catatan. 

Saat itu, saya dan kedua teman saya, Asri dan Stacey sampai di stasiun St Pancras International sekitar pukul 06.00. Kami langsung mencari di mana letak Eurostar, kereta yang akan membawa kami ke luar London untuk menuju Brussels, Belgia. Setelah bertanya kepada petugas stasiun kami langsung bisa menemukan lokasi kereta yang dituju.Begitu sampai gerbang Eurostar, langsung masuk antrian dan scan barcode yang ada di tiket untuk bisa masuk lokasi. Setelah itu dilanjutkan dengan metal detector. 

Melewati pemeriksaan metal detector, langsung menuju antrian imigrasi. Saat mau masuk antrian, salah seorang petugas bertanya apakah saya sudah membawa paspor. Saya jawab sudah, dan bersiap mengambil paspor dari kantung jaket namun sang petugas berkata, "Nggak perlu dikeluarkan. Saya percaya kok, dengan perkataanmu," tuturnya sambil tersenyum. Intinya dia hanya mengingatkan dan bukan bertujuan memeriksa. 

Saat saya dan Asri sudah di dalam antrian imigrasi, tiba-tiba Stacey berteriak, "Salah. Kalian salah antrian. Bukan di situ. Itu antrian khusus European." Mendengar teriakan Stacey, saya otomatis berhenti melangkah meskipun saya belum mengerti seutuhnya maksud omongannya. 

Lalu tiba-tiba sang petugas mendatangi kami, mungkin karena mendengar teriakan Stacey.  Dia bertanya apa yang terjadi. Stacey menunjukkan paspornya (yang ada sampul dengan tulisan Republik Indonesia) dan bertanya di mana harus antri. Saya tambahkan dengan berkata, kami dari Indonesia. Lalu sang petugas berkata, "You are all good." Kemudian mengarahkan Stacey untuk antri di tempat yang sama dengan kami. Hadeh, Stacey memang kebiasaan panik duluan, sama seperti saya ;p

Di antrian untuk keluar Inggris ini, terdapat dua loket imigrasi. Saya kebagian loket dengan seorang petugas pria yang ramah. Dia menyambut saya dengan senyuman. Setelah menerima paspor saya, dia meminta saya membuka topi. Tampaknya dia ingin memastikan bahwa saya benar pemilik paspor tersebut. Selanjutnya dengan menggunakan sebuah alat elektronik, dia menggosok pinggir paspor saya, kemudian menyuruh saya lanjut untuk melewatinya. 

Sekitar tiga meter di depan loket tersebut, masih di jalur antrian yang sama, terdapat lagi loket yang berbeda dan ada lagi antrian. Ada tulisan di loket tersebut yang tersedia dalam dua bahasa, Prancis dan Inggris. Yang bahasa Inggris, tulisannya "All Passports". Terdapat dua loket juga. Saya pikir tadinya loket itu merupakan rangkaian dari proses imigrasi untuk keluar Inggris. Saya baru sadar kalau itu loket untuk masuk wilayah Prancis, saat Asri bilang, "Ini kita sudah masuk imigrasi Prancis deh, karena tulisannya dalam bahasa Prancis." 

Setelah mendengar perkataan Asri yang saat ini mengantri di belakang saya, saya mengamati lebih lanjut sekitar saya dan menemukan papan pengumuman di ujung tali antrian yang bertulisan: "French Police Border". Wah benar ini merupakan antrian imigrasi untuk masuk wilayah Prancis.  

Saya langsung merasa was-was karena saya tidak mempersiapkan diri untuk ditanya-tanya imigrasi Prancis. Saya menduganya akan ditanya-tanya di imigrasi Belgia ketika keluar dari kereta. Namun rupanya karena kereta Eurostar yang kami naiki ini dari Inggris masuk ke Prancis terlebih dahulu sebelum ke Belgia, makanya bordernya dijaga oleh imigrasi Prancis.

Tapi ternyata kecemasan saya tidak berlanjut karena petugas sama sekali tidak bertanya apapun. Petugas perempuan berkacamata itu hanya memeriksa paspor saya, mencari visa Schengen saya, dan kemudian mempersilakan saya lanjut setelah memberikan cap di paspor saya. 

Dia bahkan tidak mempertanyakan kenapa visa Schengen saya dikeluarkan dari negara Denmark. Padahal sebelum membuat visa Schengen, ini adalah salah satu yang membuat saya galau, apakah saya harus membuat visa dari negara Schengen yang saya datangi pertama, Belgia atau dari negara terakhir Denmark karena saya memiliki tiket pulang dari Denmark. Ternyata saya malah masuk Schengen dari Prancis.  

Sebenarnya secara fisik saya masih ada di St Pancras International di negara Inggris tapi secara administratif saya sudah masuk wilayah Prancis dan Schengen. Seru rasanya mendapatkan pengalaman baru seperti ini. 


Kereta Eurostar yang saya tumpangi menuju Brussels

Melewati loket imigrasi masuk, kami menunggu pengumuman kereta ada di platform berapa. Tidak lama menunggu, di layar terlihat pengumuman kalau kereta ke Brussels ada di platform 10. Kami pun naik travelator menuju platform 10, naik kereta dan menuju petualangan selanjutnya. 

Ada yang pernah punya pengalaman berbeda saat masuk atau keluar imigrasi? 


Booking.com----------@yanilauwoie----------


Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Hati-hati Menggunakan Maskapai Ryanair
  • Review Abercorn House, Penginapan Murah di London
  • Apa yang Ditanyakan Petugas Imigrasi Inggris? Ini Pengalaman Saya
  • 14 Tempat Wisata Gratis yang Instagrammable di London, Inggris (Bagian 2)
  • 14 Tempat Wisata Gratis yang Instagrammable di London, Inggris (Bagian 1)

Pesawat Ryanair yang saya tumpangi dari Edinburgh ke London

Dua kali menggunakan maskapai Ryanair, dua kali juga saya mengalami kejadian tidak menyenangkan. Yang terbaru adalah saat saya terbang dari Edinburgh, Skotlandia ke London, Inggris pada Oktober 2018. Saya harus mengeluarkan uang tambahan sebesar 55 pounds untuk bisa check in!

Hari itu, saya dan teman saya, Stacey memiliki jadwal keberangkatan pukul 18.15 waktu setempat. Saya merasa tenang saat sampai bandara Edinburgh karena kami sampai sekitar dua jam sebelum jadwal keberangkatan pesawat. Tapi perasaan tenang itu langsung berganti begitu sampai di loket check in dan bertemu dengan petugas Ryanair. 

Dia bilang kami nggak bisa check in di bandara dan harus check in online yang bisa dilakukan maksimal dua jam sebelum keberangkatan. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 16.14. "Kalian punya waktu satu menit untuk check in online atau kalian harus bayar untuk check in di loket sebelah sana", tunjuk si wanita. 

Apa? Saya tidak yakin kami bisa melakukan hal tersebut hanya dalam waktu satu menit. Meskipun demikian, Stacey sempat mencoba, dan benar dugaan saya, waktu tersebut terlalu singkat. Akhirnya saya bertanya lagi kepada petugas tersebut, loket mana yang harus kami tuju untuk bisa check in.  

Dia menjelaskan bahwa kami harus ke loket Swissport yang lokasinya dekat dengan Starbuck. Kami pun meluncur menuju ke sana. Kami jelaskan situasinya dan petugas wanita di Swisssport berkata bahwa kami harus membayar 55 pounds per orang untuk bisa check in. 

Apa? Lagi-lagi saya syok. Ini gila namanya! Harga tiketnya saja cuma 16 pounds, masa bayar check in sampai 55 pounds. Saya kesal bukan main mendengarnya. Rasanya ingin meninggalkan bandara dan menggunakan bus atau kereta saja untuk kembali ke London. Saya merasa tidak ingin memuaskan mereka dengan memberikan 55 pounds tersebut. Tapi Stacey benar, kembali ke kota dan mencari stasiun bus atau kereta hanya akan membuang waktu kami. Akhirnya tanpa ikhlas saya membayar 55 pounds untuk check in.  

Saya kemudian bertanya kepada petugas tersebut apakah kebijakan tidak bisa check in di bandara ini berlaku untuk seluruh maskapai di bandara Edinburgh atau hanya Ryanair saja. "Hanya untuk Ryanair saja," jawabnya. Mendengar jawaban tersebut, saya lagi-lagi merasa teperdaya oleh maskapai asal Irlandia ini, sama seperti peristiwa lima tahun lalu saat saya harus mengeluarkan 105 euro untuk membayar bagasi. Cerita lengkapnya bisa dibaca di tautan ini. 

Setelah membayar, kami kembali ke loket Ryanair untuk menyerahkan bon check in dan mendapatkan boarding pass. Ketika menunggu boarding pass dicetak, saya bertanya sama petugas wanita yang melayani kami, sejak kapan kebijakan tidak bisa check in di bandara ini berlaku? 

"Ini memang sudah peraturan Ryanair?" jawabnya. 
"Iya sejak kapan?" cecar saya. 
"Selama yang kami tahu sudah demikian peraturannya," jawabnya. 
"Kami mengirimkan email untuk memberitahukan perihal ini," petugas wanita lainnya ikut berbicara. 

Memang benar sih, ada email tersebut. Stacey, yang melakukan pembelian tiket untuk kami berdua, mengeceknya saat kami menunggu untuk mengambil boarding pass. Tapi email itu baru dikirimkan dua hari sebelum hari keberangkatan kami, bukan saat pertama kali dapat email saat pembelian tiket. Stacey tidak memperhatikan email tersebut karena sejak melakukan pembelian tiket, Ryanair selalu mengemail aneka promosi/penawaran, jadi saat Stacey menerima email pemberitahuan check in online tersebut, dia tidak membukanya karena dia menduga itu adalah email promosi lainnya.

Sementara saya yang pernah menggunakan maskapai ini lima tahun lalu tidak ingat sama sekali akan adanya peraturan ini. Yang saya ingat adalah saya harus membayar harga bagasi yang mahal sekali. Karena saat ke Edinburgh saya hanya membawa ransel, koper saya tinggalkan di London, saya merasa tidak perlu mengkhawatirkan urusan bagasi. Eh ternyata mengalami kasus tidak menyenangkan lainnya.  

Saya sadar saya tidak bisa menyalahkan Ryanair untuk hal ini karena mereka sudah melakukan prosedur sesuai peraturan yang berlaku, mereka sudah mengirimkan email pemberitahuan. Perihal kami yang tidak teliti karena tidak membaca email bukanlah salah mereka. Tapi bukan berarti saya tidak kesal luar biasa perihal ini. Saking kesalnya, saya meninggalkan loket Ryanair tanpa mengucapkan terima kasih kepada sang petugas. 

Pergi dari loket kami langsung menuju gate yang ditentukan. Pesawat berangkat sekitar pukul 18.35. Tidak lama dari pesawat take off, saya langsung tertidur. Nah, tidurnya saya ini mengarahkan pada satu peristiwa lain yang membuat saya merasa, "kok begini sih, pelayanan Ryanair?" 

Pasalnya saya baru terbangun ketika saya mendengar suara gabruk dan merasakan guncangan. Saya langsung tersadar dan melihat bahwa pesawat sudah mendarat. Guncangan bukan satu-satunya yang membuat saya kaget, menit berikutnya saya tersadar bahwa saya tidak memakai seat belt. Saya melepasnya sesaat sebelum tidur. 

Saya heran kenapa petugas tidak mengingatkan saya. Saya duduk di kursi 4D, di lorong, memakai pakaian warna cokelat terang dan tidak memakai kain apapun yang bisa menutupi pandangan awak kabin ke seat belt saya. Intinya kalau awak kabin melihat pinggang saya, dia pasti tahu seat belt saya tidak terpasang.  

Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah saya naik pesawat, saya tidak mengenakan seat belt saat mendarat. Biasanya awak kabin maskapai-maskapai lain selalu mengingatkan saya dan penumpang lain. Bahkan mereka tak sungkan membangunkan penumpang yang tertidur agar tetap mengikuti prosedur demi keamanan bersama. 

Saya sudah malas untuk mengkonfrontasi hal ini kepada awak kabin yang bertugas. Rasanya ingin cepat-cepat keluar dari pesawat dan kalau bisa tidak menggunakan lagi maskapai ini, meskipun harus diakui Ryanair adalah maskapai termurah untuk penerbangan antar negara di di Eropa.

Tapi ya saya harus menerima kenyataan bahwa "ada uang ada barang" adalah pepatah yang cocok ditujukan kepada Ryanair. Saya membayar murah dan seperti itulah pelayanan yang saya terima. 

Hal lain yang saya pelajari dari kasus ini adalah bahwa saya harus sangat hati-hati bila ingin kembali menggunakan Ryanair. Harus membaca semua peraturannya dengan sangat detail karena mereka memiliki peraturan yang berbeda dengan peraturan maskapai pada umumnya. Terlebih lagi untuk orang seperti saya yang jarang sekali naik maskapai ini, harus ekstra teliti. 

Punya pengalaman serupa dengan Ryanair?


Booking.com ----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • Review Abercorn House, Penginapan Murah di London
  • Apa yang Ditanyakan Petugas Imigrasi Inggris? Ini Pengalaman Saya
  • 14 Tempat Wisata Gratis yang Instagrammable di London, Inggris (Bagian 2)
  • 14 Tempat Wisata Gratis yang Instagrammable di London, Inggris (Bagian 1)
  • Tempat Belanja Murah di London, Inggris
Saya dan kedua teman saya menyewa kamar di Abercorn House pada Oktober 2018 selama delapan malam. Mengambil kamar privat khusus tiga orang, berikut adalah plus dan minus yang saya rasakan ketika bermalam di penginapan murah di London ini.


Plus
1. Lokasi strategis
Menurut saya lokasi adalah keunggulan utama dari hostel ini. Pasalnya hanya dibutuhkan jalan kaki 5 menit dari stasiun Hammersmith, baik itu stasiun bus maupun underground/tube, sudah bisa sampai ke hostel ini. Letak stasiun Hammersmith yang ada di zona 2 juga memudahkan untuk pergi ke lokasi-lokasi wisata di London tanpa harus menghabiskan banyak waktu.

Selain itu, penginapan ini juga dekat ke pusat perbelanjaan Kings Mall. Jalan kaki tidak sampai 10 menit sudah bisa bertemu dengan deretan restoran dan pertokoan, termasuk supermarket Sainsbury's dan toko apparel Primark. Jadi sangat mudah kalau mau cari makan dan belanja.    

2. Fasilitas lengkap
Di dalam kamar tersedia lemari pakaian dengan cermin di pintu, meja kecil dengan tiga laci, meja besar +kursi, kulkas dan peralatan makan seperti piring, mangkuk, gelas, sendok dan garpu. Untuk ukuran hostel fasilitas ini termasuk mewah. Ini baru pertama kalinya saya menginap di hostel yang menyediakan peralatan makan di dalam kamar. 

3. Dapurnya banyak
Saya menginap di lantai 2, kamar 214. Tepat di depan kamar ada satu dapur. Kemudian ada dua dapur lainnya yang letaknya tidak berjauhan. Dapur ini dilengkapi dengan oven, kompor, microwave, toaster dan teko listrik. Meskipun saya jarang masak, paling hanya masak indomie dan air tapi keberadaan dapur yang lebih dari satu ini membuat nyaman karena tiap kali saya ke dapur selalu nyaris kosong, jadi tak perlu menunggu giliran. 

4. Kamar mandi pria dan wanita berbeda 
Tidak jauh dari kamar saya, terdapat kamar mandi. Di dalam kamar mandi ini terdapat lima bilik yang seluruhnya menggunakan shower. Di dalam bilik disediakan juga sabun cair. Sementara di luar bilik terdapat dua wastafel, satu kaca besar di dinding dan tempat sampah. Secara keseluruhan kamar mandi ini bersih namun yang paling saya suka adalah ini kamar mandi khusus wanita sehingga membuat saya merasa nyaman ketika mandi. 

Sedangkan untuk toiletnya, tidak jauh dari letak kamar mandi. Terdiri dari tiga bilik yang seluruhnya adalah toilet duduk. Di luar bilik-bilik tersebut terdapat dua wastafel, kaca di dinding dan tempat sampah. Untuk toilet ini tidak dibedakan antara pria dan wanita. 

5. Terdapat mesin cuci
Karena menginap agak lama di London, jadi penting mencari penginapan yang memiliki fasilitas mesin cuci sehingga pakaian bisa dipakai lagi untuk perjalanan saya di negara-negara selanjutnya. Untuk mengoperasikan mesin cuci dan pengeringnya saya hanya perlu beli koin di resepsionis, kemudian memasukkannya dalam mesin sesuai instruksi yang tertera. Kalau tidak salah, untuk mesin cucinya dibutuhkan koin senilai 3 pounds sedangkan mesin pengeringnya 2 pounds.  

6. Memiliki lift
Karena tahu akan membawa koper yang cukup besar dan berat maka lift adalah salah satu fasilitas yang harus ada di penginapan yang akan disewa di London. Hoste ini memiliki fasilitas tersebut. Meskipun ukuran liftnya kecil tapi ini jauh lebih baik daripada harus mengangkat koper melewati tangga.  

7. Memiliki jendela 
Bagi saya keberadaan jendela sangat penting karena dengan begitu sirkulasi udara dalam kamar akan tetap segar. Kamar ini memiliki jendela menghadap ke jalan yang memperlihatkan rumah-rumah khas Inggris yang tertata rapi. 

8. Memiliki ruang televisi
Di lantai dasar terdapat ruang komunal dengan fasilitas televisi. Sebenarnya lumayan kalau yang ingin duduk-duduk sambil membunuh waktu. Tapi karena seringnya saya berada di luar hostel dan begitu kembali ke hostel hanyalah untuk tidur, jadi tidak sempat duduk-duduk menonton televisi di sini.  

9. Ada kafe kecil
Di depan resepsionis teradapat kafe kecil yang menjual makanan instan dalam kemasan, seperti mie dan pizza. Ada juga camilan seperti cokelat dan biskuit. Selain itu terdapat juga minuman seperti kopi dan cokelat. Pertolongan pertama yang lumayan banget kalau kelaparan di tengah malam. Tapi saat di sini, saya tidak sempat membeli apapun dari kafe ini. 

10. Dapat handuk
Jarang sekali hostel menyediakan handuk gratis tapi di Abercorn House, saya mendapatkan fasilitas tersebut. Handuk yang saya terima pun benar-benar bersih, tidak terlihat seperti handuk tua dan tidak bau sehingga sangat nyaman dipakai. 

11. Kamar dibersihkan
Sepengalaman saya menginap di hostel, saya tidak pernah mendapatkan fasilitas kamar dibersihkan layaknya di hotel. Saat menginap di sini, kamar saya sempat dibersihkan satu kali di pertengahan durasi hari menginap dan handuknya pun diganti. Bisa jadi karena menginapnya cukup lama maka bisa mendapatkan pelayanan ini. 

Minus
1. Resepsionis kurang ramah
Saya tahu ini sangat obyektif karena standar ramah setiap orang beda-beda tapi kalau menurut standar saya, para resepsionis (saya bertemu lebih dari satu orang di waktu yang berbeda-beda) di penginapan ini pelit senyum dan tidak ingin memberikan pelayanan lebih. Contohnya pelayanan lebih adalah seperti yang saya dapatkan saat menginap di hostel Royal Mile Backpackers di Edinburgh. Sang resepsionis bertanya sudah berapa kali ke Edinburgh, begitu dia tahu itu kunjungan pertama saya, dia langsung tanya rencana saya apa dan memberikan berbagai saran tempat wisata yang wajib dikunjungi. Itu yang tidak saya dapatkan dari resepsionis di Abercorn House.

2. Air di toilet kurang banyak
Ini yang paling bikin nggak nyaman saat menginap di sini. Karena air di toilet kurang banyak atau memakan waktu lama untuk mengumpulkan air sampai tangki toilet penuh, sehingga saya merasa kurang maksimal ketika menyiram toilet. Saya sih, tidak mengalami kejadian yang tidak menyenangkan, seperti meninggalkan 'sesuatu' di toilet karena kehabisan air. Tapi dorongan air yang kurang banyak selalu membuat saya deg-degan ketika masuk toilet.   

3. Pengering pakaian rusak
Saya paham sih, kalau mesin yang sering dipakai banyak orang bisa mudah rusak. Namun yang bikin sebal adalah kerusakan mesin pengering ini baru saya ketahui setelah saya memasukkan koin bernilai 2 pounds. Setelah saya komplain ke resepsionis, dia bilang mesin yang itu memang agak bermasalah (mereka memiliki dua mesin pengering). Kalau bermasalah, kenapa tidak dipasang tanda? Terus yang bikin tambah sebal, mereka tidak bisa mengembalikan uang 2 pounds saya, jadi terpaksa harus bayar lagi untuk memakai mesin pengering yang berbeda. Setelah insiden tersebut, baru deh, pihak hotel memasang tanda bahwa mesin pengering tersebut rusak dan tidak bisa dipakai. 

4. Wifi bayar

Hostel ini tidak menyediakan wifi gratis, baik di area lobi maupun kamar. Untuk bisa mengakses wifi bisa membelinya di resepsionis, mereka menyediakan harga untuk per jam dan harian. Kalau tidak salah 5 pounds per harinya. Saya sudah tahu mengenai ini sebelum memutuskan menginap di sini namun tidak menjadikannya masalah karena saya membeli nomor lokal yang sudah tersedia paket internet. 

Overall
Terlepas dari minusnya, secara keseluruhan saya merasa nyaman menginap di sini. Apalagi harganya juga terhitung murah, hanya Rp6.655.475 (setelah dapat diskon dari Traveloka sebesar Rp300.000,-) untuk delapan malam dan tiga orang. Itu berarti sekitar Rp277.000,- per orang per malam. Harga tersebut dengan fasilitas di atas dan dapat kamar privat hanya untuk bertiga tentu saja murah.

Jadi kalau kebetulan mencari penginapan murah di London namun tetap merasa nyaman untuk ditinggali, saya merekomendasikan hostel Abercorn House ini.  


Booking.com

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:

  • Apa yang Ditanyakan Petugas Imigrasi Inggris? Ini Pengalaman Saya
  • 14 Tempat Wisata Gratis yang Instagrammable di London, Inggris (Bagian 2)
  • 14 Tempat Wisata Gratis yang Instagrammable di London, Inggris (Bagian 1)
  • Tempat Belanja Murah di London, Inggris
  • Harga Makanan di London, Inggris, 2018
Wajah bahagia Asri setelah melewati imigrasi Inggris

Meski sudah melewati banyak imigrasi di berbagai negara, saya selalu deg-degan tiap kali mau masuk suatu negara. Rasanya selalu seperti pertama kali melakukannya, terlepas dari jumlah kunjungan yang pernah saya lakukan ke negara tersebut. Karena itu, ketika akan berkunjung ke Inggris pada Oktober 2018, jantung saya pun berdebar-debar begitu pesawat mendarat di bandara Heathrow, London. Khawatir perihal apa yang akan ditanyakan oleh petugas imigrasi Inggris.  

Saya dan teman saya, Asri mendarat di bandara Heathrow London sekitar pukul 11.45 waktu setempat. Setelah pipis dan bersih-bersih di toilet, biar nggak kelihatan kumel banget saat bertemu petugas imigrasi, kami pun masuk antrian imigrasi. Saat sedang mengantri saya sempat mendengar petugas menanyakan alamat tinggal dan tiket balik kepada orang sebelum kami. 

Melihat hal tersebut, saya tiba-tiba merasa bahwa dokumen cetak tiket pesawat PP (Jakarta - London dan Copenhagen - Singapura - Jakarta) dan booking penginapan yang saya bawa kurang lengkap. Bagaimana kalau petugas membutuhkan tiket untuk keluar London? Saya pun heboh berusaha mencari tiket kereta Eurostar London - Brussel yang ada di email. Untungnya ada wifi gratis dan Asri sudah terkoneksi sehingga ia bisa menemukan tiket tersebut di emailnya. "Tenang Yani," katanya. 

Tidak lama, kami pun maju ke loket imigrasi secara bersamaan. Berikut kurang lebih pertanyaan yang diajukan petugas imigrasi Inggris kepada kami.

Petugas (P): How do you know each other?
Yani (Y): We are friends
P: What brought you to London?
Y: We are going to have a holiday. 
P: So both of you freelance writers?
Y&Aasri (A): Yes.
P: What do you usually write?
Y: I write for Garuda Indonesia inflight magazine
A: I write for a Korean website 
P: Is it in Indonesian only?
A: It's in Indonesian
Y: It's in Indonesian but about Korean entertainment 
P: How many days will you stay in London?
Y: Nine days. We will catch a train to Brussels on 24 Oct 
P: So you will be back here?
Y: Nope. We'll fly to Indonesia from Copenhagen
P: So, you will visit three cities?
Y: Aside from London, we will visit Brussels, Amsterdam and Copenhagen

Kemudian dia meminta saya untuk meletakkan jempol dan jari petunjuk kanan pada alat pemindai. Selanjutnya dia minta saya melepas kacamata. Hal yang sama dia lakukan kepada Asri. Lalu visa kami dicap tanpa dia menanyakan dokumen tempat tinggal dan transportasi yang sudah kami siapkan. Kami pun dipersilakan pergi. Alhamdulillah.   

Seingat saya, ini adalah percakapan terlama yang terjadi antara saya dengan petugas imigrasi. Namun terlepas dari pertanyaan yang panjang, keluar bandara Heathrow cukup mudah karena tidak ada anjing yang mengendus, seperti yang saya alami di bandara Perth dan Melbourne, Australia. 

Pernah mengalami hal yang berbeda saat di imigrasi Inggris? Kalau tidak keberatan, boleh dong, dibagi pengalamannya. 

Booking.com
----------@yanilauwoie----------


Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:
  • 14 Tempat Wisata Gratis yang Instagrammable di London, Inggris (Bagian 2)
  • 14 Tempat Wisata Gratis yang Instagrammable di London, Inggris (Bagian 1)
  • Tempat Belanja Murah di London, Inggris
  • Harga Makanan di London, Inggris, 2018
  • Bolehkah Membawa Pulang Selimut dan Bantal Pesawat? Ini Eksperimen Saya


Foto: Pixabay

Sebagai kota terbesar di United Kingdom, London memiliki banyak sekali atraksi menarik. Untungnya, tidak semua atraksi tersebut berbayar, banyak tempat wisata gratis yang instagrammable di London yang terbuka untuk semua turis dari berbagai belahan dunia. Berikut adalah di antaranya.  

Untuk tempat wisata gratis yang instagrammable di London no.1 - 7 bisa dilihat di tautan ini.



Pemandangan Londond dari balkon Sky Garden

8. Sky Garden
Taman publik tertinggi di London ini merupakan tempat yang tepat untuk melihat pemandangan kota London dari ketinggian. Bangunan-bangunan ikonis London termasuk Tower Bridge bisa terlihat dari sini. Meskipun tidak memungut bayaran namun kita harus reservasi terlebih dahulu untuk bisa masuk ke lokasi yang terletak di 20 Fenchurch St, lantai 35, London. Reservasi bisa dilakukan di tautan berikut ini. Selain taman di dalam ruangan, di sini juga terdapat beberapa kafe dan restoran yang menjual aneka makanan dan minuman. Tapi jangan tanya saya berapa harganya karena saya tidak makan dan minum di sini, maklum budget traveler. Saya cukup senang hanya menikmati pemandangan saja.  




9. St Paul's Cathedral
Selain sebagai tempat ibadah, katedral ini juga terbuka untuk turis dengan harga tiket 16 pounds. Tapi bila hanya duduk-duduk di tamannya saja dan berburu foto gedung ini dari luar, seperti yang saya lakukan, tentu tidak harus membayar apa-apa. Sebagai katedral yang sudah berumur lebih dari 700 tahun, bangunan ini masih terlihat kokoh dan menawan. 





10. Millenium Bridge
Bila kita ingin menuju Tate Modern dari St Paul's Cathedral maka kita akan melewati jembatan ini. Mulai dibangun pada tahun 1998 dan dibuka pada tahun 2000, jembatan ini dirancang untuk pejalan kaki. Karena itu sangat menyenangkan jalan-jalan di sini karena bisa mendapatkan pemandangan sungai Thames secara jelas. Selain itu, jembatan ini merupakan lokasi yang tepat untuk mendapatkan foto instagrammable di London. Salah satu titik fotonya adalah di bagian ujung bawah jembatan yang dekat Tate Modern. Dari sini, kita bisa mendapatkan foto Millenium Bridge, St Paul's Cathedral dan langit biru yang merupakan paduan bagus dalam satu frame. 






11. Tate Modern
Ingin menikmati karya seni mulai dari tahun 1500-an hingga yang modern? Tempat ini merupakan tujuan yang pas. Dibuka untuk umum pertama kali pada tahun 1897 oleh Henry Tate, kini museum ini telah memiliki koleksi sebanyak sekitar 70.000 karya seni. Untuk tahu informasi lengkap tentang Tate, termasuk waktu kunjungan bisa dicek di tautan yang ini.


Saya numpang mejeng di depan rumah orang


12. Notting Hill
Sebagai penonton film Notting Hill sekaligus penggemar Ronan Keating, yang menyanyikan When You Say Nothing at All (salah satu soundtrack film tersebut), saya merasa harus datang ke area ini. Walaupun tidak sampai mencari jejak lokasi syuting film atau video klipnya, saya merasa area ini cukup menarik karena banyaknya rumah yang dicat berwarna-warni. Pastinya cantik untuk difoto. Kalau sudah sampai sini jangan lupa juga untuk mengunjungi Portobello Market yang menjual banyak barang antik. 


Daun-daun berguguran di belakang saya



13. Kensington Gardens
Mau menyegarkan mata dengan melihat yang hijau-hijau di London? Tempat ini bisa menjadi salah satu alternatif untuk didatangi. Memiliki luas sekitar 270 hektar, pengunjung bukan hanya bisa menghibur mata dengan banyaknya pepohonan namun juga bisa duduk-duduk di taman ini atau di sekitar perairannya sambil mengamati para bebek bersenang-senang. Saat saya ke sana sedang musim gugur, jadi lumayan bisa mendapatkan suasana dedaunan berserakan. Di area ini juga terdapat Kensington Palace yang menjadi tempat tinggal keluarga kerajaan Inggris. Palace ini terbuka untuk umum dengan membayar tiket masuk seharga 19.50 pounds. 



View this post on Instagram


#IGotLondonSkills | A lovely corner of #CoventGarden by @beamerbell 🇬🇧❤️🇬🇧 || #thisislondon #london
A post shared by @LONDON (@london) on Aug 13, 2018 at 9:12am PDT
Foto: Instagram @london

14. Covent Garden
Di area ini banyak sekali toko, kafe dan restoran tapi yang membuat saya suka dengan tempat ini adalah karena banyaknya dekorasi bunga yang bertebaran. Ada kursi goyang yang dililit bunga, gerobak kayu dengan hiasan bunga dan aneka hiasan bunga lainnya yang tentunya membuat area ini terlihat cantik. Nggak salah kalau ke sini untuk sekadar cuci mata, duduk-duduk santai, atau foto-foto saja. 

Punya tempat wisata gratis yang instagrammable di London lainnya? Share di kolom komentar ya...



Booking.com

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h


Blog Sebelumnya:
  • Tempat Belanja Murah di London, Inggris
  • Harga Makanan di London, Inggris, 2018
  • Bolehkah Membawa Pulang Selimut dan Bantal Pesawat? Ini Eksperimen Saya
  • Musim Dingin di Australia: Antara Terjebak Salju dan Berjemur Matahari
  • Persyaratan Visa Turis Schengen (Denmark) untuk Freelancer
Newer Posts Older Posts Home

My Travel Book

My Travel Book
Baca yuk, kisah perjalanan saya di 20 negara!

My Travel Videos

Connect with Me

Total Pageviews

Categories

Amerika Serikat Australia Belanda Belgia Ceko Denmark Hong Kong Indonesia Inggris Irlandia Italia Jepang Jerman Korea Selatan Macau Malaysia Prancis Singapura Skotlandia Spanyol Thailand Vietnam

Blog Archive

  • ►  2025 (4)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2024 (12)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2023 (7)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  October (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2021 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (51)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (5)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (10)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ▼  2018 (30)
    • ▼  December (8)
      • My 2018 Highlights
      • Keluar Inggris dan Masuk Prancis dalam Satu Antria...
      • Hati-hati Menggunakan Maskapai Ryanair
      • Review Abercorn House, Penginapan Murah di London
      • Apa yang Ditanyakan Petugas Imigrasi Inggris? Ini ...
      • 14 Tempat Wisata Gratis yang Instagrammable di Lon...
      • 14 Tempat Wisata Gratis yang Instagrammable di Lon...
      • Tempat Belanja Murah di London, Inggris
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (60)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (5)
    • ►  September (8)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (8)
    • ►  April (9)
    • ►  March (2)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2016 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (3)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (4)
    • ►  February (4)
    • ►  January (6)
  • ►  2015 (51)
    • ►  December (7)
    • ►  November (4)
    • ►  October (3)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (3)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2014 (51)
    • ►  December (6)
    • ►  November (1)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (6)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (5)
    • ►  April (4)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (6)
  • ►  2013 (13)
    • ►  December (5)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)

Search a Best Deal Hotel

Booking.com

Translate

Booking.com

FOLLOW ME @ INSTAGRAM

Most Read

  • 10 Info Tentang Kartu Myki, Alat Bayar Transportasi di Melbourne, Australia
  • 6 Rekomendasi Oleh-oleh dari Edinburgh, Skotlandia dan Kisaran Harganya
  • 8 Tip Naik Tram di Melbourne, Australia
  • My 2018 Highlights

About Me

Hi, I'm Yani. I have 15 years experience working in the media industry. Despite my ability to write various topics, my biggest passion is to write travel stories. By writing travel stories, I combine my two favourite things; travelling and writing. All the content in this blog are mine otherwise is stated. Feel free to contact me if you have questions or collaboration proposal :)

Contact Me

Name

Email *

Message *

Copyright © 2016 My Travel Stories. Created by OddThemes & VineThemes